Chapter 3. Bawa aku pergi

58 20 3
                                    

Hidup mengajarkan kita jika setiap waktu yang kita lewati sangatlah berharga.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Happy reading😊

💕💕💕💕💕

Pasti ada,saat saat dalam hidup, ketika kamu sangat merindukan seseorang. Hingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Begitupula dengan ku saat ini.

Langit mendung bahkan rintik-rintik air mata langit mulai jatuh ke bumi seakan akan ikut merasakan kesedihan yang dialami semua orang, meruntuhkan pertahanan yang sudah dibangun tinggi tinggi karena sudah tidak kuat.Berharap bisa meringankan sedikit beban yang menghimpit dada.

Sangat disayangkan memang, kebersamaan tidaklah selamanya. Meskipun kita meminta dengan setulus hati,ingin egois memilikinya untuk seorang diri namun kita tentunya akan kalah dengan penguasa takdir. Tuhanlah penentu sebuah perjalanan manusia, yang menentukan kapan seorang akan terus bersama dan kapan seseorang harus pergi. Hidup mempertemukan kita dengan seseorang dengan satu alasan, namun hidup juga yang memisahkan dengan berbagai alasan.
Tapi meski begitu dari hidup kita belajar memahami bahwa setiap waktu yang kita lewati sangatlah berharga.

Sepasang manusia menunduk menatap gundukan tanah bertabur bunga yang masih terasa baru. Menciptakan aliran sungai kecil dipipi mulusnya dan isakan kecil yang berusaha ia tahan.

"Ma,kenapa mama tinggalin Jo?hiks, Jo takut sendirian disini. Siapa yang akan bela Jo jika ayah berulah? Cuma mama yang tulus sayang sama Jo. Seharusnya Jo yang pergi." Akhirnya pertahanan yang dia buat runtuh juga .Sudah lama dia menangis namun air mata yang dia tumpahkan seakan akan tidak ada habisnya.

Usapan pelan dibahunya dari seorang sahabat yang sudah dianggap kakaknya sendiri menyadarkannya bahawa ia masih ada seorang disampingnya.

"Udah Jo," ucapnya lirih.
"Pulang yuk,udah mau hujan.Nanti kamu sakit..."kata Aiden.

Hanya gelengan yang Joanna berikan tanpa menatap Aiden.

"Jo dengerin gue," kata Aiden menahan bahu Joanna agar menghadapnya. Wajah pucat dengan mata sembab terlihat menyakitkan dimatanya.

"Jangan kayak gini, gue tau loe sedih. Tapi jangan abaikan kesehatan loe. Mama loe bakalan sedih juga liat loe kaya gini," ucap Aiden pelan.

"Sekarang kita pulang dulu besok loe bisa kesini lagi oke"ajak Aiden.

Joanna akhirnya mengangguk.

"Ma,Jo pulang dulu.Jo janji bakal sering kesini.Mama yang tenang disana, Jo bakal jaga diri Jo baik baik" kata Joanna mengusap pelan batu nisan dengan nama 'Ayesha Arisha'dengan sayang sembari bangkit dipeluk Aiden dari samping.

Berjalan pelan menjauh dari peristirahatan terakhir sang malaikatnya diringi semilir angin  selepas hujan.

***

"Mau pulang kerumah gue apa ke rumah loe?"tanya Aiden sambil memasang seatbelt mobil.

"Pulang kerumah aku aja Ai"ucapnya lirih sembari memejamkan matanya lelah.

Pikirannya menerawang ketika menerima telpon yang membuatnya sesak dan perih seakan ribuan jarum menusuk tepat di jantungnya.

Suara handpone berbunyi

"Iya,hallo?" jawab Joanna yang ternyata handphone nya yang berbunyi.

"Iya dengan saya sendiri"jawabnya.

"Appaa!!!"teriaknya.

Joanna POV

Aku terpaku menatap lorong lorong kelas seolah oksigen yang aku hirup semuanya hilang tak bersisa, yang ada hanyalah gas beracun yang mecekik leherku.

ArionnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang