"MORSMORDRE!"
⠀⠀
⠀⠀Suara itu terus menggelegar di dalam kepala Lalisa. Menusuk seperti petir-petir besar dan setajam pedang zirah. Sebelum pandangan Lalisa benar-benar ditelan oleh kegelapan, ia sempat melihat bayangan aurora berbentuk tengkorak kolosal. Melukiskan sebuah rasi mengerikan di langit-langit Stadion Quidditch Trillenium. Terdiri dari apa yang tampak seperti bintang zamrud, dengan ular yang menjulurkan lidah dan bisa dari mulutnya.
Lalisa adalah Horcrux.
Itu sebabnya ia merasa sakit luar biasa saat para Death Eater memberikan tanda bahwa Voldemort masih hidup.
"Mereka tahu," kata Lalisa ketika Albus Dumbledore, Severus Snape, dan deretan profesor lain meninggalkan Hospital Wing. Mata Lalisa berubah kosong. "Mereka tahu. Mereka ke sini bukan untuk mengkonfirmasi atau melihat keadaan. Mereka ingin memberitahuku." Secara tersirat, dan itu jauh lebih menyakitkan.
Selama ini semua orang-orang hanya menganggapnya sebagai Horcrux.
"Bahkan kau, Senior?"
Buku-buku jari Lee Taeyong memutih saat nada tercekat itu mengudara. Ada sebuah pantulan luka di mata Lalisa. Bertahun-tahun berlalu sejak Albus Dumbledore pertama kali, secara personal, memercayakan penjagaan Lalisa kepadanya. Dan bertahun-tahun pula Lee Taeyong telah berhasil menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Entah itu di Great Hall, serbuan para troll ke Hogwarts, atau Hutan Terlarang, ia akan selalu di sana untuk menyelamatkan Lalisa. Hal terakhir yang ingin dia lakukan adalah menyakiti gadis itu.
Dan sekarang ia telah melakukannya.
"Sejak kapan kau mengetahuinya?"
Sejak kapan kau memilih untuk berpura-pura dan membohongiku?
Taeyong bergeming. Posisinya masih bersandar pada dinding ruangan. Laki-laki itu sadar dia selalu memberikan jarak yang membujur di antara mereka berdua. Ia sadar ia terlalu berbahaya untuk gadis itu. Dan bersama mereka hanya akan saling menghancurkan satu sama lainnya. Tetapi di atas semua itu, ada satu hal yang ikut membuat dirinya terasa seperti tertebas.
Lalisa menatapnya seperti ia adalah orang asing.
"Itu tidak penting," kata Taeyong dingin. "Kau seharusnya memang tidak tahu."
Seharusnya? Lalisa tertawa serak. "Apa itu akan mengubah segalanya? Bahwa aku adalah Horcrux? Apakah dengan membuat aku tidak mengetahui diriku yang sebenarnya dapat menghentikan Voldemort bangkit dan menghancurkan dunia?"
Sura guntur menggelegar membelah langit.
Lalisa tahu nama penguasa kegelapan itu adalah nama yang sakral. Tidak semua orang boleh menyebutkan nama itu. Tidak. Tidak ada yang boleh menyebutkannya. Nama itu terasa menjijikkan dan penuh kebencian ketika keluar dari mulutnya. Beraroma seperti kegelapan dan dendam.
Taeyong menghela napas tajam. Pemilihan waktu mereka buruk. Sementara desas-desus mulai tersebar, Turnamen Triwizard akan segera dimulai.
"Kau butuh istirhat."
•••
"Jadi, kau itu semacam portalnya Kau-Tahu-Siapa?"
Lalisa mendelik ke arah Bambam. Seharian ini, mendadak topik 'Lalisa Manoban si muggle ternyata adalah salah Horcrux Dark Lord' menjadi sangat populer dan itu membuatnya jengkel. Bahkan Hagrid menatap Lalisa dengan isyarat minta maaf ketika berada di kelasnya. Oh, astaga. Jadi selama ini seluruh staff Hogwarts tahu dan saling bersepakat membuatnya terlihat jadi muggle bodoh yang tidak tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
scarlet heart / yonglice
FanfictionKarena selalu ada yang menakjubkan tentang Hogwarts: kompartemen ekspresnya, para prefek galak, mantra-mantra magis, dan barangkali, tempat untuk kembali─pulang. Lalisa menyebutnya rumah. [ alternative universe based on Harry Potter by J.K. Rowling ]