fünf

1.7K 332 2
                                    

Aku terduduk di kasurku. Masih dengan baju rumah sakit. Aku melamun seperti orang bodoh. Memikirkan bagaimana nasibku setelah Jeno menikah.

"Apa aku mati saja?"

"Aish berlebihan!"

Aku pun berpikir lagi. Dan seketika aku teringat Ibu.

"Halo Ayah?"

"Bolehkah Renjun meminta nomor telepon kepolisian China yang mengurus kasus ku?"

"B-baiklah..."

"Good night Ayah."

Aku mematikan sambungan telepon ku dengan Ayah. Saat ini Ayah dan Ibu angkatku pindah ke Jepang. Dan aku memilih untuk tetap disini agar bisa bersama dengan Jeno.

Dan hasil dari permintaan ku tadi adalah kegagalan. Aku gagal mendapatkan nomor telepon kepolisian yang mengurus pemakaman Ibuku.

"SIALAN!!!!!!!!! AAAARRGGHHH!!!!!" Menyerah, akhirnya aku membanting segala benda yang ada di kamarku. Tidak peduli itu foto Jeno dan aku. Tidak peduli itu piala ku, tidak peduli itu laptop dan juga iPad ku. Semuanya ku banting tanpa sisa. Bahkan aku menginjak frame foto ku dengan Jeno. Foto itu menjadi satu-satunya foto yang aku sukai karena disitu Jeno terlihat sangat menyayangi aku.

 Foto itu menjadi satu-satunya foto yang aku sukai karena disitu Jeno terlihat sangat menyayangi aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesudah membanting semuanya, aku berjalan mengambil bantal. Aku berencana untuk tidur di sofa ruang televisi. Karena disana tempatku berkuasa selain di kamar. Aku menuruni tangga dengan linglung.  Dan akhirnya aku mendaratkan punggung ku pada sofa. Terasa sangat nyaman, aku pun jatuh tertidur masih dengan pakaian rumah sakit.






TBC

What If, ... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang