Prolog

3.4K 261 38
                                    

"Jadi mereka bebas?" tanya nyonya Chou yang terlihat kesal. Segala sesuatu mengenai mereka selalu menimbulkan reaksi keras di keluarganya.

"Aku benci harus mengatakan iya," timpal tuan Chou dengan menganggukkan kepala.

"Bagaimana bisa?"

Tuan Chou menatap istrinya tajam. "Mereka tidak seceroboh itu, tidak mungkin meninggalkan jejak agar kami bisa mendapatkan bukti yang kuat."

"Ada banyak hal yang bisa menjadi bukti sekarang ini termasuk rekaman cctv, apa itu tetap tidak menjadi bukti kuat?" cecar wanita paruh baya itu yang semakin tersulut emosi, tanpa sadar menyudutkan suaminya yang terlihat tak nyaman dengan cara ya bertanya.

Melihat suaminya hanya mengembuskan napas kasar, nyonya Chou tahu bahwa yang ia sebutkan sama sekali tak bisa menjadi bukti. "Rekamannya rusak juga kali ini?" ia tersenyum remeh, menggelengkan kepala perlahan. "Bukankah ini terlalu dibuat-buat? Maksudku, itu semua mungkin karena mereka takut pada pihak Jungkook."

Nyonya Chou hanya bisa meringis saat mendapati tatapan tajam dari suaminya. Hidup bertahun-tahun dengan seorang yang kini menjabat sebagai kepala polisi di kota tempat tinggal mereka membuatnya terlalu kritis dalam menanggapi semua hal yang diceritakan suaminya, terlebih jika itu menyangkut kelompok dari pria muda yang baru saja ia sebutkan namanya, nama yang telah lama terlarang untuk disebut dalam kehidupan mereka.

Pandangan suami istri itu kini mengarah pada sang putri yang sejak tadi diam, menikmati makan malam tanpa ekspresi berarti seperti biasanya. Mereka kembali berpandangan setelah menemukan bahwa gadis itu tetap menyantap makanannya seolah nama Jungkook tidak berarti apa-apa.

"Mereka bebas karena mendapat jaminan uang dari seorang pengacara resmi yang mengatakan bahwa dia adalah utusan dari anggota keluarga pria itu," lanjut tuan Chou sebelum menenggak air di gelasnya, ia menggeleng penuh cemooh. "Mereka bisa membodohi tapi tidak bisa menganggap kami bodoh, sejak kapan anggota mereka memiliki keluarga? Menjijikkan."

Tzuyu sempat berhenti mengunyah makanannya, namun tak ada yang menyadari itu.

"Sudah bisa dipastikan bahwa pengacara itu adalah kepunyaan si lelaki Jeon." tuan Chou memasukkan potongan daging ke mulutnya dan mengunyah cepat. "Omong kosong, bukan? Salah satu alasan kuat yang membuat Jungkook mau menampung orang-orang itu dalam kelompoknya adalah latar belakang yang sama, lahir sebagai anak haram dari rahim wanita malam--"

Ucapan tuan Chou terhenti saat terdengar suara piring didorong menjauh, dan benar saja, untuk pertama kali ekspresi tenang Tzuyu goyah. Nyonya Chou menatap sulit ke arah suaminya, mencari tahu apakah kalimatnya yang terakhir adalah sebuah kesengajaan atau bukan, tapi yang pasti hal itu membuat putri semata wayang mereka benar-benar terlihat tak nyaman.

"Aku sudah selesai, selamat malam Ayah, Ibu." Tzuyu bangkit dari duduknya tanpa menunggu jawaban dari siapa pun.

Nyonya Chou menghela napas lelah, menyimpan alat makan yang ia gunakan. "Dia masih sama ... belum sembuh."

Wajah tuan Chou mengeras, terlihat sangat marah. "Bedebah satu itu menyakiti putriku terlalu dalam, dan aku bersumpah akan membalaskannya."









▪️▪️🍃▪️▪️


Assalamu'alaykum

🤭🤭🤭🤭

Seperti biasa, kalau namatin satu muncul prolog yg baru

Awalnya mau bsk, tapi berhubung ada matkul ngeganti hr libur kmren takut g sempet jd sekarang

Prolog aja dulu, chapt satunya kapan2 wkwk

Kritik dan saran ditunggu





21 Agustus, 2020





A Memoir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang