Chapter 3

1.4K 175 0
                                    

Hari baru, dengan nama yang baru. Azkia turun dari mobil ayahnya.
kini dia memakai identitas Keisha sebagai murid SMA nomor dua tahun kedua.
Azkia dengan wajah cantiknya melangkah ke dalam SMA nomor dua.

Dia mengerutkan dahinya,mencari di mana letak kelas mendiang adiknya.

"Kei,"

Gayatri melihat temanya tampak linglung, dia menghampiri Azkia

"Keisha bareng yuk ke kelas," ucap Gayatri dengan senyum, dia berusaha ramah kepada Keisha.

"Baiklah, ayo," Azkia berpikir dia pasti teman semeja mendiang adiknya.

"Aah... ayo," Gayatri sedikit bingung dengan sikap Keisha yang tampak berbeda.
Gayatri sudah biasa berbicara sendiri , jika itu Keisha yang sebenarnya pasti langsung ditinggal pergi begitu saja.

Mereka menuju kelas,diam-diam Azkia memperhatikan sekitar.

Azkia mengikuti Gayatri dimana dia duduk, untung saja mendiang adiknya mau menceritakan beberapa hal tentang sekolahnya.
Dia memandang dua gadis yang tersenyum angkuh masuk ke dalam kelas.

Mereka memandang Azkia dengan kedua mata melotot.
Azkia tersenyum masam, gara-gara mereka adiknya meninggal.
Walaupun bukan tangan mereka yang membunuh Keisha, namun tindakan merekalah yang mengantarkan tangan adiknya untuk membunuh dirinya sendiri.

Azkia duduk dengan Gayatri di bangku paling belakang, sementara Serena dan Thalia tepat di depanya.
Sungguh sial,pantas saja mendiang Adiknya itu sangat tertekan karena setiap harinya melihat orang yang menindas tepat di depanya.
Azkia memandang jika meja di samping kanan berisi perempuan sedangkan sebelah kiri berisi lelaki.

sementara Jovan dan Agam duduk semeja bersama, tepat disamping Azkia dan Gayatri.
Serena memilih duduk di depan Azkia karena berharap Jovan memandangnya dari belakang. Begitu juga Thalia, berharap Agam juga melihatnya.

Yang tidak mereka tau, kedua lelaki itu sama sekali tidak peduli.
Terlebih Jovan,bahkan gadis yang duduk tepat di sebelah kananya saja tidak dia pedulikan.

Saat di kelas, Jovan lebih sering tidur. Itulah kenapa dia memilih duduk di bangku belakang.

Ibunya dari keluarga terpandang,terutama setelah neneknya meninggal dia mendapatkan banyak warisan saham dari perusahaan besar.
Sementara ayahnya akan mengirimkan uang di setiap bulanya.

Dia bukan murid bodoh, bahkan dia memiliki tingkat IQ yang tinggi dan tergolong jenius, ia memiliki kemampuan cara berpikir tinggi, kreativitas, serta daya imajinasi yang luar biasa. Saat di rumah dia akan belajar jika tidak kedatangan teman-temanya.

Di sekolah dia tidak ingin terlihat menonjol, biarkan nantinya saat ujian masuk perguruan tinggi dia menggunakan kemampuan otaknya.

Saat di SMP dengan IQ tinggi yang dimiliki, pemikiranya sering dianggap tak masuk akal karena cara berpikirnya yang jauh ke depan dan tidak seperti murid kebanyakan.
Itu membuatnya banyak dikejar murid perempuan di sekolahnya.

Saat guru memasuki kelas, suasana kelas yang tadinya berisik tiba-tiba senyap.
Guru menjelaskan dan Azkia mendengarkan dengan tenang, dia menatap Serena di depanya yang sekali-kali melirik ke arah lelaki tepat di samping kirinya.

Azkia melirik Jovan dan mengernyit melihatnya tidur di atas meja dengan tangan terlipat.
Azkia tidak tau wajah Jovan dan tersenyum samar mengetahui Serena yang tampaknya diam-diam menyukai lelaki ini.

Bel istirahat berbunyi, Azkia ingin makan di kantin saat dia akan melangkah dia melihat kaki Serena tiba-tiba menjulur di depanya dengan maksud membuatnya tersandung.
Tanpa ada yang melihat dia tersenyum sinis dan sengaja menginjak kaki Serena dengan keras.

This is who I am (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang