08. Mencair ya?

3.7K 230 2
                                    

Bel pulang berbunyi dan guru yang mengajar di jam terakhir menutup kelas dan segera keluar dari ruang kelas. Vale menghela napas lega. "Huft, akhirnya."

Rosalind yang berada disebelahnya menoleh, "Gak sia-sia ya loncat tembok belakang sekolah demi ketemu Bu Dimi di jam terakhir."

Mendengar ucapan Rosalind, seketika bibir Vale mengerucut. "Yeuu, lu sendiri yang ngelarang gue bolos."

"Lagian lu berani banget sih Le lompat, padahal lo bisa lho panggil Kak Gio. Kalau sama dia kan lu bisa masuk dengan aman dan santai tanpa harus buru-buru masuk kelas." Rosalind benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya ini. Rosalind pikir, Vale akan masuk lewat gerbang utama dan diluar nalarnya gadis itu malah naik tangga untuk melewati tembok belakang sekolah agar masuk kedalam kelas.

"Ya udah sih, jangan dibahas lagi. Kalau minta tolong terus sama dia kan gak enak juga," kata Vale seraya merapihkan buku dan tempat pensil kedalam tas.

"Ngerepotin apa nya sih besti? Kan Kak Gio tuh suka banget sama lo Vale, masa lo ga nyadar sih?" Kyara tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka.

"Kebiasaan banget tiba-tiba nyautin," omel Rosalind yang dibalas dengan muka mengesalkan dari Kyara.

"Val, kan beda ceritanya kalau tadi lo ditahan sama Arsen, kan bisa ada agedan peluk-peluknya gitu." Kyara beralih memeluk dirinya kesenangan seraya membayangkan jika saat diatas tembok pagi tadi harusnya Vale melompat kearah Arsen yang akan menangkapnya.

"Menurut gue sih, udah benar Si Vale jatuh tadi, kan jadinya sekarang booming soal Arsen gendong Vale." Rosalind mulai menggoda Vale. "Val, ini kayaknya awal hubungan lo membaik lagi deh sama Arsen. Kalau ini beneran jadi baik sebaik-baiknya kayak semula, kita bakal senang banget kan ya Ky?" Rolisand bertanya pada Kyara yang langsung dibalas dengan anggukan semangat.

"Bener banget. Jadinya yah tuh Si Nenek Lampir gak kecentilan banget sama Arsen," setuju Kyara.

"Ih, kalian," Vale menghela napas pelan melihat sendu kedua sahabatnya. "Mudah-mudahan ya, gue aslinya gak tau banget harus bersikap kayak gimana kalau Arsen harus kayak kemarin seterusnya," rengek Vale.

Kyara menoel sebelah bahu Vale. "Cailah, Ale kayaknya udah kangen banget Arsen yang dulu."

"Kangen lah, kangen banget nih gue," ujar Vale dengan malu.

Rosalind hanya tersenyum saja. Ikut bahagia jika sahabatnya tengah bahagia ya walapun Vale harus luka dulu baru ada kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan Arsen.

"Kita pulang mampir ke kafe biasa dulu yuk, males balik gue," ajak Rosalind.

Kyara terlihat mengembungkan pipi. Menatap Vale lalu Rosalind. "Yah, gue ada janji Ca, gue gak ikut dulu ya?"

Rosalind menatap curiga Kyara. "Jangan bilang lo mau ketemu sama si ngepet Arhan itu."

Kyara menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin bersuara.

Rosalind menatap tak percaya sahabatnya yang oon ini. "Gue rasa lo udah dipelet deh sama si Arhan, Ky. Sadar napa tuh cowok gak bener," kesal Rosalind.

"Ya gimana, dia baik kok Ca, buktinya kemarin malem pas udah pulang dari balapan Arsen dia ngajak gue keluar dan ngasih gue boneka panda juga yang ukurannya gede banget pas kita jalan di mall. Ihhh, gemess." Tidak, tidak bisa. Kyara tidak bisa diam saja kalau Arhan dipandang jelek oleh sahabatnya. Ia harus membuktikan pada kedua sahabatnya jika pilihannya tepat.

Vale mengerutkan kening. "Tumben ngasih lo sesuatu."

Kyara mengangguk dan dengan lugunya menjelaskan, "iya, kemarin gue liat boneka panda lucu banget, gua minta dia beliin tapi waktu itu kartunya dia bermasalah gitu jadinya gue bayar dulu nanti sama dia diganti."

AMENSALISME (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang