Chapter 7

1.3K 153 1
                                    

Di pagi hari Serena sangat senang dan memberi tau kepada Thalia, kalau dia telah menyewa preman dari geng Hell Devil.
Serena meminta dua preman untuk melecehkan Azkia.

Thalia yang mendengarnya tersenyum cerah, dia tidak menyangka Serena akan berani bertindak sejauh itu.
Dan dia memuji Serena karena cerdas.

"Haha aku sangat marah saat melihat jovan makan bersamanya, jadi jika Keisha dilecehkan pasti Jovan tidak akan mau mendekatinya," ucap Serena bangga.

"Tapi ren, geng HD itu bisa di percaya kan? Jangan sampai meninggalkan bukti," tanya Thalia

"Hem, tenang saja kau Thal, aku sudah memiliki rencana. Jadi sepulang sekolah nanti, kita tarik Keisha dan tunggu sampai sepi baru kita lepas dan kedua preman itu beraksi,sebelumnya kita pergi supaya tidak ketauan," ucap Serena yakin

"Tapi Serena kan tau kalau kita yang merencanakan ini ren," ucap Thalia

"Biarkan saja dia tau, kamu bilang saja berada di rumahku sepulang sekolah. Jadi tidak akan ada bukti," ucap Serena dengan tersenyum licik.

Sepulang sekolah Azkia heran melihat Serena dan Thalia yang memintanya untuk menunggu.

"Ada apa?" Tanya Azkia pura-pura lemah, dalam hati sangat benci melihat wajah mereka berdua.

"Ikuti aku, nanti kamu akan tau," ucap Serena dan menarik Azkia bersama Thalia menuju ke tempat sepi.

Di belakang sekolah terdapat halaman dengan pepohonan yang sepi.

Azkia merasa curiga dengan Serena dan Thalia,dia berpikir mereka pasti akan menindasnya, dia tidak takut dan berencana melawan mereka berdua.

Namun yang tidak ia duga adalah tiba-tiba saja Serena menendang perutnya dan kabur berlari bersama Thalia meninggalkanya sendiri.

Dia merasa perutnya sakit, dan jatuh terduduk, Azkia tidaklah siap dengan tendangan Serena yang tiba-tiba.
Namun dia juga heran kenapa mereka tiba-tiba berlari kabur.

Jovan bersama ketiga temanya akan pulang bersama, namun sampai di halaman depan sekolah, Agam meminta kembali karena dompetnya yang ketinggalan di kelas.
Jovan menemani Agam, setelah itu mata Jovan melihat Azkia yang di tarik oleh Serena dan Thalia di sudut sekolah.

Jovan meminta Agam mengikuti Azkia dengan pelan, sampai di halaman belakang Jovan dan Agam menunggu bagaimana Serena dan Thalia akan menindas Azkia.
Yang mereka tidak duga Serena menendang perut Azkia hingga terjatuh, kemudian berlari kabur tanpa melihat persembunyian Jovan dan Agam.

Tidak lama Azkia melihat dua orang yang keluar dari balik pepohonan dengan wajahnya yang menakutkan.

"Haha tidak di sangka kamu terlihat manis,"ucap salah satu preman yang memiliki tubuh besar.

"Siapa kalian?" Tanya Azkia merasa takut dia bersiap-siap berlari menahan sakit di perutnya

"Salahkan dirimu yang menyinggung nona Serena. Tapi Jangan takut manis,kita pasti melakukanya dengan lembut, hahaha,"

Jovan dan Agam terkejut bagaimana seorang gadis sangat kejam melakukan tindakan keji ini. Mereka tidak menyangka seorang putri kepala sekolah memiliki keinginan untuk menghancurkan masa depan seorang gadis yang masih teman satu kelasnya.

Azkia bergetar merasakan ketakutan yang hebat, dia ingin berlari.
Namun sebelum kedua premen mendekati Azkia dan menyentuh tanganya. Datang Jovan dan Agam yang mengalahkan kedua preman dengan perkelahian yang sengit.
Kedua preman juga memiliki kemampuan bertarung dan Jovan serta Agam memiliki tubuh yang lebih kecil dari para preman.

Mereka berkelahi cukup lama, dengan Agam yang sedikit terluka di sudut mulutnya.
Jovan berhasil mengalahkan satu preman dan membantu Agam mengalahkan preman satunya.

Agam menelepon Edmin dan Dafa serta ayahnya untuk segera datang ke halaman belakang sekolahnya.
Ayah Agam merupakan seorang perwira di keplolisian.

Azkia masih kaget melihat mereka, dan merasa sangat bersyukur akan kedatangan kedua temanya yang menolongnya.
Kalau tidak ada mereka, mungkin dia juga akan membunuh dirinya sendiri jika kedua preman berani menyentuhnya.

Dia terkejut Serena dan Thalia berani menindas sejauh ini,sungguh sangat kejam. Dia masih berpikir jernih dan berterima kasih kepada Jovan dan juga Agam.

Tidak lama datang Edmin dan Dafa yang terkejut melihat kedua preman tergeletak pingsan di tanah.

"Kenapa ada preman di sini?" Tanya Edmin.

Dafa yang lebih cerdas dapat menebak apa yang terjadi.
Dia melihat Azkia yang terlihat sedikit syok namun masih menatap tajam pada kedua preman.

Datang Ayah Agam dan kedua polisi lainya. Mereka membawa kedua preman ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Jovan dan lainya mengikuti ke kantor polisi. Agam sangat mengagumi ayahnya dia juga bisa berkelahi dan ingin menjadi polisi namun dia masih tidak sebagus Jovan dalam bertarung .

Setelah memberi keterangan, para preman di tahan. Ayah Agam tidak menyangka seorang gadis SMA memiliki sifat yang keji.

Kemudian mereka menangkap Serena. Namun karena Serena masih di bawah umur dia diadili tetap dengan prosedur hukum acara peradilan pidana anak.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ("UU SPPA"), anak yang diduga melakukan tindak pidana disebut dengan anak yang berkonflik dengan hukum.

Polisi mendapat keterangan lebih banyak tentang geng hell devil dan merencanakan penangkapan.

Sementata Serena sangat takut saat datang pihak polisi membawanya dan memintainya keterangan, Ayahnya sangat marah karena pihak pemilik sekolah mencabutnya dari jabatan kepala sekolah.

Edmin memberi taukan semuanya kepada Ayahnya dan meminta pemecatan kepada Ayah Serena.
Serena di keluarkan dari sekolah begitu juga Ayahnya yang dipecat.

Sedangkan Thalia mengatakan tidak tau apa-apa mengenai tentang Serena yang membayar preman untuk melecehkan Azkia.
Membuat Serena sangat marah kepada Thalia. Thalia merasa takut dia akan terbawa masalah, dia juga mengatakan dia selama ini menindas Azkia karena suruhan Serena.

Serena menangis pilu Ayahnya telah di pecat sedangkan dia di keluarkan dari sekolah,dia bingung bagaimana akan melanjutkan ke sekolah lain.

Azkia yang mendengar kabar Serena dan ayahnya sangat senang.
Dia tidak menyangka secepat ini dapat membalaskan dendam adiknya.

Dia hanya berpikir akan merekam semua penindasan yang akan dia alami dan kemudian menyebarkanya di media sosial.

Thalia sangat cemas, kabar penindasan yang dia lakukan di ketahui oleh ayahnya, karena guru melaporkan dan meminta ayahnya untuk menemui guru.

Sampai di halaman rumah Thalia sangat ketakutan,sepulang dari sekolah bersama ayahnya dia tidak mendengar satu katapun dari ayah di dalam mobil.

Masuk ke dalam rumah Ayahnya menarik Thalia menuju kamarnya, memarahi dan memukulinya.

"Bodoh! Bagaimana kamu berani melakukan penindasan ha!
Memalukan! Mau di taruh di mana muka ayah jika perbuatanmu menyebar! Reputasi ayah akan rusak!" Ucap ayah marah sambil menampar anaknya.

"Ayah juga selalu menindasku, Tidak mengizinkanku melukis, menyuruhku terus belajar,tidak boleh menemui ibu,memukul ku... hiks... ayah juga memukul ibu sehingga ibu dan Theo meninggalkanku....," ucap Thalia menangis

Ayah Thalia terkejut mendengar kata-kata anaknya dan berhenti memukul. Merasakan jantungnya berdetak kencang dan memiliki firasat buruk melihat putrinya.
Tiba-tiba Thalia berlari ke luar rumah dan terus berlari, ayah Thalia mengejarnya dengan perasaan tidak nyaman di hatinya. Entah mengapa merasakan khawatir akan putrinya.

Sampai dia melihat anaknya tanpa sengaja tertabrak truk besar yang melintas, Ayah Thalia terkejut dan berlari menghampiri Thalia setelah kendaraan lain yang melintas berhenti.

Menangis pilu melihat anaknya tewas di tempat, dengan beberapa tubuhnya yang hancur dan darah yang berceceran di aspal.
Jantungnya sangat sakit, dia merasakan penyesalan yang teramat besar, dia yang menyebabkan putrinya meninggal. Dia menyesal mengingat belum pernah sekali pun melihat putrinya tersenyum kepadanya. Yang ada hanya wajah sedih dan amarah yang tertahan.
Ayah Thalia memeluk jasad Thalia dengan tangis pilu.

This is who I am (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang