Aku saat ini memandang ke luar jendela rumah Jeno untuk melihat anak-anak yang sedang bermain salju di taman kompleks. Jujur saja hal itu mengingatkan aku dengan masa lalu. Saat itu aku terlalu asik bermain salju hingga akhirnya demam. Tetapi demam itu juga yang memberikan aku kesempatan untuk dipeluk semalaman penuh oleh Jeno. Kakakku. Karena tepat saat usiaku 13 tahun, aku jatuh cinta kepada Kakak angkat ku sendiri.
"Ah seandainya hari ini Kak Jeno dirumah, aku ingin membuatkannya cookies dan coklat panas. Sayang sekali dia tidak akan pernah ada disaat musim dingin seperti ini."
Itu benar, dia akan menemani kekasihnya di apartemen. Karena Yeji sangat pemalas saat musim dingin, bahkan untuk membeli makan di minimarket apartemen nya sendiri. Jeno yang kebetulan sangat sayang dan perhatian, akhirnya memilih untuk menemani kekasihnya agar tidak jatuh sakit akibat kemalasan.
"Kenapa aku sangat ingin main salju sih," Aku menyangga daguku didepan jendela. Salju itu terlihat sangat mengejek untuk di mainkan. Tetapi jika aku nekat keluar, pasti akan berujung demam.
"SALJU DULU, KALAU SAKIT YA NANTI KE RUMAH SAKIT HAHAHAHA!"
Aku berlari cepat untuk mengambil mantelku dan bergegas untuk ke taman kompleks. Anak-anak sudah meninggalkan taman itu karena hari mulai petang, dan salju pun semakin deras.
Aku langsung menjatuhkan diri diatas tumpukan salju dekat dengan perosotan. Karena ini adalah spot kesukaan ku saat kesini.
"WAAAHHH," Aku memejamkan mata untuk menikmati sensasi dingin dari salju yang menjatuhi wajahku. Karena hal ini, aku jadi teringat Ibu. Dia akan selalu menutupi bagian mataku agar tidak kemasukan salju saat mendongakkan kepala untuk melihat hujan salju. Dan setelah itu pun, dia langsung memandikan ku dengan air hangat dan juga memberiku coklat panas agar aku tidak kedinginan dan berakhir demam.
"Aku rindu Ibu," aku berbisik lirih dengan senyum kecil. Sampai sekarang pun aku tidak tau dimana makam Ibu, karena kepolisian lah yang menangani kasus itu. Lagipula sekarang aku di Korea Selatan. Bukan lagi di China. Kalau kalian bertanya darimana asal Jeno dan mengapa ia bisa berada di China dulu, karena dulu keluarga Jeno pernah menetap di China selama 2 tahun. Dan Ayah Jeno mencurigai toko kue samping rumahnya yang adalah toko kue milik Paman Donghae.
Ayah Jeno juga lah yang melaporkan kejadian dimana aku akan dijual saat itu. Dan ya, akhirnya aku jadi bagian keluarga Lee saat ini.
"Aku ingin sup buatan Ibu," Aku mulai menangis karena terbawa suasana. Sudah berapa tahun aku tidak bertemu Ibu? Sudah berapa tahun rambutku tidak diusak olehnya? Entahlah.
Aku akhirnya terduduk. Dan memandang suasana taman kompleks kali ini. Ternyata sudah petang. Dan aku yakin jika Jeno belum pulang.
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Disepanjang perjalanan, disetiap pijakan, aku menangis karena merindukan Ibu. Ibuku yang malang, Ibuku yang mati karena tertembak, Ibuku yang tega menjual ku agar aku tidak jadi korban pedofil.
Secara tidak sadar, aku tertawa dalam tangis. Entah mengapa ini semua terasa lucu dan menyesakkan disaat yang bersamaan.
"Hah, Huang Renjun... You are so pathetic," Aku sampai di depan pintu rumah. Dan aku pun masuk, masih menangis tentu saja.
Dan hal yang pertama kali aku lihat setelah memasuki rumah adalah, Jeno yang memeluk tubuh Yeji dengan erat. Terlihat jika kekasih Jeno itu tengah kedinginan.
Aku berusaha untuk menahan isakan karena hal itu. Aku berusaha diam saat melewati ruang televisi yang ditempati oleh Jeno dan kekasihnya. Aku berjalan sepelan mungkin agar Jeno tidak mendengar langkah kakiku.
Dan semuanya berjalan lancar sampai saat kakiku menginjak anak tangga pertama, suara Jeno terdengar.
"Renjun, darimana? Kok basah?"
Aku diam. Masih dalam posisi ingin menaiki tangga.
"Huang Renjun?"
"Ak-aku bermain salju."
Jeno menghela nafas setelah aku menjawab.
"Yasudah, cepat mandi sebelum kamu terserang demam. Kakak nggak mau kamu sakit. Okay?"
Aku hanya mengangguk dan mulai berjalan cepat menaiki tangga. Aku kesal, marah dan sedih karena Jeno bahkan tidak repot-repot menghampiri aku.
Akhirnya aku memasuki kamar dengan sedikit membanting pintu saat menutupnya. Aku langsung menjatuhkan diri di lantai dan menangis sejadi-jadinya.
"AKU INGIN JENO, AKU INGIN DIA BERADA DI SINI, AKU INGIN IBU, AKU, AKU HIKS AKU... IBU!!!!" Aku meringkuk seperti janin karena kedinginan dan meratapi kesedihan.
Sial, aku terlihat sangat sangat menyedihkan saat ini. Aku berharap semoga Jeno tidak naik dan melihatku seperti ini. Bisa rusak imageku sebagai adik yang keren.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/238640101-288-k348791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What If, ... ✔
FanfictionYou'll always be my favorite 'what if' -Renjun © injeolmiiiiiiiiii, 2020