2. Gancil

50 13 14
                                    

[Refrein main]

Di tengah sana, yang berupa hamparan kosong nan luas, ada banyak sekali belah ketupat warna hijau, tertata rapi membentuk pola berpetak-petak, panjang dan lebarnya bisa dibilang tak terhingga.

Pada celah di antara belah-belah ketupat, beberapa bola jingga tersebar acak, bergerak, melayang atau terbang perlahan-lahan, bukan menggelinding. Bola itu memiliki jilatan semacam api di atasnya, berkobar amat lambat sehingga tampak seolah-olah tidak bergerak.

Di bawah masing-masing bola, terdapat sepasang titik, dan di depannya juga terdapat sepasang titik lagi. Pada salah satu bola di sudut kanan atas, dua titik di depan tersebut membentuk laksana sebuah garis linear miring, satu tepat di depan dan satunya lagi memanjang tepat segaris dengan pasangannya. Dua titik di bawah berpindah ke depan, diikuti bolanya, lalu dua titik di depan bergerak ke masing-masing sisi bola.

[Refrein setop]

***

Di Desa Soco, ada tiga pihak yang tidak mengenakan topeng: Kepala Desa, mantan Kepala Desa, dan Kurir Desa. Mereka tak memakai kedok karena telah bertemu dengan Pengawas Desa yang berada jauh di dalam hutan belantara. Atau di pinggiran desa. Atau di tempat tertentu yang memungkinkan seseorang bisa berjumpa Pengawas Desa.

Saat ini, Kambodja bukan merupakan bagian dari ketiganya. Maka mengapa dia tak memasang topeng?

“Mbak telah ditipu.”

Anak perempuan yang berdiri di hadap itu asal ceplos, membuat si wanita muda bingung. “Hah? Ditipu bagaimana?”

“Meski kata orang-orang tidak apa-apa, Mbak sebenarnya tidak boleh tidak memakai topeng.”

Topeng? Oh, iya. Kambodja baru menyadari. Selama tinggal di sini, dia belum pernah mengenakan topeng sama sekali. Lagi pula, tidak ada yang menyuruhnya pakai atau membuatkannya topeng. Jadilah wanita itu beredar di desa sehari-hari tanpa topeng.

“Tidak boleh bagaimana?”

“Nanti Mbak diambil oleh Pengawas Desa.”

Satu lagi nama asing di telinga Kambodja yang membuat dahinya berkernyit.

Anak itu mengangguk. “Mbak juga tidak boleh tidur di malam hari.”

Eh? Masa tidur malam tidak boleh? Padahal selama ini Kambodja selalu terlelap sehabis membantu beres-beres rumah tiap hari, dan tidak ada yang melarang. Tidak ada yang mengatakan bakal terjadi hal-hal berbahaya. Lantas mengapa anak itu berkata demikian? Sulit Kambodja menemukan alasan sehingga dia terlihat diam berpikir lama.

“Itu adalah dua dari beberapa peraturan di desa ini.”

Kambodja tersentak.

Ya, itu benar. Peraturan desa. Bukankah di awal dia sudah diwanti-wanti supaya patuh kepada peraturan tak tertulis yang disepakati oleh semua warga desa? Bagaimana dia bisa lupa? Iya, Kepala Desa pernah mengatakannya:

Satu, pakai topengmu saat keluar rumah.

Dua, jangan tidur di malam hari.

Tiga, ....

Eh? Kambodja lupa. Memori yang dia ingat hanyalah penampilan Kepala Desa yang bertubuh gempal dan berkepala botak layaknya kondor--burung buas di Amerika Selatan--serta lawakannya nan aneh, tetapi menggelikan. Kepala Desa seakan tidak menyeriusi perkataan sendiri. Seakan Kambodja bebas melakukan apa saja. Seakan … peraturan itu ada untuk dilanggar.

Apa memang betul begitu?

Entahlah. Lagi pula Kepala Desa tak mengenakan topeng padahal tidak sedang di rumahnya. Kepala Desa juga melanggar sejumlah peraturan lainnya. Kepala Desa bukanlah panutan yang baik. Warga desalah seharusnya yang dianut.

People under Construction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang