Chapter 3: Dua Albino

128 20 8
                                    

Disclaimer: OOC, typo bertebaran dan author yang tukang PHP (walau pasti diusahakan sampai selesai, kapannya gak tau :v) dan masih banyak kekurangan lainnya, harap dimaklumi.

~Don't like, don't read~

Happy reading!

***

Soraru POV

Bel istirahat berbunyi, segera saja para murid yang sebelumnya dengan tenang mengikuti pelajaran mulai berlarian keluar. Ya, ini hari pertama, suasana santai dan tidak ada yang berteriak karena nilai jelek dalam mata pelajaran tertentu.

"Soraru, kudengar makanan di kantin ini enak banget lho~ Yok, makaaan!!" Ucap Sakata yang telah beranjak dari bangkunya, Urata sudah ada disampingku setelah memasukkan semua peralatan tulisnya, aku menatap keduanya gugup.

"O-oke..." Jawabku pelan, huft, setidaknya ini langkah awal yang bagus, kuharap Ibu senang mendengarnya.

'Walau aku tau kalau ini hanya akan bertahan sementara...'

Kuharap mereka tidak akan pernah menyadarinya, tapi hei, siapa yang sedang kubohongi? Kenyataan didepan mata, dan mereka yang normal hanya bisa percaya dengan apa yang lihat.

Bukan yang kami lihat.

"Anoo..."

Aku tersentak, segera melihat ke bawah, menemukan peri kecil dengan surai salju. "A-aikawa...-san..."

Wajahku memerah karena malu, ingatan tadi pagi berputar kembali, jujur saja, rasanya hampir mau mati ketika aku tidak sengaja memanggilnya hantu dengan suara keras. Aahhh... Tidak, aku jadi mengingatnya...

"Takeru-kun, maaf untuk tadi, sepertinya aku terlalu mengagetkanmu ya?" Gadis itu bertanya dengan semburat pink di pipinya, matanya berbinar dalam bayangan, surai salju yang melambai-lambai terkena angin dari celah jendela, kedua tangannya yang saling bertautan, tubuhnya gemetar pelan.

Ups.

"Ti-tidak... Justru aku yang salah, ka-karena memanggilmu seperti itu... Aikawa...Mafuyu-san.."

Aku berbalik untuk menghadapnya, membungkuk sembilan puluh derajat, semua orang termasuk Sakata dan Urata menatap kami, sekali lagi.

"Aku benar-benar minta maaf!!"

Para penonton bersorak, malah ada yang siap dengan ponsel masing-masing, tapi ya, aku tidak cukup peduli dengan itu.

"Fufufu..." Suara jernih itu membuatku mendongak, Aikawa-san yang tertawa kecil membuat perasaanku lega, dalam hati aku bersorak senang. "Takeru-kun lucu sekali, baiklah! Kumaafkan kau!"

'Kukira dia tipe orang yang pemalu dan kitu buku, ternyata Aikawa-san memiliki sifat menggemaskan seperti ini ya...'

Badanku tegak kembali, tanpa sadar aku menarik ujung bibir, mengacak-acak surai kelamku dengan tangan kiri dan lainya tersembunyi dalam kantung celana.

Kemudian aku menatapnya sekali lagi.

Bukan pada Aikawa-san, ataupun pada murid-murid lain yang ikut bersorak senang, mengira aku baru saja mendapatkan jawaban 'iya' dalam pengakuan cinta pandangan pertama.

Bukan itu.

'Ikut aku...'

Sosok hitam itu berubah bentuk, berhenti bersembunyi di balik bayangan setelah aku berbisik padanya, keramaian membantuku untuk tidak tampak aneh, tapi sepertinya dia mengerti dengan apa yang aku ucapkan.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang