"Penyesalan adalah kesimpulan dari setiap kesalahan."Einstein
"Saya kecewa sama kamu!!"
Kilatan amarah terlihat jelas pada kedua retina milik Xeno Luizardo Eliosia itu. Ia menatap tajam sambil mengepalkan tangannya dengan kuat. Sudah dapat ditebak jika Xeno menggunakan bahasa formal, artinya ia sedang marah.
"Memalukan!"
Bukan hanya ayahnya saja yang tengah marah besar padanya, Mama nya saja kini juga terlihat murka melihat hasil ujian putri tunggalnya.
Shanz tidak berani menatap keduanya, ia hanya menunduk sambil meremas pakainya dengan tangan yang juga ikut gemetar. Keringat panas dan dingin saat ini terasa bercucuran pada punggung dan pelipisnya, suasana inilah yang paling tidak di sukai nya.
Kemarahan Xeno adalah hal yang paling Shanz hindari, tapi kenapa dirinya ini merasa sangat bodoh sekali dengan tetap melakukan kesalahan yang sudah dapat di pastikan menyebabkan kemarahan orang tuanya.
"M-maaf y-"
"Diam!" bentak Xeno.
Kaki nya melangkah mendekati Shanz, lalu mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya.
"Aku minta maaf," Shanz menjatuhkan tubuhnya dan memeluk kaki Xeno. Ia menangis sambil terus mengucapkan kata 'maaf' agar Xeno tidak semakin memarahinya.
"Urus anakmu ini Viera. Aku sakit kepala memikirkannya," Xeno melepaskan paksa tangan Shanz dari kaki nya dan pergi begitu saja dari ruang tengah meninggalkan suasana yang masih menegangkan.
"Besok kamu tidak usah sekolah dulu sebelum ayahmu mengambil keputusan," ucap Viera.
"Tapi ma-"
"Sekarang kamu tidur saja. Mama juga kecewa sama kamu sayang, lain kali kamu harus sedikit serius dalam belajar."
Viera menatap Shanz sambil tersenyum hangat layaknya seorang ibu. Semarah apapun, Viera tetap memberi perhatian pada putri nya.
Akhirnya Shanz menuruti perkataan mama nya dan segera menaiki tangganya untuk pergi ke kamar.
Shanz melemparkan tubuhnya pada kasur king size miliknya sambil melihat langit - langit kamarnya yang tampak polos. Ia menyesal tidak mendengarkan apa yang Alexa katakan, nasihat sepupunya itu ternyata benar.
Setelah pembagian hasil test kemarin, Shanz mendapatkan nilai yang sangat buruk. Bahkan merupakan yang paling buruk dari sepuluh ribu murid baru yang kemarin juga mendaftar di hari yang sama dengannya.
Skor nilanya hanya berjumlah (-1,28). Wtf, nilai yang sangat menjijikan hingga membalut wajah kedua orang tuanya dengan rasa malu ketika hadir di sekolahnya kemarin.
Seharusnya Shanz mengerjakan soal dengan benar, mungkin Mama dan Papa nya tidak akan memarahinya malam ini.
Ah udahlah gue males anjir
Shanz mengubah posisi nya menyamping, ia memeluk bantal guling nya sambil memikirkan sesuatu. Ia meraih ponselnya dan menatap layarnya, di sana terpantul gambaran wajahnya yang masih terlihat sembab. Kemudian ia menyalakan ponselnya dan mencari kontak Alexa.
"Ketemu" ucap Shanz dengan girang.
Shanz
Lexaaaaaaaa
Woiii
Sepupu tercantiqqq gue
KAMU SEDANG MEMBACA
Einstein Student (On Going)
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat ketat dan memilki lawan dari seluruh penjuru dunia? Bahkan mereka adalah orang-orang genius. Lebih baik kau mundur saja sejak awal jika tidak b...