9 - Taruhan

211 32 5
                                    

Ketika waktu katanya menyembuhkan luka.
Apa waktu juga bisa merubah rasa?
Yang awalnya cinta jadi benci, lalu benci jadi cinta.

Yang semula tiada jadi ada, begitupun sebaliknya.

...

"Tumbenan si Bos nggak jemput kesayangan?" tanya Gun heran, biasanya Mean tanpa ditanya, disuruh prioritasnya jemput Perth di kelas buat makan siang bersama.
"Nanti dia datang sendiri kok." kata Mark sambil sibuk nyalin tugas.

Gun hanya mengangguk paham.
"Sepertinya bos kalau lagi nyalin tugas, nggak mendahulukan Perth yah." komentar Mark yang dibalas tatapan malas Mean.
Ternyata setelahnya si Perth dan Plan datang menyapa mereka.

"Tuh kan, aku bilang apa, si bocah datang sendiri kok." kata Mean senang melihat Perth datang.
"Selamat siang kak." sapa Perth pada Gun dan Mark lalu duduk bersama Mean.
Gun pun berdiri untuk menemani Plan memesan makanan.

Tanpa sadar Mark memperhatikan antara Meanperth dan Gunplan, seolah menemukan kesamaan.
Mean yang bucin, Perth yang mulai merespon, dan Gun maupun Plan yang menunjukkan ketertarikan.

Mark menghela nafas, akhirnya dia yang ternyata sendirian.

"Bentar yah, aku selesaiin ini, tinggal dikit." kata Mean pada Perth.
"Iyah." jawab Perth, dalam diam, Perth melihat sosok disampingnya begitu serius dengan Tugasnya.

"Phi Mark lihat apaan?" tanya Perth pada Mark yang masih memandang Plan di kejauhan antri makanan sambil bercanda dengan Gun.
"Ah bukan apa-apa kok." balas canggung Mark, berharap Perth tidak sadar apa yang sedang ia lihat barusan.

"Udah selesai." kata Mean lalu mematikan laptopnya dan menatap Perth.

"Terimakasih udah datang beneran." kata Mean sambil tersenyum.
"Untuk hari ini aku bakal baik sama om." kata Perth yang dibalas anggukan oleh Mean.

Gun dan Plan datang membawakan makanan mereka.
Secara otomatis Plan duduk diantara Gun dan Mark seperti biasa.

"Aku suapin?" goda Mean.
Perth menggeleng.
"Makan sendiri-sendiri." kata Perth datar.

"Kamu mau aku suapin?" bisik Mark pada Plan ikutan Mean.
"Aku mau dong." balas Gun, lalu mereka bertiga tertawa.
Interaksi yang lucu.

.
Plan, Mark dan Gun sudah pergi, tas Mean juga sudah dibawa Gun tadi.

Sekarang tinggal Mean dan Perth di lantai atas depan tangga untuk turun ke kelas Mean.
Mean berdiri di satu anak tangga lebih rendah, untuk menyamakan tinggi dengan Perth.
"Boleh aku tanya alasan kamu nggak galak hari ini? Bahkan mau datang ke kantin dengan sukarela." tanya Mark dengan penasaran.
"Untuk membalas pelukan waktu itu, aku hanya berpikir bahwa kita berdua punya kesamaan." kata Perth terus terang.

Mean tersenyum senang.

"Apa itu artinya kamu sudah mulai menyukaiku?" tanya Mean balik mennggoda.
"Jangan menyimpulkan begitu Om, aku baik bukan berarti sudah menyukai atau semacamnya, aku balik kelas." kata Perth sambil berbalik.
"Tetap saja, terimakasih." balas Mean atas perkataan Perth yang terakhir.
Perth mendengarnya, dan tanpa ia sadari, rona merah di pipinya muncul.

.

"Apa kamu sedang PDKT sama Plan?" tanya Mark berterus terang pada Gun.
Ia penasaran dengan kedekatan sahabatnya dan seorang yang diincarnya.

Apa lagi-lagi mereka harus menyukai yang sama dan berakhir mengalah untuk satu sama lain?

"Ada pertanyaan lebih menarik dari itu." kata Gun yang ingin balik bertanya.
"Apa?" tanya Mark penasaran.

"Mengapa kita selalu berawal menyukai seorang yang sama, lalu berakhir melepaskan setelah mendapatkan? Seolah kita suka bersaing tapi tidak ingin memiliki apa yang kita perjuangkan." sebuah pertanyaan sederhana yang juga berputar dalam kepala Mark.
Tapi ia malah tidak bisa menjawabnya.

Gun kemudian tertawa membuat Mark tertawa.
"Isi kepala kita itu kosong, memikirkan alasan dan jawaban dari pertanyaanku sendiri pun aku tidak tahu." jawab Gun malah ketawa ngakak.
Mark ikutan ketawa.

Dua-duanya hanya sulit mengatakan apa yang menjadi alasan mereka berdua seperti itu.

...

"Phi Mark." panggil Perth saat mereka bertemu di parkiran.
"Eh bocah." sapa Mark.
"Phi Mean mana?" tanya Perth mencari keberadaan si Om.
"Dia nunggu didepan." jawab Mark heran tumbenan bocah nyariin Mean.

"Ah gitu, aku mau nawarin pulang bareng, apa kalian ada kegiatan setelah pulang?" tanya Perth.
Mark tersenyum melihat tingkah gugup si bocah.
"Kamu bisa antarin dia pulang kok." kata Mark membalas pertanyaan Perth, lalu ia masuk ke mobilnya.
Perth pun juga masuk ke mobilnya.

"Mark lama banget." keluh Mean saat melihat Mark keluar dari mobilnya.
"Bos, ini tas bos, hari ini aku absen jadi supir, ada yang nawarin mau ngantar pulang." kata Mark membuat Mean bingung.

"Lah siapa yang nawarin begitu?" tanya Mean penasaran, tapi saat melihat mobil Perth mendekat, Mean jadi makin penasaran.

Apa maksud Perth membaik begini?
Rasa curiga menjalar ke otaknya.

Karena bagi Mean, Perth adalah bocah gigih yang kudu dikejar, dia gak akan tiba-tiba baik tanpa alasan hanya karena pelukan atau rasa bersalah menendang Mean di hari kemarin.

Perth bukan seorang yang mudah berubah.
Tanpa sadar, Mean lebih memahami si bocah.
"Aku antar pulang." kata Perth sambil menghampiri Mean.

Mark pamit duluan.

Sampai mobil Perth mulai berjalan pun, Mean masih memikirkan alasan Perth begini padanya.

"Tumben Om nggak berisik?" tanya Perth heran.
Mean hanya memandang luar jendela.
"Aku hanya sedang bertanya-tanya tapi takut pada jawaban." kata Mean.

Perth paham maksudnya.

"Tanyakan apa yang membuat Om penasaran." jawab Perth tenang.
"Apa maksud kebaikan mendadakmu ini? Apa diam-diam kamu merencanakan pelarian diri dariku?" tanya Mean membuat Perth tersenyum.

"Aku juga sedang bertanya-tanya apa hari ini sudah cukup untuk sebuah taruhan?" kata Perth membuat Mean menghela nafas.

Sejujurnya ia senang Perth mulai kalem, tapi bagaimanapun ia paham, Perth tidak bisa diprediksi.

"Kamu mau mengajukan taruhan apa?" tanya Mean.
Ia tidak suka bagaimana cara Perth ingin melarikan diri.

"Bulan depan Ulang Tahunku, buat aku jatuh hati pada Om sampai hari itu, jika di hari itu aku masih belum jatuh cinta, maka berhentilah mengejarku." kata Perth membuat Mean tidak bisa berpikir apapun.

"Aku tidak mau Om menghabiskan waktu sia-sia untuk mengejarku, tapi ada syarat untuk Om bisa menyetujui hal ini." bocah itu benar-benar menyebalkan saat ini.

"Apa syaratnya?" tanya Mean.

"Berhenti dengan kebiasaan burukmu, jika di hari itu aku benar-benar jatuh cinta padamu, maka aku tidak akan pernah menjauh darimu lagi." kata Perth membuat kepala Mean mendadak pusing.

"Tanpa protes apapun, aku setuju." jawab Mean.

Mereka sudah sampai depan rumah Mean.
Saat keduanya keluar, Mean menghampiri Perth.

"Aku setuju pada semua yang kau ucap hari ini. Tapi bocah, jika saat itu aku benar-benar membuatmu jatuh cinta, pastikan juga aku masih menggilaimu." bisik Mean dengan nada menyindir.

Perth hanya terdiam.

Waktu bisa mengubah segalanya, dari yang ada menjadi tiada, dan sebaliknya.

Termasuk pada perasaan.

...

Tbc

...

I MISS YOU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang