Chapter 4

1.4K 173 0
                                    

Azkia kembali ke rumahnya dengan bus sekolah, dia melangkah menuju kamar. saat melewati ruang tengah,
Mendesah, melihat ibunya yang menatap dengan sendu foto Keisha.

Inggrid merasakan kepahitan di dalam hatinya, penuh sesal mengingat perlakuanya kepada putri keduanya.

Dia selalu mementingkan pertemuan dengan teman-temanya sembari saling membanggakan diri dengan prestasi putrinya.
Dia tidak pernah menyebut anaknya Keisha, dia hanya akan membangga-banggakan prestasi Azkia.

Kini dia merasa sangat menyesal, mengenang bagaimana kematian putrinya, dia tidak lagi mengikuti pertemuan dengan temanya dan lebih memilih mengurung diri di rumah.
Sementara Raksa juga merasakan sedih di hatinya mengingat kematian Keisha, namun hidup terus berlanjut dan hari selalu berganti dia masih memiliki Azkia serta istrinya. Dan dia melanjutkan kerjanya dengan tekun.

"Sudah kembali kia?" ucap Inggrid kepada Azkia dengan tersenyum lemah.

"Iya bu," jawab Azkia lembut melihat seolah cahaya dalam diri ibunya meredup.

Semenjak kepergian Keisha untuk selama-lamanya, ibunya akan menatapnya dengan kesedihan.
Azkai sadar wajahnya mengingatkan ibunya dengan Keisha. Dan menambah rasa sakit di dalam hati ibunya.

"Berganti pakaian, dan makanlah baru kemudian mandi kia," ucap ibu lembut

"Baik bu," Azkia kembali ke kamarnya kemudian makan di ruang makan yang berada dekat dengan dapur.

Dia menatap sayur asam di meja makan, sayur asam dengan daging sapi merupakan makanan kesukaan mendiang adiknya.
Dia mengambil sedikit nasi ,tahu,ikan goreng dan sayur asam. Dia tidak memiliki nafsu makan di rumah. Berbeda dengan di sekolah nafsu makanya sangat besar.

Seakan air matanya telah kering menangis untuk mendiang adiknya.
Setelah pemakaman adiknya, dia tidak bisa berhenti menangis sampai mengalami kelelahan dan jatuh pingsan.
Kini dia hanya bisa menguatkan hatinya dan melanjutkan hidup.

Setelah makan, dia kembali ke kamar, duduk sebentar kemudian mandi.

Keesokan paginya setelah sarapan,

"Kia,untukmu," ucap ayah menyerahkan ponsel kepadanya.

"Ingat, kalau ada apa-apa di luar telepon ayah," ucap ayah tersenyum lembut.

"Terima kasih yah."

"Baiklah, ayo berangkat sekolah,"

Ibunya mengantar ayah dan Azkia ke luar. Azkia pamit setelah mencium tangan ibunya.
Yang tidak Azkia tau, ibunya meminta ayahnya untuk membelikan ponsel untuk anaknya.
Dia takut terjadi apa-apa dengan Azkia saat di luar rumah.

Sebelumnya dia berpikir akan memberikan ponsel kepada putri-putrinya saat mereka lulus SMA, supaya tidak mengganggu belajarnya,namun setelah apa yang terjadi dengan putri keduanya, seakan dia trauma, dengan mudah memberi ponsel untuk anaknya.

Kini dia tidak peduli dengan prestasi anaknya. Asalkan anaknya bahagia sudah cukup.
Sebelumnya dia sangat lalai dengan peranya sebagai ibu.

Azkia turun dari mobil ayahnya, sampai di kelas dia melihat Gayatri yang membaca buku.

"Atri, apa yang kau baca?," tanya Azkia meletakan tas dan duduk disamping Gayatri.

Gayatri terkejut melihat Azkia mau berbicara denganya.

"Ah aku sedang membaca sejarah kei," ucap Gayatri dengan tersenyum sembari menunjuk sampul bukunya.

"Oh," Azkia tersenyum membalas ucapan Gayatri.

Serena yang melihat Azkia masuk ke kelas dan bertanya pada Gayatri hanya tersenyum kambing, begitupun Thalia mencemooh Azkia.
Serena dan Thalia kesal mengingat kemarin pangeran pujaan hati mereka duduk bersama Azkia.

Jovin datang bersama Dafa, tidak lama muncul Agam dan Edmin di belakangnya yang membuat cerah mata Thalia.
Edmin melihat Azkia dan menyapa dengan senyum

"Halo kei,"

"Hey....," Azkia benar-benar bingung siapa nama lelaki ini.

Edmin terkejut melihat tampang Azkia yang bingung seperti tidak tau namanya.
Dia menghampiri Azkia berbicara pelan "Keisha,jangan bilang kamu tidak tau namaku?" Ucap Edmin penuh waswas.

"Aku tidak tau namamu," jawab Azkia.

Seperti mendengar petir menyambar Edmin menatap Azkia layaknya alien, Edmin adalah murid terkenal di sekolah.
Dia anak pemilik sekolah bagaimana Keisha tidak tau.

"Kei coba kamu lihat dia dia dan dia" perintah Edmin kepada Azkia sambil menunjuk jovan dan teman lainya.

"Sebutkan nama mereka masing-masing," ucap Edmin tegas dengan nada guru TK.

Jovan,Dafa dan Agam menatap Keisha penuh harap.

"Aku tidak tau," jawab Azkia bingung karena mendiang adiknya tidak menyebutkanya,dan juga dia baru tau Gayatri,Serena dan Thalia saja dalam kelasnya. Toh dia tidak peduli dengan yang lain.
Tujuanya dia di sini untuk membuat Serena dan Thalia tidak nyaman, dan dia belum melancarkan aksinya.
Azkia yakin tidak lama lagi mereka akan menindasnya seperti yang mereka lakukan kepada mendiang adik tercintanya.

"Wah wah benar-benar alien kamu kei, kalau begitu perkenalkan namaku Edmin nama panggilan Edmin, jangan kamu potong hurufnya. Dia yang duduk di sebelah kiri mu Jovin,sebelahnya Agam dan dia Dafa," ucap Edmin ramah kepada Azkia sambil menunjuk teman-temanya.

Azkia yang mendengar kata Jovan teringat mendiang adiknya yang pernah berkata di tolong oleh Jovan dan teman-temanya.
Akhirnya Azkia sadar mereka yang telah menolong mendiang adiknya.
Azkia tersenyum dan berkata ramah.

"Aku keisha Qanshana, senang mengenal kalian," ucap Azkia dengan ramah.

Serena dan Thalia merasa sangat terkejut terutama Gayatri, bagaimana seorang Edmin mau mengobrol dengan Azkia.

Edmin dan lainya sangat terkenal acuh. Mereka tampan dan banyak di kagumi gadis di sekolah dari adik kelas hingga kakak kelas. Namun mereka sulit di dekati karena acuh terutama Jovan yang memiliki paras paling tampan. Mereka berempat tidak pernah dekat dengan perempuan.

Selama ini Azkia sangat pendiam di sekolah, bahkan saat di tindas tidak pernah mengatakan apa-apa.
Melihat dia tersenyum kepada empat lelaki di depanya membuat Serena dan Thalia cemburu.
Mereka tau jika Azkia cantik, namun karena pendiam dan terasingnya membuat lelaki di sekolah tidak mau mendekat.

"Ingatllah nama-nama kami kei," ucap Agam tersenyum ramah. Dia tidak menyangka masih ada gadis yang tidak menyukai Jovan, bahkan tidak mengenalnya.

Sangat jelas wajah Azkia tidak berbohong karena matanya penuh kebingungan saat melihat mereka. terakhir kali makan bersama di kantin pun Azkia tidak menyebutkan nama atau panggilan dari salah satu mereka berempat.

Jovan memandang Azkia dengan mengangkat kedua sudut mulutnya.
Dia merasa Azkia sangat berbeda dengan gadis lainya.
Dan merasa ketertarikan yang belum pernah dia rasakan di sepanjang hidupnya.

Saat istirahat makan, Jovan berinisiatif untuk makan di kantin membuat ketiga temanya merasa heran.

Jovan memesan bakso dan es teh, setelah menghampiri dan duduk di hadapan Azkia.
Azkia tidak masalah Jovan dan lainya duduk denganya. Dia senang melihat dua kunti menahan amarah melihatnya.

Dia tau sekarang dengan memerhatikan mereka sepanjang pelajaran, Serena akan terus menatap Jovan sedangkan Thalia tatapan matanya jatuh kepada Agam dengan wajah memuja.
Dia sangat senang dan diam-diam mencibir menatap Serena dan Thalia yang seperti biasa duduk di meja tengah.

"Wah Kei, kamu akan menghabiskan ini semua?" Ucap Agam takjub setelah pelayan kantin meletakan pesanan Azkia. melihat makanan di atas meja terdapat dua mangkok bakso, satu piring nasi goreng dan juga jus strawberry

"Hebat kei, aku juga akan memesan hal yang sama," ucap Edmin cerah

"Ya, bakso ini lauknya," ucap Azkia kepada Agam sedikit malu, tapi dia memang memiliki nafsu makan yang besar jika di sekolah, sedangkan di rumah dia sama sekali tidak berselera.
Terutama ibunya selalu memasak sayur asam dengan daging sapi di dalamnya. Membuat hatinya merasa sesak.

This is who I am (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang