Chapter 2

1.4K 183 0
                                    

Sepulang sekolah Azkia sangat cemas melihat adiknya belum kembali ke rumah.
Ibunya yang baru kembali dari perkumpulan temanya pun berpikir mungkin Keisha bermain dengan teman-temanya.

Azkia tidak bisa menceritakan kepada ibunya tentang gangguan mental Keisha. Dia sudah berjanji dan tidak akan menceritakan tanpa izinya.

Namun sampai malam hari adiknya belum juga kembali,saat berangkat sekolah memang mereka akan diantar ayahnya,tetapi jika pulang mereka akan naik bus dari sekolah.

Namun Azkia sangat khawatir, janji adalah janji tapi jika itu mengancam nyawa maka dia akan mengingkarinya.
Namun sebelum dia sempat menceritakan kepada ibunya,dia melihat suara deru motor di depan rumah.

Keisha masuk ke rumah setelah mengucap salam dan terlihat matanya yang sandu.

"Kei! Kenapa pulang telat? Lihat langit sudah gelap, dan kamu baru pulang? Ibu tidak habis pikir kamu bermain sampai malam, contoh kakak kamu ini pulang tepat waktu namun nilainya tidak pernah...." sebelum ibunya menyelesaikan kata-katanya ,Azkia langsung memotongnya.

"BU! Cukup! ibu mebeda-bedakan aku dan Kei! Kei juga anak ibu! Bagaimana ibu sangat jahat kepada Keisha....," Ucap Azkia marah, dan mengucapkan kalimat terakhir dengan lirih sembari menangis.

Inggrid terkejut melihat sikap Azkia, selama ini putri pertamanya sangat penurut, namun kali ini berani melawan kata-katanya.
Dia sangat kesal, sementara suaminya lembur di kantor hari ini Jika ada Raksa, suaminya itu pasti akan menahan dan menenangkan emosinya.

Inggrid mendesah menatap kedua putrinya,
"Kalian ini... heh sudahlah, kei kamu mandi dan makanlah, jangan pulang telat lagi," ucap inggrid,dia merasa kesal namun juga sedikit khawatir bagaimanapun keisha juga darah dagingnya.

Keisha kembali ke kamar dan diikuti oleh Azkia.
Azkia menunggu adiknya mandi hingga menunggunya selesai makan.

"Kei, apa yang terjadi? Kenapa kamu pulang telat? Apakah Serena dan Thalia menindasmu lagi?" Tanya Azkia dengan lembut sembari mengusap punggung adiknya, dia sangat ingin memberi tahu orang tuanya tentang penyakit Keisha. Tapi dia khawatir menambah buruk kondisi mental adiknya. Dia mendesah, jika saja Keisha mau menceritakan kepada ayah dan ibu, adiknya ini pasti dapat penanganan medis dari psikiater.

"sepulang sekolah, Serena dan Thalia menarik dan mengurungku di toilet,saat mendengar langkah kaki aku berteriak meminta tolong. Kemudian jovan dan teman-temanya membantuku. Hiks... mereka juga teman sekelasku. Setelah mengucap terima kasih aku berlari dan mencari ojek," jawab Keisha sembari menangis tertahan.

Jovan, Agam dan Dafa bermain basket sepulang sekolah,mereka asyik bermain sampai datang Edmin yang memarahi mereka karena tidak mengajaknya bermain.
Padahal Edmin sendiri yang langsung pergi sepulang sekolah.
Setelah mereka makan malam dengan grab food akhirnya mereka akan kembali pulang, namun saat melewati toilet perempuan.

Telinga jovan mendengar suara teriakan minta tolong, dan bersama teman-temanya membantu Keisha.
Jovan tidak terlalu peduli dengan cewek-cewek di kelasnya bahkan di sekolahnya sehingga tidak tau siapa gerangan cewek yang telah dia bantu,

Namun Edmin mengatakan kalau cewek itu satu kelas dengan mereka dan bahkan duduk di samping kanan Jovan. Edmin memarahi Jovan kembali karena tidak tau teman kelasnya sendiri.
Jovan hanya mengangkat bahu tidak peduli,dia tidak menyangka masih ada penindasan yang terjadi di sekolah.

Selama ini Serena dan Thalia melakukan penindasan tanpa sepengetahuan Jovan dkk.
Mereka menindas saat di luar kelas, sedangkan Jovan dkk sering kali berkumpul di ruang basket.

"Brengsek! Mereka sangat kejam! Mentang-mentang anak kepala sekolah dan pejabat, mereka bebas melakukan tindakan bullying." Urat-urat saraf Azkia menonjol, kedua tanganya terkepal erat, tatapan matanya tajam mendengar cerita adiknya, dia sangat marah.
Dia memeluk adiknya dan tiba-tiba memikirkan ide,

"Kei! Izinkan kita bertukar tempat, aku belajar di sekolahmu sementara kamu ke sekolahku ya? Aku akan memberi pelajaran kepada mereka," ucap Azkia

"Tidak perlu kia,aku tidak mau,"ucap Keisha lirih

Azkia mendesah dan merasa khawatir dan dia ingin sekali tidur bersama adiknya malam ini, namun ditolak tanpa berpikir oleh Keisha.

Keesokan harinya terdengar suara jeritan ibunya, Azkia terkejut dan ingin melihat ada apa dengan ibunya

"KEISHA! Bangun nak bangun.. apa yang terjadi... hiks... jangan tinggalin ibu... maafkan ibu... " ucap ibu memeluk Keisha yang terbujur kaku dengan darah menetes dari tanganya.

Azkia melihatnya, Menangis terisak dan menghampiri adiknya, tubuhnya gemetar,hatinya sangat sakit. Seakan cahayanya hilang saat dia melihat keisha meninggal karena memotong urat nadinya sendiri.

Ibunya tidak bisa berhenti menangis dan memeluk Keisha, Azkia melihat hape ibunya di lantai, mengambil dan menelpon ayahnya untuk segera pulang.

"Bu, tunggu ayah pulang, aku akan menceritakan sesuatu. Tolong bu,jasad kei dibaringkan di kasur dulu," ucap Azkia setelah sedikit tenang. Menghampiri ibunya dan membersihkan darah ditangan Keisha sambil terisak.

Tidak lama terdengar mobil ayah di halaman, ayahnya masuk ke rumah dengan khawatir dan bingung mendengar telepon putrinya menangis dan memintanya pulang.

"Yah di kamar Kei," teriak Azkia dengan suara gemetar

Saat Raksa masuk ke kamar Keisha, dia terkejut melihat jasad putri bungsunya terbujur kaku.
Seakan dadanya ditikam belati dia melangkah dan memeluk tubuh Keisha yang sudah tidak bernyawa.
Raksa menangis keras melihat putrinya tidak bernyawa.

Tak lama Azkia meminta orang tuanya untuk mendengarkan penjelasanya.
Azkia menceritakan semuanya kepada orang tuanya tentang apa yang dialami Keisha.

"Keisha, mengalami gangguan mental karena menjadi korban bullying di sekolahnya. penyakitnya tidak menunjukkan gejala yang khas. Keisha menyakiti dirinya sendiri saat sendirian....," ucap Azkia menahan tangis berusaha menjelaskan semuanya kepada orang tuanya, seharusnya dia tidak membiarkan adiknya sendirian. Sangat menyesal apa yang dia rasakan.

Inggrid semalam memimpikan Keisha menangis di dalam toilet gelap yang terkunci,jadi dia terbangun langsung melihat Keisha di kamarnya karena perasaanya tidak nyaman. Namun saat dia melihat ke dalam dia menjerit menemukan anaknya sudah tidak bernyawa.

Inggrid merasakan hatinya sangat perih melihat tubuh putrinya, dia baru tau jika Keisha memiliki sejumlah luka di tubuhnya, terdapat luka sayat di lengan, luka bakar di badan, dan juga memar di buku jari-jari tangan.

Ayah dan ibunya sangat menyesal, harusnya mereka lebih memperhatikan putrinya. Selama ini Keisha Sulit bersosialisasi,Keisha lebih suka menyendiri dan enggan berbicara dengan orang lain.
Keisha sering mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, untuk menyembunyikan lukanya.

Andaikan mereka peduli pada anaknya dan menemukan penyakit Keisha lebih awal, sehingga putrinya mendapatkan perawatan khusus dari ahli kejiwaan, baik psikolog ataupun psikiater.

"Bocah kejam mana yang berani menindas anakku?" Tanya ibu dengan tangis

"Kia mengatakan mereka anak dari kepala sekolah dan juga pejabat daerah. Jika kita meminta pertanggungjawaban,kita tidak memiliki bukti,"ucap ayah menggertakan giginya, tanganya terkepal menahan emosi.

"ibu... hiks... izinkan aku meminjam identitas Keisha bu," ucap kia terisak mengingat kepergian saudara kembarnya, Keisha.

Dia memohon kepada ibunya untuk menjadikan yang meninggal adalah dia bukan adiknya.

"Ibu, ayah. Aku mohon... izinkan aku, mulai sekarang aku menjadi Keisha Qanshana. Hanya kalian yang tau aku adalah Azkia. Bu aku janji akan membalas kepada mereka... tolong yah, bu....," ucap Azkia penuh permohonan kepada ayah dan ibunya.

Ibu dan ayahnya menangis, dan mengangguk setuju melihat permohonan Azkia. Setelah pemakaman Keisha, kini Nama Azkia Qanshana telah dianggap meninggal. Yang tau kebenaranya hanyalah orang tuanya.

This is who I am (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang