Chapter 1. Joanna

94 27 5
                                    

"Hal yang sungguh menyakitkan adalah melihat orang yang kita sayang terluka tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa."

🥀🥀🥀🥀🥀

Joanna Auristella

***

"To-tolong, lepaskan aku," ucap seorang gadis berwajah pucat dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya yang kurus dan kusam itu. Meringkuk disudut ruangan yang gelap dan pengap di tambah penerangan yang minim membuatnya merasa sesak.

"Melepaskanmu? Setelah aku bersusah payah mencarimu begitu?! tidak akan! Sebelum kau mati ditanganku," katanya geram.

"Ku-kumohon biarkan aku pergi," lirih gadis itu dengan mata yang yang sudah berkaca-kaca.

Tes tes tes, akhirnya air mata yang di tahannya menetes juga di atas pipi mulus gadis itu.

"Baik, akan aku lepaskanmu tapi dalam peti mati," ucapnya menyerigai memainkan pisau yang terlihat mengkilap terkena bias lampu.

"Tidak-tidak jangan!!!" teriak sang gadis ketakutan terus meringkuk disudut ruangan.

"Kau harus matiii!!!"

Hosh hosh, deru nafas memburu dengan peluh membasahi wajahnya seakan akan sudah berlari ratusan kilometer.

"Ck mimpi itu lagi,"lirihnya menghela nafas kasar.

"Apa yang harus kulakukan?" monolog gadis itu seraya mengusap peluh didahi lalu menelungkupkan wajahnya.

"Hah, jam berapa sekarang?" tanyanya pada diri sendiri sambil bangkit mengambil ponselnya di atas nakas.

03.32 a.m

"Masih terlalu pagi, lebih baik aku mandi terlebih dahulu,"gumannya seraya bangkit menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi.

Bukan hal lazim baginya melakukan kegiatan sepagi ini, beberapa hari belakangan ini memang dia mengalami insomnia yang cukup parah, bahkan jam tidurnya pun tak beraturan. Tangannya mengambil handuk yang ada di towl rack, mungkin air dingin bisa menenangkan sedikit otaknya, pikir gadis itu.

Tak lama dia keluar dari kamar mandi dan bersiap siap untuk berangkat sekolah. Menatap pantulan wajahnya di cermin, wajah dengan pipi tirus di tambah kantung mata yang agak tebal menandakan dia kurang tidur. Sebenarnya dia cukup cantik dengan bulu mata yang lentik, bibir mungil, dan bola mata berwarna hijau layaknya hutan pinus. Namun sayang ia harus mengenakan kacamata budar kuno yang membuat gadis itu sering dianggap cupu oleh teman teman sekolahnya.

"Huh, inikah diriku?"ucapnya membuang nafas.

Setelah bersiap siap dia membuka pintu kamarnya itu menuju dapur untuk membuat sarapan, sebab cacing cacing di perutnya berdemo minta di isi. Gadis itu membuka kulkas, ia hanya mendapati sebungkus mie instan dan sebutir telur. Tidak berpikir lama dia memasak dan memakannya.

***

Jalanan masih senggang di karenakan hari masih terlalu pagi untuk mulai aktivitas, di tambah cuaca yang cukup dingin membuat orang-orang enggan terbangun dan lebih memilih untuk bergelung di kasur yang empuk dengan selimut yang hangat. Sunguh nikmat mana yang kau dustakan, jika itu terjadi padamu tentunya.

Tapi tidak dengan Joanna Auristella, nama yang indah namun tidak seindah kehidupannya. Banyak orang mengatakan roda kehidupan itu berputar kadang diatas kadang dibawah dan kini dia mempercayainya. Dulu ayahnya adalah seorang pengusaha yang cukup terkemuka dan ibunya seorang dokter dirumah sakit yang lumayan bergengsi. Hidupnya serba berkecukupan, sekali lagi itu hanyalah kehidupannya dulu. Semenjak perusahaan yang dikelola ayahnya bangkrut, kini ayahnya menjadi seorang pemabuk dan kasar. Membuat Joanna sering merasakan pukulan dan cacian dari ayahnya sendiri, di tambah Ibunya yang sakit parah membuat gadis itu resah dan takut. Takut jika malaikat pelindungnya pergi meninggakan Joanna untuk selamanya. Ingin dia menggatikan posisi ibunya jikalau bisa, namun kita manusia yang hanya bisa berdo'a dan berusaha semuanya kembali lagi pada Tuhan.

ArionnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang