6 Pahlawanku

920 35 1
                                    

Dengan keadaan masih lelah ditambah badan yang terasa begitu gerah seharian beraktivitas, akupun membuka pintu rumah dan mendapati Pak Handoko dengan setelan yang begitu rapi dan senyum kecil yang membuatku sedikit tak nyaman melihatnya.
"Pak Handoko ?! Mau apa Bapak datang ke sini ?" Tanyaku
"Jadi begini Anra, karena kinerja kamu yang bagus beberapa hari belakangan ini saya berniat memberi kamu sedikit hadiah" jelasnya
"Hadiah? Maksud Bapak?" Tanyaku

"Iya, hadiah! Saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat malam ini sekedar untuk bersenang-senang" jawabnya
"Eh, maap Pak bukannya saya menolak kebaikan Bapak tapi malam ini saya ingin beristirahat karena lelah seharian kuliah" jawabku dengan nada halus
"Sudah tidak apa-apa ikut saja dengan saya, saya janji akan membuat kamu bahagia malam ini" jelasnya
"Maap Pak tapi saya sungguh sangat lelah dan ingin beristirahat" jawabku

"IKUT SAYA!!" Pekik Pak Handoko yang langsung memegang tanganku dengan sangat erat
"Maap Pak saya tak bisa malam ini" jawabku
"Ikut atau kamu saya pecat!" Ucapnya
"Jangan pecat saya Pak, saya mohon saya sangat membutuhkan perkerjaan itu" mohonku
"Makanya kamu harus nurut sama saya" jawabnya
"Baik pak saya ikut dengan Bapak malam ini" jawabku lemas

"Bagus!" Balasnya
"Saya ganti baju dulu Pak, tunggu sebentar" jawabku kemudian aku langsung masuk ke kamar dan membuka pakaianku.
Saat aku sedang membungkuk karena celana jeansku lumayan susah untuk dilepaskan dengan posisi berdiri tiba-tiba Pak Handoko masuk ke kamarku dan memeluk badanku dari belakang.

"Maap Pak, sebaiknya Bapak menunggu di luar" utasku gugup
"Saya tidak tahan lagi, pokoknya malam ini saya harus menikmati tubuhmu" utasnya
"Apa maksud Bapak?" Tanyaku gemetar
"Lepaskan Pak, inget saya karyawan Bapak" jelasku
"PERSETAN!! SAYA HANYA INGIN MERASAKAN LOBANGMU MALAM INI" jawabnya
"Jangan Pak, aku mohon jangan seperti ini" mohonku sembari terus berusaha dengan sekuat tenaga agar pelukan Pak Handoko bisa ku lepaskan.

"Hemhh, ahh wangi! Tubuhmu wangi sekali, sudah sejak lama saya ingin merasakannya, hanya saja kau terlalu menjaga jarak dariku" dengusnya yang terus menjilat dan mengendus punggungku.
"Lepaskan Pak, aku mohon. Ingat Pak saya bawahan Bapak" utasku semakin takut.
Penolakan terus kulakukan tapi tenaga Pak Handoko ternyata sangat besar, dia mulai memasukkan tangannya ke dalam celana dalamku, kemudian dia memegang Penisku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menahan kedua tanganku agar tetap terlilit dibelakang punggungku.

Sungguh aku bodoh sekali meletakkan lakban di atas meja bekas ku gunakan untuk merapikan beberapa barang kemarin sore. Dengan sigap Pak Handoko mengambil lakban tersebut dan mengikat kedua tanganku, hal ini membuat aku tak bisa apa-apa kecuali berteriak, aku sungguh ingin berteriak kencang tapi hal itu tidak mungkin ku lakukan karena itu akan membuat aku mendapat masalah yang justru lebih besar, karena ketahuan dilecehkan oleh seorang pria tua seperti Bosku.

Wajahku makin berkeringat, aku sangat gugup. Rasanya seperti seribu serigala sedang menghadang jalanku di depan sana.
"Pak aku mohon jangan Pak, sadar Pak" mohonku tapi Pak Handoko sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri perbuatan gilanya. Justru semakin aku bergumam semakin dia menjilati tiap bagian di dadaku.
"Ahhh! Sakit Pak" pekikku saat dia mengigit puting kananku.
"Jangan Pak aku ... jangan" ulasku

Pak Handoko semakin liar dan gila,
"Hem enhh slurph ini yang ku impikan selama ini Anra, apa kamu tahu kalo semua karyawan di Bar itu sudah aku cicipi tubuhnya tanpa ada penolakan sedikitpun" utasnya
"Jangan Pak saya mohon, jangan lakukan ini pada saya" utasku dengan mata memelas. Mataku semakin merah dan berair.
"Jangan menangis, aku hanya akan melakukan ini sekali, kamu harusnya bangga karena dari sekian banyak karyawan Bar hanya kamu yang benar-benar membuat aku gila" jawabnya

"Tolong Pak lepaskan saya, saya berjanji akan melakukan apapun asal Bapak berhenti" ucapku gemetaran.

Tanpa peduli dengan suara memelas yang ku keluarkan Pak Handoko terus saja memainkan Penisku yang masih ada di dalam celana, sret!, Pak Handoko membuka celana ku dan keluar lah Penis ku yang sudah mulai tegang.
"Slurphh omhh omhh omnhh"
"Engh ahh ahh ah, Pak ahh janganhh Pakhh aku mohon Pak ah berhenti hemhh" suara parauku yang bercampur dengan desahan berat.

Kupu-Kupu SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang