Chapter 2: Jauhi Garis Kuning

142 24 8
                                    

Disclaimer: OOC, typo bertebaran dan author yang tukang PHP (walau pasti diusahakan sampai selesai, kapannya gak tau :v) dan masih banyak kekurangan lainnya, harap dimaklumi.

~Don't like, don't read~

Happy reading!

***

Soraru POV

Sinar mentari terlihat mengintip dari balik tirai tebal, alarm yang kupasang berbunyi nyaring, segera membangunkanku dari alam mimpi, kembali pada kenyataan.

"Ugh..." Keluhku seraya memegangi kepala yang berdenyut, ruangan yang sedikit dingin membuatku ingin kembali menyelami dunia empuk nan lembut, tetapi segera kutepis karena ada hal penting yang harus kulakukan.

Ya, hari pertama sekolah.

Kalau bisa aku tidak ingin pergi, tapi aku tidak ingin raut kecewa menghiasi wajah orang tuaku, setidaknya dengan ini aku bisa membuat mereka lega.

"Ah, Sora-kun, kau sudah bangun?" Ucap seorang wanita berumur 40-an padaku, surai kelamnya sangat mirip denganku, dan yang paling penting adalah mata safir indah itu, ayah selalu membanggakannya sampai aku mulai kesal mendengar ocehan itu, tapi ya, perkataanya itu memang benar. "Ayah sudah pergi bekerja karena ada urusan di kantor, maaf ya, seharusnya aku membangunkanmu lebih pagi..." Lanjutnya lagi, wajahku memerah seketika.

"Aku sudah terlalu besar untuk itu, ibu..." Terangku seraya mengambil tempat di meja makan, mulai memasukkan nasi dan telur mata sapi ke mulutku. "Aku bisa berangkat sendiri."

Ibu mengehela nafas, kemudian melepas apron merah muda dan meletakannya kembali pada tempatnya, bergabung bersamaku di meja makan, saling bertatapan.

"Tapi tubuhmu lemah... Ibu tidak ingin Sora-kun sakit lagi..."

Iris safir itu berkaca-kaca, membuat perasaan sedih sekaligus kesal tertahan di tenggorokanku. Memangnya aku anak SD? Hei, aku sudah SMA asal ibu tau saja!

....

'Ah...tapi aku mengerti kegelisahannya itu...'

"Aku baik-baik saja, percayalah pada anakmu." Ucapku dengan senyum tipis, kemudian segera menyelesaikan acara makanku dan mengambil tas sekolah.

Aku tidak pernah menceritakan kemampuanku ini pada siapapun, termasuk ayah dan ibu, aku tidak ingin mereka khawatir, jadi hanya kakek yang tau hal ini, karena beliau juga pernah memiliki indera keenam sepertiku.

'Walau aku merasa... Rasa khawatir itu ada karena mereka juga tau...'

Pintu terbuka, sedikit memperbaiki posisi sepatu, aku dapat melihat ibu yang keluar dari dapur, mengikutiku.

"Selamat jalan, Sora-kun. Semoga harimu baik!"

Mereka mungkin tau, tapi tetap baik padaku...

"Ya, aku berangkat!"

Aku bersyukur, setidaknya keluargaku berisi orang-orang yang baik.

***

"Hooaaamm~"
"Pfft! Besar sekali mulutmu!! Kurasa bahkan kau bisa memakan rumah!!" Dilanjutkan tawa yang menggelegar, aku menatap aneh pemuda itu.

Berpenampilan acak-acakan, dengan surai merah menyala, dua anting metal di telinga kirinya, hoodie merah dan seragam sekolah hitam dengan pin berlambang bunga camelia, sama seperti milikku.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang