Chapter 4: Dalam Kegelapan

111 19 3
                                    

Disclaimer: OOC, typo bertebaran dan author yang tukang PHP (walau pasti diusahakan sampai selesai, kapannya gak tau :v) dan masih banyak kekurangan lainnya, harap dimaklumi.

~Don't like, don't read~

Happy reading!


***

Soraru POV

Iris merah darah itu menatapku tajam, keramaian dari khalayak ramai berubah menjadi keheningan total, yang terlihat hanya diriku, dan tentunya hantu albino itu.

"Soraru-san!! Kenapa melanggar janji?!"

Teriakan Mafumafu membuat gendang telingaku berdengung, dengan cepat kututupi agar tidak semakin sakit, namun nyatanya semua itu tidak berguna, karena anak malang itu terus menangis dan meraung-raung, berbanding terbalik dengan umur tubuhnya saat ini.

"Henti—!"
"Soraru-san jahat, Soraru-san jahat!! Bodoh, padahal aku ingin bertemu sejak dulu, tapi apa?! Kenapa jadi berubah seperti ini?!!"

Sial.

Jika seperti ini terus, aku bisa pingsan di jalanan!!

"Tunggu, Mafu—"
"HUWAAAA!! JAHATTT!!"

Detik berikutnya, aku berlari kencang menerjang kerumunan, membuat semua orang memandangku aneh karena seolah-olah dikejar hantu (dan itu memang benar).

Aku menoleh kebelakang. Menyadari bahwa suara tangis itu kian menjauh, aku tersenyum karena akhirnya bisa terhindar dari kejaran hantu kuat seperti Mafumafu. Sial, aku bahkan tidak pernah melihat jenis sepertinya, memangnya apa yang membuat hantu itu menjadi kuat??

'Seharusnya sejak dulu kutanyakan pada kakek, tapi sepertinya aku hanya bisa meratapi.'

Aku segera menaiki kereta dan duduk disalah satu kursi penumpang yang kosong, memasang earphone lalu memainkan musik dengan suara keras, tidak peduli dengan ocehan tentang 'seberapa tidak sopannya pemuda jaman sekarang' dari seorang nenek yang duduk disampingku.

'Setidaknya ini lebih baik daripada harus mendengar banyak bisikan disekitarku.'

Bayangan gelap yang menutupi cahaya lampu membuatku menoleh keatas, "GAH?!!" Celetukku kaget saat melihat hantu bertubuh besar itu bersikap layaknya penumpang dan dengan santainya duduk ditempatku.

"Ada apa, anak muda?" Tanya nenek itu dengan tampang sombongnya, sesekali membenarkan letak kacamata bulatnya, aku meliriknya dengan kaku.

"Eh? Ti-tidak, nyonya."

Walau kini seluruh tubuhku menyatu dengan monster mengerikan ini, yang untungnya tidak berbahaya. Tapi

"—Semua baik-baik saja."

Begitu selesai mendengar penjelasanku, nenek itu kembali mengoceh, namun kali ini menceritakan tentang cucu perempuannya dengan menunjukkan fotonya padaku, tidak menarik sama sekali karena setelah dilihat-lihat, cucunya lebih tua 7 tahun dariku.

'Aku jadi teringat hantu yang kutinggalkan tadi, semoga saja dia tidak mengikuti—'

Sebelum menyelesaikan semua perkataanku, surai putih yang sedikit bersinar dengan mata merah muncul dari peron sebelah, membuatku melotot sangking mengerikannya.

Bukan karena apa, tapi aku tidak menyangka kalau hantu juga bisa menangis sampai wajahnya bengkak seperti itu. Sekarang jika aku tertawa mungkin yang ada semua orang menatapku aneh.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang