Forbidden Hallway #1

1.2K 245 9
                                    

⠀⠀
"Hati-hati, tangganya bergerak sendiri."

Lalisa tergelincir, tetapi Donghyuk menangkap tangannya. Ia mengucapkan terima kasih, lalu segera memutar kepalanya marah. Lalisa menatap Taeyong dengan pandangan muak. "Saran itu mungkin akan berguna dua detik yang lalu."

"Sama-sama." Taeyong menaikkan bahu tak acuh.

Donghyuk menyamarkan senyum gelinya. Donghyuk adalah murid yang baik. Setidaknya dia satu-satunya anak laki-laki yang tidak menertawai Bambam ketika seseorang menukar cangkirnya dengan produk lelucon Zonko's Joke Shop. "Kau kenal dengannya?"

Ya. "Tidak." Lalisa menatap punggung Taeyong dengan dongkol. Berharap dapat melubangi jubah Gryffindor itu dengan kedua bola matanya. Donghyuk terkekeh, mengerti maksud tersirat Lalisa.

"Well, mungkin kau beruntung," kata Donghyuk. Lalisa melotot, namun ia melanjutkan, "tidak banyak yang memiliki kesempatan untuk dekat dengan chaser³ terbaik sepanjang Quidditch⁴. Kudengar dia direkrut sejak kelas satu."

Lalisa baru hendak menyanggah kata 'dekat' ketika matanya segera membulat. "Dia, eh, sudah menjadi apa di tahun pertamanya?"

"Ekor babi!" Itu suara Park Jinyoung, Prefek Gryffindor, ketika menyebutkan kata kunci pada lukisan wanita bergaun merah jambu dan mengalihkan atensi mereka. Pintu itu mengarah pada sebuah pintu, dan segera setelah memasukinya, di hadapan Lalisa membentang deretan sofa nyaman dengan warna-warna khas beludru merah tua.

Lalisa kemudian membiarkan pertanyaan itu menggantung di langit-langit ruang asramanya.

•••

"Huh?" Lalisa mendongakkan kepala. Sudah lebih dari setengah jam ia berputar-putar dari lorong hingga panel-panel sorong. Hogwarts memiliki konstruksi yang luas. Amat sangat luas. Dengan arsitektur rumit yang menyebabkan Lalisa sulit menyesuaikan diri. "Aku tersesat?"

"Yeah. Begitulah yang terlihat."

Lalisa dengan cepat berbalik.

Lee Taeyong bersandar pada dinding dengan kedua tangannya yang berada di saku. Ia mengangkat sebelah alisnya. "Sudah membolos di tahun pertamamu?"

Dia. Lagi-lagi dia.

"Peeves yang mengarahkanku ke sini," desis Lalisa. Dalam hati menyumpahi hantu jail itu. Tidak ingin terus membuang-buang waktu, tungkainya segera berpaling menuju arah berlawanan.

"Ini adalah koridor terlarang di lantai tiga."

Suara Taeyong menghentikan langkah Lalisa.

"Lice!" Dari ujung koridor terlihat Bambam melambaikan tangannya. Ia mengatur napas keras-keras. "Profesor menyuruhku untuk mencarimu! Sudah kuduga, kau pasti tersesat!" Teriaknya dari kejauhan.

"Kau beruntung, bukan Mrs. Norris yang pertama kali menemukanmu."

Dahi Lalisa berkerut. Namun ketika ia bergerak untuk menghadap Taeyong, laki-laki itu sudah menghilang.

Tanpa jejak.

•••

"Senior Lee mengancammu?!" Intonasi dalam pekikan Bambam meninggi. Beruntung para murid tampak lebih tertarik pada aroma lezat pai daging yang menguar ke seluruh penjuru ruangan. Makan malam kali ini terasa lebih ramai daripada biasanya.

"Memperingatkan," koreksi Donghyuk. "Dan toh kalaupun dia berbohong, tidak ada salahnya juga kita menjauhi koridor itu."

Well, lorong itu memang tidak menghubungkan akses ke kelas manapun. Lalisa mengendikkan bahunya. "Aku hanya penasaran mengapa Peeves mengarahkanku ke sana."

"Oh. Lupakan saja. Hantu itu memang selalu kesepian," Bambam melambaikan tangannya tak acuh. Lalisa dapat melihat hantu-hantu bergosip cekikikan di atas mereka. Seseorang akan mendapatkan masalah.

Bambam ganti menunjukkan deretan giginya penuh antusias. "Omong-omong, kalian akan menonton Quidditch pekan ini, 'kan?"

Lalisa batal menyuapkan supnya. "Huh? Kau ikut main?"

Bambam mendengus. "Kau bercanda? Tidak mungkin ada anak kelas satu yang bisa langsung masuk ke dalam tim."

Lalisa dan Donghyuk saling bertukar pandang.

"Kalian ikut, 'kan? Aku sudah lama mengidolakan Senior Kim! Tidak sabar rasanya menonton secara langsung." Bambam tampak bersemangat. Meja Gryffindor sedikit bergeser karena antusiasmenya.

"Yeah," ucap Lalisa setengah tak acuh. Sebenarnya ia ingin menghabiskan akhir pekan menyenangkan di ruang rekreasi Gryffindor yang nyaman. Namun barangkali, pertandingan Quidditch dapat merubah perspektifnya terhadap dunia konyol ini.

Dan mungkin, sedikit mengalihkan perhatiannya dari koridor lantai tiga.

Tiba-tiba sebuah sensasi dingin menyapu ujung tangan hingga bahu Lalisa. Cara Taeyong mengatakannya, seperti ada sesuatu yang menyeramkan dan berbahaya menanti mereka di sana.

Lalisa menatap langit penuh lilin-lilin keperakan Hogwarts.

Ah. Aku benci menjadi penyihir.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3. Chaser: Salah satu posisi dalam permainan Quidditch.
4. Quidditch: Olahraga sihir yang dimainkan di atas sapu terbang.

scarlet heart / yongliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang