10 Papanya

1.2K 31 1
                                    

"Tuan muda? Maap tuan. Bapak sudah pulang kerja dan dia ingin bertemu tuan" utas suara bibi yang ada di luar kamar. Aku hanya diam menatap mas Jevan dengan tatapan bingung, tak lama mas Jevan langsung menghentikan aktivitasnya dan turun dari tubuhku lalu dia memakai kembali semua pakaiannya.
"Cepat yang pake bajumu" ucapnya dan akupun langsung menuruti perintahnya.

Setelah selesai berpakaian mas Jevan mengajak aku untuk turun ke lantai bawah.
"Maap yah yang, mainnya lain kali aja. Di bawah ada papaku yuk kita temuin papa sekalian aku kenalin kamu ke dia" ucapnya
"Mmm.. gak papa mas" jawabku dengan bibir agak cemberut karena sebenernya aku kecewa tak jadi bercinta dengan mas Jevan.
"Kenapa yang? Udah ayok turun sini, nanti kita cari waktu yang pas oke?" Tanya dia
"Iya Mas" jawabku yang masih cemberut.

Lalu aku dan mas Jevan turun ke ruang tamu, menemui ayahnya. Di tangga aku terus merasa khawatir bagaimana jika ayah mas Jevan tak seramah Ibunya. Aku sejenak diam berdiri di anak tangga pertama sementara mas Jevan sudah sampai di bawah aku baru sadar.
"Rian sini turun" ucap mas Jevan pelan sambil melambaikan tangannya
"Eh iya maap mas aku ngelamun" jawabku sambil menuruni anak tangga menghampirinya.

Sampai dibawah aku masih takut, akhirnya aku hanya mengekori mas Jevan dibelakangnya. Kemudian mas Jevan memegang tanganku dan menarik aku keluar dari balik punggungnya. Lalu dia duduk di sofa dan akupun ikut duduk di sampingnya tapi dengan muka menunduk karena agak sungkan dan takut dengan ayah mas Jevan.
Sosoknya tinggi besar dengan brewok yang lumayan lebat. Pokoknya kayak keturunan arab gitu wajahnya. Matanya tegas dan tatapannya tajam. Seperti elang.

"Siapa dia Jevan?!" Tanya Ayah Jevan tegas
"Teman Pa" jawab Mas Jevan
"Oh. Nama kamu siapa?" Tanya ayahnya
"Rian om" balasku gugup
"Kamu kuliah dimana?" Tanyanya
"Dia satu kampus dengan ku pa" jawab mas Jevan
"Oh kalian temen kampus?" Tanya ayahnya
"Iya-ia Pa" jawab Mas Jevan
"Kamu kerja atau cuma kuliah saja" tanya papanya
"Dia cuma ker..." Ucap Jevan terpotong
"Diam! Kamu ini dari tadi jawab mulu. Papa nanya Rian bukan kamu" utasnya
"Maap om, aku belum kerja" jawabku gugup

"Gini Pa, kan di kantor posisi asisten keuangan lagi kosong, nah Rian ini mahasiswa teladan di kampus Pa, aku yakin dia cocok mengisi posisi itu" jelas Jevan
"Kamu benar mau kerja?" Tanya papa Jevan
"I--iiya Om" jawabku gugup
"Yakin kamu bisa kerja di perusahaan saya?" Tanya dia
"Iya Om. Saya yakin, saya akan buktikan kemampuan dan dedikasi saya untuk perusahaan Om" jawabku
"Oke. Karena kamu teman Jevan saya akan kasi kamu kesempatan 3 bulan dulu. Kalo kinerja kamu bagus. Kamu saya angkat jadi karyawan tetap" jelasnya
"Beneran Pa?" Tanya mas Jevan
"Iya!" Jawabnya
"Makasih yah om" utasku

"Iya sama-sama, panggil om Candra saja" utas ayah Jevan
"Oh iya Jevan papa mau kasi tau kamu kalo bulan depan teman papa yang dari Malaysia mau datang ke Indonesia jadi papa harap kamu bisa siap-siap ketemu dengan dia" utasnya
"Kan itu teman papa kok aku yang di suruh siap-siap ketemu dia?" Tanya mas Jevan
"Udah tak usah banyak protes. Kamu siap-siap saja bulan depan" jelasnya
"Iya Pa" jawab mas Jevan pasrah
"Ya sudah papa mau istirahat, capek. Mama kamu keluar?" Tanya Papa Jevan
"Iya Pa, tadi ditelpon ama temen arisannya"jawab mas Jevan
"Oh gitu. Papa istirahat dulu" balasnya
"Iya pa" jawab Mas Jevan
"Sekali lagi makasih yah Om" utasku
"Emm" balasnya lalu berlalu ke kamarnya.

"Ayok yang kita balik ke kamar" ucap Jevan
"Gak ah Bi, aku mau pulang aja. Mau siap-siap kan besok mau masuk kerja" balasnya
"Oh iya yah, oke ayo aku anter" cetusnya
"Gak usah mas aku naik ojek aja" balasku
"Ah kok nolak sih, aku kan pacar kamu. Lagian itu mobil diluar apa gunanya coba" balasnya
"Tapi Bi aku mau.." ucapku
"Akh ayok buruan, nanti papa marah loh dia gak suka kalo denger orang ribut kalo dia lagi mau tidur" ucapnya
"Mm.. " ucapku lalu mas Jevan berdiri dan menarik tanganku keluar dari rumah.

Saat tiba di pintu rumah mas Jevan lupa kalo kunci mobilnya ada di atas di kamarnya.
"Eh maap yang, kunci mobil masih di kamar, tunggu aku ambil dulu yah" ucapnya
"Iya Bi " balasku lalu Jevan pergi ke kamarnya dan aku menunggu di depan pintu. Sementara aku menunggu tiba-tiba Ayah mas Jevan keluar dan melihat ku yang sedang menatap ke arah kamar mas Jevan yang ada di atas. Lalu Om Candra mendekati aku. Tentu saja aku gugup, apalagi melihat mata dia yang dari tadi menatapku tajam. Seperti ingin mengatakan sesuatu yang kurang enak didengar.

Kupu-Kupu SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang