13. The Car; Kiss

425 56 3
                                    

"Ya, sialan! Lepaskan! Apa kau kehilangan akal?! Ya! Astaga, kau membuatku malu," Pekik Hyura dengan gaya yang sangat aneh. Berusaha menutupi wajahnya dengan sebelah tangan mengingat dengan mirisnya, Jimin menarik satu tangannya lagi.

Tapi tetap saja, Jimin tidak akan melepaskan tangan gadis itu; tekadnya sudah bulat. "Ingat permintaanku? Kau harus menemaniku seharian. Tanpa membantah."

Hyura berdecak, masih dengan mata yang takut melihat ke sekeliling karena semua orang sedang memperhatikan mereka. "Bagaimana bisa aku menerimamu memperlakukanku seperti babi yang diseret hah?"

"Diam saja, atau orang-orang akan tambah memperhatikan kita."

"Dari tadi juga sudah diperhatikan, dasar aneh." Gumam Hyura menatap sinis sang pria.

Itu adalah kejadian singkatnya sebelum bara api meledak.

Penasaran?

Oke, begini kronologinya.

Selepas Hyura turun dari panggung dan mengambil handphone miliknya dari staff, tanpa aba-aba Jimin menarik tangannya bagaikan seorang pacar protektif. Tentu melihat hal itu, semua orang yang ada di acara itu pun terkejut, tak terkecuali sang idol sendiri mengingat Jimin adalah sepupunya. Dan parahnya lagi, ia melihat fansnya ditarik secara tak biadab di fanmeetingnya sendiri.

Jimin menarik sang rekan kencan tanpa penjelasan, sementara atensi orang-orang terpusat pada keduanya. Bahkan Hyura tak bisa menyaksikan penutupan fansign, marah? Oh, tidak bisa dideskripsikan. Ia amat sangat marah. Rasanya ingin mengikat Jimin lalu menyekapnya di ruang tanpa oksigen. Lalu menyabiknya keras-keras sampai berdarah—sama seperti di film yang gadis itu tonton. Bukankah itu terdengar menyenangkan?

Pokoknya, kronologinya begitu.

Sampai saat ini, setelah menarik si gadis tanpa kata-kata, Jimin menariknya masuk ke dalam mobil padahal Hyura sudah membooking taksi sore nanti.

"Ya, pria brengsek! Kenapa kau menarikku hah? Kau ada masalah denganku? Tidak bisa melihatku bahagia sedikit saja?!" Ujar Hyura dengan amarah yang membludak. Berusaha keluar namun pintunya keburu dikunci oleh Jimin.

Jimin hanya konsisten untuk tetap diam dan menjalankan mobil–yang tentu semakin memancing kemarahan dari gadis di sebelahnya.

"Kau punya kelainan ya? Sakit jiwa? Tidak waras?" Tanya Hyura terkekeh tak percaya. "Aku tidak tahu kau punya masalah apa, tapi aku ingin turun."

"Tidak akan kuturunkan."

"Aku masih ingin mengikuti fansgin! Apa hakmu melarangku?! Kau bodyguardku? Pacarku? Atau suamiku hah?! Bukan kan?—emph!"

Keadaan sontak saja hening karena si pria menoleh ke samping dan,

Cup!

Mencium si gadis secara tiba-tiba.

Lalu kembali menjalankan mobil seakan tidak ada yang terjadi.

Sementara sebaliknya, Hyura membeku bagaikan patung. Tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

"A-apa yang tadi kau lakukan?" Tanyanya pelan.

Jimin mengindikkan bahu acuh–baginya itu hanya ciuman biasa, ciuman penenang supaya gadis itu berhenti berbicara dan memarahinya. "Ciuman."

"Kau, brengsek. Manusia terbrengsek yang pernah kukenal."

Tanpa bisa Jimin prediksi, Hyura terdiam namun air matanya menetes. Sembari terisak Hyura menatap tajam sang adam, "Turunkan aku sialan."

"Y-ya, kenapa kau menangis? Santai saja, itu hanya ciuman biasa. Aku hanya ingin menenangkanmu." Ujar Jimin meski terkejut melihat si gadis menunduk.

BLIND DATE [소개팅] | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang