Hidup Renjun tenang, stabil, diwarnai dengan gemercik ombak kecil-kecil sesekali, tapi bukan jenis yang tidak bisa dia hadapi.
Renjun seorang wedding planner. Pekerjaannya sempurna. Membantunya bergerak ke dua arah sekaligus; mengembangkan minatnya pada seni dan kemampuan otaknya untuk membuat proyeksi persiapan.
Hidupnya berkisar dalam kotak-kotak rencana, bilik-bilik kalender yang ditandai, dan agenda-agenda berderet yang akan diceklisnya satu persatu ketika sudah selesai.
Untuknya, pernikahan begitu istimewa. Pernikahan adalah simbol komitmen yang dengan keinginan masing-masing yang bersedia untuk saling terikat, saling menjaga, saling mencintai, dalam janji sehidup semati. Dia memastikan semua yang terbaik akan datang.
Setelah konsultasi bersama calon pasangan yang berbahagia dilakukan berjam-jam, Renjun merupakan pria yang paling bisa diandalkan untuk memilih rangkaian bunga paling cantik. Undangan yang paling unik formatnya. Warna galeri yang melambangkan kedua pasangan dengan sempurna. Bahkan menu makanan yang akan membuat semua tamu undangan meneteskan air liur.
Renjun adalah orang yang tepat. Sayangnya, bukan untuk tunangannya sendiri, Donghyuck.
Jika Renjun pandai membuat persiapan pernikahan dengan detil yang tak pernah luput dari perhatiannya, dia akan mengorbankan jam makan siangnya dengan Donghyuck demi hasil yang paripurna. Jika Renjun bisa menjadwalkan tanggal alternatif ketika venue yang diinginkan penuh di-booking saat itu, dia tidak pernah bisa menemukan waktu yang tepat untuk menemui kedua orang tua Donghyuck dan, mirisnya, mencari tanggal pertunangan mereka sendiri. Puncaknya, saat pernikahan mereka selalu diundur karena Renjun hampir selalu menghadapi krisis di pekerjaannya, dia kehilangan kata-kata yang bisa menahan Donghyuck untuk pergi.
Terakhir kali, yang dikatakan Donghyuck secara verbatim adalah, "Pernikahan kita bukan proyekmu yang bisa selalu kau reschedule di saat terdesak, Renjun-ah."
Ironis. Seorang wedding planner yang menggagalkan pernikahannya sendiri berkat kesibukannya.
Keseimbangan dalam hidup Renjun terkontaminasi dengan pahitnya kepergian Donghyuck. Jalinan kasih mereka yang dimulai sejak kuliah hingga sama-sama bekerja kandas begitu rupa.
Dan kini, Renjun malah mengira-ngira, kejutan apa lagi yang bisa dilemparkan hidup padanya.
∞
Titel seorang petualang tersemat untuk Jaemin bukan hanya karena hobinya yang senang melanglang buana sendirian.
Dulu, bepergian hanya sekadar hobi untuknya. Kini, itu adalah bagian dari hidup dan jati dirinya.
Jaemin akan memilih kemanapun selain di rumah. Dia akan berada tiga hari di pedalaman Kalimantan untuk memotret orangutan, seminggu setelahnya menelusuri sabana di Afrika dengan mobil berjeruji sambil memantau kawanan singa, atau bahkan berjalan nyaris tanpa suara di belakang gerombolan hering yang sedang melahap bangkai.
Menjadi wildlife photographer memberinya sudut pandang lebih luas yang lucunya diinisiasi dari lensa sempit kamera. Tangkapannya tersirkulasi di mana-mana. Halaman sosial media National Geographic hingga headline berita organisasi non-profit perlindungan satwa.
Jaemin menuturkan cintanya pada alam dengan memberikan banyak tangkapan gambar untuk dipublikasikan dan diperlihatkan kepada khalayak yang lebih luas. Untuknya, membagikan momen-momen yang nyaris tidak bisa terjamah oleh orang awam sama halnya dengan berbagi visi dengan orang buta. Memberikan fenomena statis dalam guratan warna yang nampak begitu hidup, begitu bebas.
Alam liar mengajarkannya bukan kesendirian, tapi justru bagaimana mencari teman yang berbeda spesies karena semua makhluk ciptaan Tuhan pada dasarnya sama. Sama-sama berbagi oksigen untuk hidup, sama-sama berbagi tempat di Bumi yang sempit.
Jaemin adalah riak ombak yang bergulung dari ujung samudera dan siap menghempaskan semua sisa-sisa karang di pinggir lautan dengan deburan yang keras. Dia adalah seseorang yang nyaris tidak bisa dihentikan, diprediksi.
Hingga sebuah telepon membangunkannya suatu pagi. Kontraknya dengan National Geograpic dipermanenkan. Jaemin kini punya jadwal-jadwal yang harus dipenuhi. Hidupnya tidak lagi selepas dulu.
Ini merupakan kejutan, kata orang-orang yang mengenalnya. Sahabatnya sendiri, Jeno, berpikir jika mungkin dirinya tak sengaja terantuk batu dan menabrakkan kepala ketika dikejar hyena minggu lalu di Taman Nasional Nabib-Naukluft dari assignment-nya yang terakhir. Tetapi Jaemin hanya menghadapinya dengan senyum, dan mengangkat bahu, "Anggap saja sedang butuh variasi."
Jeno menganggapnya aneh, sebab hidupnya memang sudah sevariatif itu. Bahkan cenderung chaotic. Jaemin masih bertahan dengan gagasannya, bahwa sekecil apapun perubahan dalam pola kehidupan, berbobot sama besar dengan kejutan.
∞
This one wouldn't be as long as 'tanda; mengenal makna', karena memang plan awalnya juga oneshot, tapi terbagi jadi beberapa bagian karena I want to make shorter chapter.
This story is labelled mature, but not explicit, please be aware of this fact.
Enjoy!
Xxx - Rhè
KAMU SEDANG MEMBACA
Off the Shore - JaemRen [ ✓ ]
FanficKeduanya mengartikan, dan menjalani hidup dengan cara berbeda. Perbedaan berarti waktu yang dilewatkan untuk saling mengetahui sisi-sisi baru yang siap untuk disingkap dari kedua kutub. Antara ketidakteraturan dan ketidakpastian. Antara saling meno...