11 - Tersudut

164 32 4
                                    

-Jangan mainan hati.-

...

...

Pelajaran berlangsung, tapi Gun dan Mean dihukum membersihkan lapangan.

Gun membawakan saputangan dan es batu.
"Mukamu merah kena pukulan Mark." kata Gun menyerahkan saputangan dan esnya pada Mean.
Mean menerimanya dan mulai mengompres pipinya.

"Sial pukulannya sakit banget." keluh Mean.
"Kamu dendam nggak sama dia?" tanya Gun.
"Pengen kutonjok sekali ajah boleh nggak?" tanya Mean sambil menoleh pada Gun.
Gun menatapnya lalu tersenyum.

"Kutonjok duluan kamu sebelum balas pukulan dia." ancam galak Gun Napat.
"Wajar sih kamu dan dia marah, yang salah aku bikin Perth nangis." kata Mean sadar diri.
"Bagus kalau sadar yah." sindir Gun.

"Harusnya kamu nolak May yang cium kamu, eh ini malah dinikmatin." cibir Gun.
"Kemarin malam aku beneran nggak waras." jawab Mean apa adanya.

Dia menyesal Perth sampai tahu, tapi ia juga tidak paham mengapa ia tidak menolak ciuman May.

Dia tak bisa berpikir apapun, bahkan ia tidak merespon ciuman itu, otaknya seketika Blank.

"Segitu cintanya yah sama Perth, sampai takut nggak bisa menang taruhan darinya?" tanya Gun kini dibenarkan oleh Mean.
"Aku takut bocah itu yang menang, dan membuatku harus pergi darinya, aku nggak bisa begitu, tapi apa yang bisa kulakukan selain menapati janji?" Mean membaringkan tubuhnya di atas rumput lapangan.

Mean memejamkan mata, niat tidur.

Gun melihat Perth dan Plan lewat, langsung saja ia berdiri dan menghadang jalan keduanya.

"Perth, gawat, Mean pingsan." kata Gun sambil ngos-ngosan.
Plan menoleh pada Perth yang ikutan panik.
"Dimana?" tanya Perth khawatir.

"Itu di tengah lapangan, aku nggak sanggup bopong dia yang berat banget." alasan Gun yang membuat Perth segera berlari menghampiri Mean.
Plan yang akan menyusul ditarik oleh Gun.

"Jangan kesana, ayo ikut aku saja." Gun menarik Plan.
"Apaan sih Phi, kan kasihan Perth." keluh Plan tapi ia tidak bisa lari saat Gun mengenggam erat tangannya.

"Om, bangun." Perth mengguncangkan tubuh Mean, tapi Mean yang sudah tidur jelas susah dibangunkan.
"Ommm, ayo bangun, ini kenapa aku malah ditinggal sih? Apa manggil Phi Mark?" Perth kesal karena tidak melihat Plan dan Gun.

Perth sungguh khawatir pada Mean yang dikiranya tidak bangun juga.

Perth mendekatkan telinganya untuk mendengar degup jantung Mean.

Takutnya Mean kena serangan jantung.

"Om jangan mati dulu, om ayo bangun." Perth mulai menangis takut.
Tapi kemudian tangannya ditarik oleh Mean dan dipeluk.

"Maaf yah bikin kamu salah paham." kata Mean penuh rasa bersalah.
Perth yang dipeluk hanya bisa diam.

"Kamu takut aku mati rupanya." Mean memeluk Perth lebih erat.

"Om sesak." cicit Perth sambil berontak minta dilepas.

Mean pun melepaskan Perth.

Dia beralih duduk.

"Masih marah?" tanya Mean dengan lembut. Perth mengangguk.
"Jelaskan agar Om bisa bikin kamu maafin Om." tanya Mean membuat Perth menatap Mean.

"Jangan mainan hati." jawab Perth dengan lirih, Mean tertegun.

Mean berdiri lalu menarik Perth untuk ikut dengannya.
"Mau kemana?" tanya Perth bingung.

Kelasnya jam kosong, itu sebabnya dia dan Plan berniat ke kantin di Lantai bawah.
Plan sekalian modus ke Gun.

I MISS YOU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang