acht

2.2K 349 65
                                    

Aku sudah siap dengan tuxedo hitam, dasi kupu-kupu dan juga sepatu pantofel hitam mengkilap yang disiapkan oleh Jeno untukku. Benar. Hari ini adalah hari pernikahan Kakak ku. Hari ini adalah hari pernikahan lelaki yang aku cintai semenjak dulu. Lelaki yang tidak akan pernah aku miliki. Lelaki yang akan selalu menjadi Kakakku. Seseorang yang berarti di hidupku setelah Ibu.

Dan dia akan bersama orang lain hari ini, untuk kedepannya juga, bahkan nanti. Dia tidak akan pernah bisa bersamaku. Atau aku yang tidak akan pernah bisa bersamanya?

"Renjun, sudah siap?"

Aku mengangguk pada Ayah. Dan akhirnya aku dan para tamu undangan duduk di kursi yang telah disediakan. Sudah terlihat dengan jelas, disana, di altar yang sangat mempesona, berdirilah sosok laki-laki yang aku cintai dan kagumi. Dia tengah menunggu calon pujaan hatinya. He's waiting someone who will become half of him.

Kenapa rasanya sangat sakit?

Prosesi itu terjadi dengan lancar. Aku bahkan harus meremas kedua pahaku karena mati-matian menahan air mata. Bukan air mata kebahagiaan tentunya. Ini air mata penderitaan. Air mata yang mungkin akan menemani aku, for my entire life.

"Woah, Ayah..."

"Kenapa?"

"Renjun ingin ke kamar mandi."

"Yaudah sana, jangan lupa berikan selamat untuk Kakak mu ya nanti."

"Siap!"

Aku berjalan keluar dari ruangan untuk menuju kamarku. Maksudnya kamar hotel. Pernikahan ini dilaksanakan di salah satu hotel milik Ayah. Bahkan aku juga baru mengetahuinya hari ini.

Setelah memasuki kamar, aku langsung melepas jas dan sepatuku. Kemudian aku mengambil sesuatu dari saku celana. Sebuah botol kecil. Berisikan obat tidur yang aku beli mengatasnamakan Jeno. Tanpa sepengetahuan Jeno tentu saja.

Aku mulai membukanya. Aku tidak tau apakah mereka sudah resmi atau belum, tetapi mungkin mereka saat ini sudah menjadi sepasang suami dan istri.

Aku mengambil satu butir pil tersebut.

"Untuk rasa sukaku pada Kak Jeno."

Aku mulai menelannya. Dan mengambil pil kedua.

"Untuk rasa benciku pada Yeji."

Pil selanjutnya.

"Untuk hidupku yang kacau."

"Untuk kematian Ibuku."

"Untuk rasa sakit yang aku rasakan saat mengingat Ibu."

"Untuk kerinduanku pada Ibu. Hehehe."

"Tenang Ibu... Aku sudah menyelesaikan lukisan kita."

Aku kembali mengambil butir selanjutnya.

"Untuk Kak Jeno dan Yeji yang sudah resmi."

Dan akhirnya pil yang terakhir.

"Untuk kematian ku."

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!"

Setelahnya aku terjatuh ke lantai. Dengan nafas yang tercekat. Tubuhku mulai kejang dengan busa yang juga keluar dari mulutku.

Wah rasanya kematian semakin mendekat pada ku.

"J-jeno....."

Aku mulai kehilangan kesadaran. Perutku juga sangat sakit, seperti nya kram? Entahlah yang pasti, saat ini aku hanya ingin memejamkan mata. Ingin mengakhiri rasa sakit akibat pernikahan yang sudah dilakukan oleh lelakiku.

"Hahhh...."

Aku menyerah dan akhirnya kesadaran ku hilang total. Tetapi sebelum itu terjadi, aku melihat Jeno datang ke arahku dengan wajah yang panik luar biasa. Ah, itu membuatku merasa sangat diinginkan dan dikhawatirkan. Aku sedikit lega. Itu yang aku mau dari kamu Jeno.

What If, ... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang