Alioooo semuaa! Selamat datang di work ku! Kenalin, aku Mia adik Balee! Xixi
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komennnn. Mia butuh krisar juga, loh! Diterima dengan senang hati🤗.
----------------------
🌟Jadilah pembaca yang bijak🌟
∆∆
∆-Mungkin Tuhan belum adil sekarang. Namun, ada rencana lebih indah dibalik ketidak Adilan itu. Bukankah pantai menjadi lebih indah jika ada ombak yang menerjang?-
Lollipop berwarna merah yang membentuk huruf O itu tampak meleleh di lidah Tania. Jilatan demi jilatan dihadiahkan kepada sang permen yang banyak disukai anak-anak itu. Rasa manis yang khas membuat siapa pun yang mencicipinya akan terasa bebas seakan tidak ada beban. Tapi hey! Tania! Kamu mau ke mana?
"Bang, kalau Nia beli dua lagi boleh?" tanya Tania dengan wajah lugunya. Dia memberikan tatapan andalannya, agar pedagang lollipop itu mau memberikan apa yang diinginkannya.
Abang tukang lollipop itu tersenyum sekilas, "Satu lollipop harganya dua ribu. Kalau dua lollipop berarti empat ribu. Adek uangnya berapa?" tanya Abang lollipop dengan ramah.
Mendadak wajah Tania lesu. Dia sudah yakin ini akan terjadi, makanya dia tadi memasang wajah puppy eyes. Uangnya hanya dua ribu saja, dan itu berarti dia hanya dapat satu.
"Uang Nia cuman ada dua ribu. Tapi Nia mau dua, kalo satu aja enggak cukup! Abang, Abang kan baik. Nanti kalo Abang kasih Nia dua, Nia doain semoga dagangannya laris manis! Tanjung kimpul!" seru Tania dengan semangat sambil mengadahkan tangannya di udara.
"Semoga banyak yang beli! Semoga Diberkahi! Semoga-" Belum ada tiga kalimat Tania berbicara, tiba-tiba ada sebuah benda yang menempel di telinganya. Lama-kelamaan rasanya menjadi sakit! Aw! Nia dijewer!
"Bagus ya! Tadi Mama suruh kamu tunggu di depan, bukan malah godain abang-abang disini!" Ratih—Ibunda dari Tania yang sifatnya tegas namun tidak naas seperti Ibu yang lainnya.
"Kan Mama sudah bilang, jangan terlalu banyak makan yang manis-manis! Gigi kamu itu sensitif. Maaf ya Bang, anak saya emang suka gini, hehe. Maaf ya, permisi!"
Kedua makhluk yang saling menyayangi itu pun bergegas pergi dari tempat penjual lollipop tadi. Mereka berjalan menuju ke toko seberang.
Saat masih berada di tengah tempat penyeberangan, sekelebat motor ninja hitam melaju dengan sangat cepatnya.
Stang sebelah kiri motor itu menabrak Mama Ratih. Dia terlempar lumayan jauh sekitar 2 meter dari tempat kejadian.
Sementara Tania? Dia hanya tersenggol dan jatuh tidak jauh dari situ. Kaget. Ya, itu kata yang paling pas untuk keadaan Tania saat ini.
Segera Tania memutar mencari keberadaan Mamanya. Matanya menangkap sosok yang kini sedang telungkup di pinggir trotoar. Darah mengalir dari pelipis dan kepalanya.
Lemas. Tania tidak sanggup melihatnya. Tania masih terlalu kecil. Dengan segala sisa kekuatan yang dia punya, dia berlari melangkah mendekati sosok tersebut. Berharap dengan apa yang dipikirannya itu hanya halusinasi semata.
Mungkin Mamanya tidak jadi ikut menyebrang tadi, dan yang disampingnya itu hanya orang lain? Atau mungkin Mamanya sudah duluan berada di dalam toko dan tidak sengaja meninggalkannya tadi?
Semakin Tania dekat, semakin keyakinan itu perlahan terganti dengan kecemasan. Bukan! Ini pasti bukan Mama! Hanya itu yang ada dipikirannya.
"Hiks, MAMAAAA!" Tania runtuh saat itu juga. Dia tidak kuat lagi.
Semua orang yang melihat kejadian di sana turut serta membantu dan menolong Ratih. Ambulan segera ditelepon untuk membawa Ratih ke rumah sakit terdekat.
Tania yang masih terduduk sambil nangis hanya bisa melihat mereka semua mondar-mandir membantu Mamanya.
***
"Jadi, gimana dok keadaan istri saya?" Feren segera bangkit tatkala pintu UGD terbuka. Ia sangat khawatir dengan istrinya itu. Saat kejadian, dia sedang ada pekerjaan di Bandung.
"Istri Bapak mengalami mengalami benturan yang keras di bagian belakang kepala. Ada bagian yang terbentur tepat di bagian sarafnya. Sekarang istri Bapak sepertinya sedang koma. Saya hanya berpesan agar Bapak sekeluarga banyak-banyak berdoa saja ya, pak. Mari, saya permisi." terang dokter itu sambil menepuk dua kali punggung Feren.
Lantas ia langsung berhambur masuk ke dalam UGD, melihat istrinya. Tania? Kemana dia? Jangan ditanyakan. Kalian pasti tau. Anak kecil, Tania masih kecil dan harus melihat peristiwa yang akan mengganggu mentalnya suatu saat nanti.
Saat kejadian tadi, ada orang yang menghampirinya dan menawarkan untuk diantar pulang. Tania hanya mengangguk dan mengikuti perkataanya. Dia sudah malas memikirkan yang lain.
Untung saja dia masih tipikal anak yang ga lupa ingatan. Dia sangat hapal jalan rumahnya dan nomor telepon orang tuanya.
***
Ruangan bercat putih dan luas, bau obat mendominasi. Di ujung tengah, terlihat brankar yang sedang ditiduri seorang wanita. Wajahnya yang damai ketika tidur.
Feren menatap istrinya dalam. Mungkin jika Ratih sudah bangun nanti, dia akan meminta maaf Yang banyak karena selalu saja pergi disaaat keluarnya itu sedang butuh.
"Arghh! Ha'! Argghh ha!" Ratih sadar, tapi sadar dengan kejang-kejangnya. Feren segera memencet tombol yang menempel di tembok.
Tak lama dokter datang, dan langsung memeriksa Ratih yang sekarang sudah diam bahkan tertidur lagi. Entah apa yang terjadi.
Dokter itu mengeluarkan napas dengan kasar sebelum mengambil napas panjang. "Sus, catat waktu dan tanggalnya."
Feren semakin gusar. Ia mengacak-acak rambut asal, "Dok, apa maksudnya? Istri saya tadi kejang. Dia kenapa Dok?" tanya Feren memastikan. Walaupun segala kemungkinan itu sudah ada di dalam kepalanya.
"Maaf Pak, saya sudah melakukan yang terbaik. Namun sepertinya Tuhan berkendak lain. Bapak harus ikhlas." Setelah menyampaikan maksud, Dokter itu —Dokter Hardi— mengambil kedua ujung selimut putih yang masih membungkus tubuh Ratih.
Ia mengangkat lalu menutupnya sampai wajah Ratih tidak terlihat lagi.
Tania yang baru saja datang dan melihat itu, lantas berlari dan memberontak.
"Wajah cantik Mama ga boleh ditutupin! Nanti mama ga bisa ngeliat kalo di tutupin matanya! Hiks. Pa, Mama kenapa? Kok ga bangun-bangun? Hiks." tanya Tania bertubi-tubi sambil menangis tersedu. Ia tidak melepaskan pelukan dengan Mamanya.
to be continued 🌈
🦋Alooo.. gimana ceritanya? Greget gak? Baru prolog. Jangan lupa tinggalkan jejak ya manteman. Tapi yang aku lebih butuh adalah krisarnya. Jumpa besok! Tatah
-Update setiap hari-
KAMU SEDANG MEMBACA
TAAPATI [ON GOING]
JugendliteraturBagi Respati, melepaskan untuk mengikhlaskan adalah suatu keputusan yang baik. Namun Tania? Baginya mengikhlaskan tidak harus melepaskan. Sampai keduanya membisu lalu diam dalam rindu. "Tapi gua ga mau sama dia! Masa lalu, ya masa lalu. Ga perlu dii...