Chapter 04

790 142 3
                                    

Waktu melesat dengan cepat bak sebuah anak panah.

Dalam sekejap, lima tahun berlalu dan Yue Fei mulai menginjak usia ke enam belas. Usia di mana gadis itu telah dianggap sebagai wanita dewasa dan siap untuk membina sebuah rumah tangga.

Baru beberapa hari Yue Fei secara legal menjadi wanita dewasa, sejumlah lamaran telah menunggu di depan gerbang kediamannya. Lamaran tersebut datang dari berbagai kalangan, termasuk keluarga kerajaan.

Di seantero kota Bianjing, ibukota Dinasti Song Utara, siapa yang tidak tahu bahwa Putra Mahkota Zhao Huan menaruh hati pada putri bungsu Jenderal Besar Yue Long?

Mulai dari pejabat, bangsawan, bahkan pengemis di pusat kota, semua tahu bagaimana Putra Mahkota Zhao Huan tergila-gila pada gadis itu.

Tidak heran, di hari pertama Yue Fei menginjak usia ke enam belas, pangeran muda itu menjadi orang paling pertama yang melamar Yue Fei. Ia sama sekali tidak ambil pusing dengan fakta bahwa ayahanda kaisarnya tidak menyetujui hubungan mereka dan sangat ingin menjodohkannya dengan Bai Ling, putri dari menteri rumah tangga istana.

Banyak orang beranggapan bahwa Zhao Huan mengambil langkah yang tergesa-gesa dan tidak bijaksana. Di tengah hubungan Kaisar dan Jenderal Besar Yue Long yang sedang memanas akibat situasi dan kondisi di perbatasan, Zhao Huan dengan gegabah mengajukan lamaran pada kediaman keluarga Yue.

Keputusannya tersebut bukan hanya mencoreng nama baiknya, tetapi juga membuat sebagian besar dari pendukungnya merasa kecewa.

Pasalnya, selama ini, Putra Mahkota dan Permaisuri berada pada partai yang berseberangan dengan Jenderal Besar Yue Long. Kedua petinggi keluarga kerajaan tersebut secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka berada pada sayap kanan pemerintahan yang dipimpin oleh Menteri Rumah Tangga Istana.

Sementara itu, Jenderal Besar Yue Long berada pada sayap kiri pemerintahan bersama dengan seorang Perdana Menteri muda dari klan Chen dan beberapa menteri kuat lainnya.

Secara pribadi, Jenderal Besar Yue Long tidak memiliki chemistry ataupun impresi yang baik terhadap Putra Mahkota Zhao Huan dan ibunya, Permaisuri Chu Ling Yuan. Ia menilai pejabat-pejabat dari sayap kanan sebagai segerombolan penjahat yang sering bermain kotor. Mereka hanya mengandalkan uang dalam segala hal.

Atas dasar hal tersebut, tidaklah mengejutkan apabila kemudian Jenderal Besar Yue Long menolak lamaran itu mentah-mentah. Ia berkilah jika kerajaan mereka sedang dalam kondisi darurat, tidaklah etis bagi seorang putra mahkota untuk melakukan pertunangan atau pernikahan di saat-saat genting seperti ini.

Kabar tentang lamaran Putra Mahkota Zhao Huan tersiar di seantero kerajaan dalam sekejap, berita tersebut menyebar bak bola api liar yang membara. Seluruh masyarakat dari berbagai kalangan telah mengetahui akan hal ini, tak terkecuali Pangeran Jing, Zhao Zhen.

Mendengar bahwa gadis kesayangannya hampir saja direbut oleh Putra Mahkota, Zhao Zhen merasa bak hatinya tengah dihujani oleh ribuan jarum-jarum kecil. Selama beberapa hari ia selalu murung dan mengurung diri di dalam kamar, sibuk berpikir bagaimana ia bisa berdiri pada level yang sama dengan Putra Mahkota dan memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa meminang Yue Fei.

Sebelumnya, Zhao Zhen tidak pernah merasa secemas dan setakut ini. Ia selalu berpikir bahwa ia adalah pangeran yang terbuang, tidak memiliki harta, kekuatan, ataupun dukungan politik. Pangeran muda itu merasa bahwa ia tidak akan bisa kehilangan apapun, karena pada dasarnya memang ia tak memiliki apapun untuk ditawarkan.

Namun kali ini berbeda. Zhao Zhen merasa bahwa Yue Fei adalah miliknya. Terhadap gadis itu, ia memiliki rasa kepemilikan yang begitu kuat. Perasaan possessive mendadak mengakar kuat di dalam hatinya.

Setelah mengurung diri di dalam kediaman pribadinya selama beberapa hari dan berpikir keras, Zhao Zhen akhirnya tiba pada sebuah kesimpulan. Ia tidak bisa kehilangan Yue Fei dan ia harus memiliki gadis itu.

Untuk itu, ia harus tumbuh menjadi pangeran dengan kedudukan dan dukungan politik yang kuat. Di dalam hati, Zhao Zhen bersumpah, suatu saat ia akan duduk di kursi putra mahkota dan menyingkirkan 'lalat-lalat' yang saat ini dengan lancang mengerumuni Yue Fei-nya.

Sumpah Zhao Zhen tersebut bukanlah omong kosong. Dalam kurun waktu dua tahun saja, ia dapat merebut kembali hak nya sebagai seorang pangeran yang sah.

Selama periode waktu tersebut, Zhao Zhen terus menulis dan mengirimkan kepada Kaisar hasil-hasil pemikirannya tentang masalah-masalah yang saat ini sedang hangat terjadi di kerajaan mereka.

Tindakan yang nekat memang, tetapi ia telah membulatkan tekad untuk mempertaruhkan segalanya demi gadis yang ia cintai.

Pada satu titik, Kaisar yang hampir saja lupa bahwa ia memiliki satu orang putra bernama Zhao Zhen, melihat surat yang ia tulis dan membacanya. Pada saat itu, permasalahan yang ada di dalam pikiran sang Kaisar sudah berada pada titik terumit dan ujung yang buntu, semua menteri bahkan juga pusing tujuh keliling.

Kemudian, tanpa sengaja, Kaisar Taizong menemukan gulungan surat yang dikirim oleh Zhao Zhen di atas meja kerjanya. Dan yang mengejutkan, ide-ide yang dikemukakan Zhao Zhen di dalam surat tersebut sangatlah brilian. Sang Kaisar lantas memanggil pangeran muda tersebut dan secara pribadi memintanya untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Dalam kurun waktu beberapa minggu saja, kasus yang sebelumnya menemui jalan buntu tersebut akhirnya selesai dengan sempurna. Berkat sumbangsih Zhao Zhen, Kaisar Taizong akhirnya mengeluarkan titah untuk mengembalikan pangeran muda tersebut pada posisinya yang legal.

Dengan segera, Pangeran Jing dipindahkan ke kediaman barunya yang memiliki ukuran lebih besar dari istana Putra Mahkota.

Tak lupa, Kaisar Taizong juga memberikan hibah yang tak ternilai jumlahnya.

Kini, ia hanya satu langkah di belakang Putra Mahkota dan satu tahap lebih dekat pada mimpi besarnya: memiliki Yue Fei.

The Undying [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang