Prolog 👑

62 6 48
                                    

Seorang pria dengan tatapan tajam dan seriusnya masuk ke dalam sebuah perusahaan besar di bawah naungan Jeong Entertainment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria dengan tatapan tajam dan seriusnya masuk ke dalam sebuah perusahaan besar di bawah naungan Jeong Entertainment. Sedikit menaikkan dagunya ketika melewati orang-orang untuk mempertegas apapun keadaannya ia tetap lah seorang keluarga Park terpandang.

Baginya, hanya Jeong Entertainment yang dapat membantunya untuk memulihkan nama baiknya yang sudah tercoreng oleh keluarganya sendiri.

Pria itu menghela napasnya kasar, berusaha tak ambil pusing dengan tatapan menghina nya. Di benaknya kembali teringat bahwa ia pernah menjadi seseorang yang begitu dicintai oleh berjuta wanita. Ya, pria itu adalah Park Jimin.

Wajah tampannya ternyata tidak berfungsi untuk publik memiliki kepercayaan padanya. Yang sudah jelas, namanya akan tercoreng sedemikian jelek.

"Saya ingin bertemu Tuan Jeong Hye," pintanya pada receptionist.

Receptionist itu sedikit tertegun melihat siapa lawannya berbicara. Dengan ragu tangannya menggapai telepon, walaupun tatapannya masih tertuju ke arah Jimin yang kini sudah menyeringai.

"Tenang, tidak untuk membunuh," sambungnya dengan seringai tercetak jelas lalu mengedipkan sebelah matanya.

Walaupun masih ada keraguan sedikit, receptionist itu tetap memencet angka untuk menghubungkan jaringan telepon ke CEO perusahaan ini.

"Tuan Jeong, ada yang ingin bertemu anda. Park Jimin."

Receptionist tersebut meletakkan teleponnya "Tuan Jeong akan pergi sebentar, harap menunggu perwakilannya yang akan datang sekitar setengah jam lagi."

"Mana bisa begitu, saya lebih dahulu membuat janji dengannya!" emosi seorang Park Jimin tiba-tiba membuncah mendengar perkataan receptionist itu.

"Sebentar tuan, biar saya coba hubungi tuan Jeong lagi," receptionist yang name tag nya dilirik Jimin bernama Ah-In itu pun kembali memencet nomor yang menghubungkannya dengan Jeong Hye.

"Maaf menganggu waktu anda Tuan, tetapi Tuan Jimin bersikeras untuk menemui anda." Ah-In berbicara dengan takut-takut, terdengar getaran di setiap kata yang ia ucapkan. Membuat Jimin mengeluarkan decakan, semua pasti tahu seberapa kejam seorang Jeong Hye.

"Jika dia tidak bisa menunggu ku, silahkan saja nikmati popularitas busuknya." Hye menutup telepon setelah mengucapkan kalimat itu.

"Tuan dengar sendiri, bukan?" Ah-In meletakkan telepon ditempatnya semula. "Maaf tidak bisa membantu keperluanmu seperti tamu lain, aku tidak punya kuasa pada hal macam ini." Ah-In menundukkan kepalanya.

"Ya, kau memang tidak punya kuasa." tekannya dengan menatap remeh seorang Ah-In. "Walaupun namaku sudah tercoreng, aku masih tetap seorang Park dengan garis keturunan darah biru. Kau tidak bisa memandangku sebelah mata."

Ingin rasanya Ah-In memaki Jimin yang masih tetap angkuh meskipun dalan keadaan lemah seperti ini. "Silahkan tunggu di lobby, tuan." Ah-In tetap melakukan pekerjaannya dengan profesional. Melayani setiap tamu, tak peduli siapapun tamu tersebut.

The Throne of The World [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang