6 - Cium

272 39 22
                                    

Mengukir kisah dimana awal rasa itu ada.

...

Mean merasa malas lagi datang ke Club semenjak ia malu dibilang si adek kalau dirinya bau alkohol.
Rasanya aneh sih biasanya dia masa bodoh kalau ada yang mengatainya seperti itu, bahkan saat phi Saint yang menyindir pun ia biasa ajah.

Namun sekarang ia duduk didepan May yang mulai mabuk karna diputusin sama Mario.

Gadis ini ternyata kakak tiri Perth, beda kelakuan sama Atta dan Pam.
Atta sih tidak tahu, kalau Pam pasti anak  baik-baik.

"Cowok tuh banyak, nggak usah dibuat susah sih." kata Mean.
May menggeplak kepalanya.
"Iya kamu bisa ngomong gitu karna kamu cowok, sial yah semua cowok itu, ah kecuali si adek." racau May.
"Emang adek kamu kaya apa?" Mean lebih kacau, udah tau si May mabuk malah dibuat kesempatan tanya soal Perth.

"Adek tuh gak terlalu deket sama aku, dilarang Pam soalnya khawatir aku khilaf ngajak dia ke Club atau arena balap. Adek tuh manis, imut, nggemesin  pula." kata May gemas sendiri kalau udah ngobrol soal si adek.

Perth emang imut dan manis sih, Mean jadi senyum ingat soal dua ciri si Perth.

"Adek kamu nggak pernah ngomelin kamu soal kelakuan kamu?" tanya Mean penasaran.
"Wah si adek kecil gitu jago ngomel sih, gak jarang aku diambek in si adek kalau aku berulah, tapi yah gimana, berubah gak semudah itu." kata May.

Ia terus minum, hingga tidur.
Sedang Mean pun membayar tagihan dan berniat membawa May pergi namun ada Atta yang tiba-tiba datang.

"Kamu kan teman Perth yah, nggak sangka kamu juga temenan sama si May." kata Atta yang sepertinya cukup senang bertemu Mean.
"Ah iya." jawab Mean.
"Kalau gitu ayo kamu yang gendong May." Kata Atta yang jelas senang, dia kan pendek, angkat May yang tinggi yah jelas berat.
Jadi mari manfaatkan Mean.

.

"Jadi nak Blue mau melamar Pam?" tanya Bunda Pam.
"Iya tante, tahun depan saat Pam berusia 19 tahun kami bertunangan." kata Blu di hadapan calon mertuanya.

Perth hanya mendengarkan sambil makan.
Malam ini ia dan kak Pam menginap di rumah Bunda mereka.
Bunda Pam jelas setuju, Blue tampan dan juga baik, sopan, kaya pula, yang lebih penting Blue juga sangat menyayangi Pam.

"Kalau Bunda jelas setuju saja sih, kalian sudah pantas untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan."   kata Bunda Pam bahagia.
"Terimakasih Bunda." kata Pam senang.

Setelahnya terdengar bunyi bel.

"Biar Perth yang buka." kata Perth lalu melangkah ke depan dan membuka pintu.
Terkejut saat melihat Mean ada di hadapannya, dengan kak May di punggungnya.
Ada Atta dibelakangnya.

"Eh ada adek, yuk masuk." ajak Atta pada Mean.

Mereka melewati Ruang makan untuk ke kamar May.

Setelahnya Bunda mengajak Mean makan bersama.

Kecanggungan terjadi saat Pam menyapanya.

"Tumben malu, biasanya malu-maluin." bisik Perth yang merasa lucu melihat Om penggoda jadi canggung.
"Habis aku canggung didepan calon mertua." bisik Mean balik menggoda Perth yang  pipinya jadi bersemu merah.

"Kalian senior dan junior yang akrab sekali sepertinya." komentar bunda senang, teman May yang sering numpang makan disini akrab juga sama Atta dan Perth, apalagi teman SMP Pam.
Memang dunia itu sempit.

Yah jadi memang Mean canggungnya sama Pam ajah, setelahnya sifat bobroknya pun kembali.

"Iya kami ini akrab sekali." kata Mean.
Si bocah hanya diam tidak menggubris.

Om menang mengambil hati keluarga Perth.

"Iya mereka akrab, bahkan Mean sering menemani Perth saat menunggu aku atau Atta yang jemput." kata Pam.
"Bahkan Mean juga yang menemani Perth disaat ia sakit." tambah Atta.

Nilai plus yang membuat Bunda makin suka Mean.

"Sepertinya kalian berdua cocok." komentar Blue saat melihat Mean antusias menggoda.

"Cocok untuk partner berantem." jawab  Perth dengan cemberut.

Lah kok menggemaskan?

"Yang awalnya berantem tuh ujungnya bisa jadian, kaya kak Pam sama Kak Blue, atau aku sama ehhh masih PDKT." kata Atta malu sendiri hampir keceplosan soal gebetannya.

Mean malah tertawa melihat Perth jadi makin cemberut.

"Nak Mean, jagain anak Bunda yang paling imut ini yah kalau di sekolah." kata Bunda sambil tersenyum.
"Siap tante dengan senang hati." kata Mean merasa menang.

Deketin keluarga doi.
Baru deh ambil hati doi.

Mean strateginya mulus yah.
Nggak disangka sebenernya, cuma yah ini keberuntungan Mean.

.

"Cari muka mulu." sindir Perth saat Mean menghampirinya yang duduk di balkon.
Mean disuruh Bunda menginap, tidur sama Perth pula.
Sedang Blue menginap juga dan tidur sama Atta. Kalau Pam tidurnya sama May.

Ini kamar Perth memang, setiap dia menginap pasti paginya dibersihkan May, sedang Atta dan Blue tidurnya di Kamar tamu.

"Nggak masalah cari muka, yang penting aku tulus nggak munafik sih dek." jawab Mean nggak sakit hati.
Meski Perth ngasihnya sindiran mulu, Mean akan menjawabnya dengan Gombalan karna sayang.

"Kamu nggak pernah sakit hati om sama perkataanku?" tanya Perth dengan polosnya, masih punya rasa nggak enak ternyata.
"Buat apa sakit hati, kamu kan nggak tahu aku dengan baik, jadi nggak masalah buatku." kata Mean sambil menatap langit malam.

Penuh bintang.
Meski sedikit mendung.

Perth tertegun.

"Memangnya apa yang bikin kamu segigih itu suka aku Om?" tanya Perth.
Mean beralih memandang bocah yang lebih pendek darinya.

"Kamu bikin aku tergila-gila tanpa alasan sih." kata Mean sambil tersenyum. Perth merasa pipinya panas.
Mean menangkup pipi Perth.

Perth hanya menatap mata Mean yang hitam.

"Kamu itu bikin jantungku lompat-lompat, kamu juga bikin otak gak warasku makin menjadi, kamu tahu aku memang bukan anak remaja yang baik, semua yang ada di aku itu buruk, tapi ketemu kamu, dijudesin kamu, disindirin kamu, akunya nggak tersinggung, malah aku jadi ingin lebih baik biar kamu terkesan sama aku. Awalnya sih gitu." kata Mean.

"Terus sekarang udah gak suka?" tanya Perth bingung.
Kok cuma bilang awalnya gitu, lah sekarang jadi gimana.

"Masih suka, malah makin suka, semakin kamu jauh, akunya makin suka, karna aku udah sejatuh itu cinta sama kamu." kata Mean lalu mendekat dan mencium bibir Perth.

Perth kaget, ia memukul dada Mean, namun tangan Mean malah beralih ke pinggangnya dan menarik si mungil kedekapannya.

Mean menutup matanya dan baru melepas ciumannya saat Perth hampir kehabisan nafas.

Perth hampir jatuh jika tidak ditahan Mean. Mukanya memerah, degup jantungnya pun tidak beraturan.

"Aku tahu kamu nggak segalak itu, kamu hanya jadi sok galak." kata Mean sambil menggendong Perth menuju tempat tidur.

"Tidurlah, aku sudah mengantuk." kata Mean lalu beranjak tidur, membiarkan Perth masih duduk.

Tidak terkejut soal ciuman.
Toh bukan ciuman pertama juga.
Hanya saja, Perth merasa ada desiran aneh menjalar ke dadanya, membuat wajahnya memanas.

.

Seperti anak harimau yang mencoba menakuti singa besar.
Itulah Perth pada Mean.

...

TBC

...

Dee's Note : Ada yang kangen Om sama Bayik? wkwk

I MISS YOU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang