Berada di antara keramaian merupakan salah satu hal yang dibenci Kambodja. Namun, hal yang paling dia benci ialah, anak yang bersamanya ini. Anak perempuan bertopeng yang menyenandungkan lagu anak-anak dengan suara sumbang juga tarian kaku. Mengapa si anak terus saja melakukannya? Itu membuat Kambodja merasa terganggu.
Pasar malam begitu ramai. Lapak-lapak tidak hanya digelar di lapangan saja, melainkan memanjang hingga jalan-jalan sekitar. Kambodja dan si anak bertopeng beriringan menyusuri jalur tepi, berbaur dengan orang-orang yang bertopeng. Pada momen ini seharusnya Kambodja ikut memakai topeng, tetapi Kepala Desa dan si anak tidak memperbolehkannya mengenakan terlebih dahulu.
Beberapa anak bertopeng berpapasan dengan Kambodja, nereka adalah murid yang diajarnya. Obrolan singkat sempat berlangsung barang sekadar bertegur sapa. Kambodja terlihat pucat dan barangkali kulitnya dingin, mengingat angin malam mampu menusuk tulang. Seharusnya dia membawa jaket dari rumah tumpangan.
Ada berbagai dagangan tradisional yang terjual di pasar malam. Beragam tembikar miniatur perkakas memasak, seperti tungku, piring, kendi, coek, dan sebagainya. Mainan anak-anak beraneka rupa, seperti kapal kecil yang berbunyi ‘otok, otok’, mobil-mobilan, topeng kertas, dan lain-lain. Makanan nan khas berupa jajanan pasar, martabak, bermacam gorengan.
Si anak perempuan bertopeng membeli arum manis serta baling-baling mika warna-warni. Dia bergandeng tangan, mengayun lengan dengan gembira walau wanita yang digandeng tidak gembira.
Kambodja merasa gelisah. Raut mukanya tak wajar. Padahal semua orang tengah bersenda gurau, berkeliling di pasar malam yang diadakan untuk sedekah bumi, sebagai peringatan hari lahir desa mereka.
Perjalanan kedua insan berakhir pada tujuan utama. Panggung beratap yang didirikan di pinggir lapangan rumput, bahwa pepohonan glodokan tiang menjulang tinggi, berjejer rapi. Di sekitarnya ramai orang berkerumun, menyaksikan pertunjukan yang disajikan, yaitu tari tradisional khas desa itu. Para penari wanita tampak didandani dengan menawan, mungkin, jika topeng tak menyembunyikan kecantikan puan. Dengan berpenampilan baju adat, mereka melenggak-lenggok lemah gemulai. Alunan musik syahdu mengiringi gerakan penari-penari itu.
Kambodja seakan terpesona oleh mantra tak kasatmata, yang menghipnotisnya supaya bergeming dan membatu di tempat, di antara kerumunan nan menyaksikan elok lagi anggunnya tarian. Sekujur tubuh wanita itu tak bisa digerakkan, dan memang tersugesti supaya tidak mau bergerak. Kambodja memilih berdiri di barisan terdepan, memasang raut datar yang perlahan berubah seratus delapan puluh derajat menjadi kesenangan penuh euforia.
Berteriak. Kambodja! Kambodja! Kambodja!
Ketika jeritan orang-orang memenuhi pendengaran, memekakkan damainya malam, Kambodja bergairah untuk ikut melaung.
Berikutnya, setelah segala teriakan meredam, tahu-tahu Kambodja berada di tengah panggung. Aula berbentuk persegi dengan lantai ubin kelabu, memiliki pilar-pilar di setiap penjurunya, dengan atap tinggi dan dilapisi genting tanah liat. Irama syahdu berganti menjadi alunan gamelan yang penuh unsur mistis, berpadu antara bunyi denting dan dengung dari alat-alat musiknya.
Kambodja membelalakkan mata, tersadar dirinya telah berpindah tempat. Wanita itu gelisah celingukan mencerna keadaan sekitar. Para penari bertopeng sudah entas, berdiri di pinggir panggung bersama para orang yang juga memakai topeng.
“Anu …. Tolong …. Tolong saya …. Saya bingung ….” Kambodja memohon dengan suara lemas, badannya lemah seketika. Dia menjulurkan tangan kanan perlahan.
Dari keempat sisi panggung, kerumunan warga bertopeng mengitari di bawah, tampak rendah. Keramaian sirna, beralih kesenyapan. Hanya bisik-bisik yang keluar dari alat bicara orang-orang. Alunan gamelan masih berlangsung. Kambodja makin panik untuk bergerak barang sejengkal.

KAMU SEDANG MEMBACA
People under Construction
FantasySemua orang terhubung. Bukan oleh kabel maupun gelombang sinyal. Ini tempat terpencil, Bung. Tidak ada teknologi semacam itu. Mereka terhubung oleh sesuatu yang tak terlihat. Ada beberapa peraturan tak tertulis yang harus ditaati di desa ini: 1. Jan...