Chapter 06

733 122 10
                                    

Sejak kecil, Zhao Zhen telah memendam rasa curiga atas kematian ibunya.

Ia merasa, ada sesuatu yang janggal dan jahat di balik kejadian tersebut. Kini, setelah ia tumbuh dewasa dan memiliki kekuatan yang cukup, ia ingin menguak semua misteri yang selama ini terpendam bersama ibunya.

Dibantu oleh Yue Fei, Yue Feng, dan perdana menteri muda Chen Xuan, perjuangan Zhao Zhen akhirnya menemukan titik terang. Ia mulai mendapatkan beberapa petunjuk dan kesaksian yang memperkuat dugaan bahwa ibunya meninggal secara tidak wajar.

Yang mengejutkannya lagi, beberapa bukti yang ia temukan merujuk pada satu orang. Permaisuri Chu Ling Yuan.

Di dalam istana, trik-trik kotor memang banyak digunakan. Bukan hal asing jika selir-selir kaisar saling menjegal satu sama lain hanya demi mendapatkan perhatian dan kasih sayang kaisar. Permaisuri Chu Ling Yuan juga demikian. Ia rela melakukan apapun dan mengorbankan segalanya demi mengamankan posisinya sebagai wanita paling berkuasa di istana dalam.

Sebelumnya, Permaisuri Chu Ling Yuan muda tidak pernah merasa terancam. Berkat keluarganya yang kaya, ia mendapat cukup banyak dukungan dari menteri-menteri sayap kanan.

Namun, semenjak Selir Chen melahirkan bayi laki-laki bernama Zhao Zhen, ia merasa bahwa kasih sayang kaisar kepadanya semakin hari semakin berkurang. Kaisar lebih sering mengunjungi Selir Chen dan mengasuh Zhao Zhen dibanding mengunjunginya dan Zhao Huan.

Hal tersebut membuat Permaisuri Chu Ling Yuan khawatir. Ia takut apabila Selir Chen akan merebut posisinya sebagai seorang permaisuri dan juga menggeser Zhao Huan dari gelar putra mahkota.

Mengetahui bahwa situasi semakin genting, Permaisuri Chu Ling Yuan memutuskan untuk mengirim Selir Chen pada gerbang maut.

Chu Ling Yuan tahu benar bahwa Chen Yi Ning menyukai bunga-bunga eksotik. Kaisar sering sekali menghibahkan bunga-bunga langka pada wanita tersebut.

Siang itu, sang permaisuri yang terbakar api cemburu, memerintahkan seseorang yang tak dikenal untuk mengirim sebuah anggrek Cattleya langka pada kediaman Chen Yi Ning.

Tanpa semua orang tahu, Chu Ling Yuan telah menaburkan sebuah serbuk mematikan pada bunga cantik tersebut. Begitu dihirup, sang korban akan langsung meregang nyawa.

Dan tepat pada hari itu, seantero istana digegerkan dengan kematian Chen Yi Ning, selir kaisar yang terkenal akan keanggunan dan kelembutan hatinya.

Tidak hanya berhenti sampai disitu, Permaisuri Chu Ling Yuan menuduh Zhao Zhen sebagai biang kerok yang menyebabkan ibunya sendiri meninggal dunia. Chu Ling Yuan melontarkan kesaksian penuh dusta yang memojokkan Zhao Zhen. Ia menuding bahwa Zhao Zhen telah membawa pulang sebuah bunga terkutuk yang membuat ibunya terkena alergi dan akhirnya meregang nyawa.

Bodohnya, Kaisar yang saat itu tengah berduka, langsung percaya begitu saja pada ucapan Permaisuri Chu Ling Yuan. Tanpa berpikir dua kali, ia memerintahkan pelayan-pelayannya untuk membuang Zhao Zhen ke istana dingin.

Jika dipikir-pikir, Zhao Zhen sama sekali tidak menyesal pernah di asingkan di istana terpencil tersebut. Ia justru ingin berterimakasih pada ayahnya. Berkat dekrit ayahnya tersebut, ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Yue Fei, wanita yang kini menjadi dunianya.

Setelah mengumpulkan bukti-bukti yang kuat dan tak terbantahkan, Zhao Zhen membongkar seluruh kebusukan Permaisuri Chu Ling Yuan di depan semua pejabat dan bangsawan yang hadir pada sidang harian kerajaan.

Tidak hanya itu, Zhao Zhen bahkan menguak seluruh permainan kotor Putra Mahkota Zhao Huan yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik. Zhao Huan telah gagal menjadi seorang calon pewaris tahta. Ia melakukan banyak tindakan korupsi dan berulang kali melakukan suap pada pejabat pemerintahan untuk melancarkan aksinya. Ia juga telah mencoreng nama baik keluarga kerajaan dengan sering melakukan pesta, mabuk-mabukan, dan main perempuan.

Kaisar Taizong nyaris terkena serangan jantung setelah mendengar hal tersebut. Ia sama sekali tidak menyangka, jika putra yang ia besarkan dan ia didik tumbuh menjadi pria yang bar-bar dan tidak bertanggungjawab.

Dengan emosi yang meluap-luap, Kaisar Taizong mengeluarkan dekrit untuk menurunkan Permaisuri Chu Ling Yuan dan Pangeran Zhao Huan dari gelar mereka. Chu Ling Yuan dikirim ke sebuah kuil di pegunungan terpencil untuk menjadi seorang biarawati, sementara Zhao Huan dibuang ke perbatasan untuk berperang.

Di hari yang sama, Zhao Zhen dipromosikan menjadi seorang pangeran, dan kepadanya diberikan kebebasan untuk memilih calon putri mahkota.

● ● ●

Pernikahan Zhao Zhen dan Yue Fei dilaksanakan pada pertengahan musim semi. Mereka melangsungkan upacara perkawinan di hadapan ratusan pejabat dan bangsawan di kerajaan tersebut dan disaksikan langsung oleh Kaisar Taizong dan seluruh anggota klan Yue. Seluruh istana diselimuti oleh kain berwarna merah dan dihias dengan ribuan pohon persik dan bunga peony yang tengah bermekaran.

"Ah Zhen, kau ingat apa yang ku ajarkan padamu ketika kau masih kecil, bukan?"

Yue Fei membuka percakapan setelah Zhao Zhen membuka kerudung merah yang menutupi wajah cantiknya. Mereka berdua telah berada di kamar pengantin dan baru saja menyelesaikan seluruh prosesi pernikahan.

Zhao Zhen tersenyum hangat dan mengangguk. Wajahnya yang begitu tampan tampak berseri-seri. Laki-laki itu sepertinya sama sekali tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan yang kini membuncah di dalam hatinya.

"Mm. Kau telah mencuci pikiranku dengan hal tersebut. Terlebih lagi, kau adalah seorang guru yang beringas. Mana mungkin aku berani melupakan ajaranmu?"

Mendengar ucapan tersebut, Yue Fei langsung melayangkan cubitan pada lengan Zhao Zhen. Tindak kekerasan dari Yue Fei disambut dengan tawa renyah oleh Zhao Zhen.

"Yang Mulia Putri Mahkota, tolong ampuni hamba!" Zhao Zhen menangkap tangan Yue Fei dan menarik gadis itu dalam pelukannya.

Setelah menghabiskan seluruh tawanya, Zhao Zhen mencium kening Yue Fei dan berkata dengan penuh keseriusan, "Fei'er, hatiku hanya memiliki satu ruang. Dan seluruhnya telah dipenuhi oleh cintamu. Tidak adak tempat sedikitpun untuk wanita lain."

Putra Mahkota Zhao Zhen melanjutkan ucapannya, "Kau berkata, seluruh pria dari klan Yue tidak diperkenankan untuk mengambil lebih dari satu istri. Dan dalam pernikahan, kita harus setia pada satu pasangan. Satu untuk seumur hidup."

Yue Fei berasal dari dunia modern. Tentu saja ia tidak ingin menjadi korban dari aturan pernikahan era kuno. Di dalam hidupnya, ia hanya ingin menjadi satu-satunya bagi suaminya kelak. Oleh karena itu, ia terus mengajarkan pada Zhao Zhen tentang kesetiaan dan prinsip pernikahan monogami.

Gadis itu tidak tahu bahwa dalam lubuk hati Zhao Zhen yang paling dalam, ia telah bersumpah untuk memiliki satu orang istri saja. Ia belajar dari kasus ibunya, yang harus meregang nyawa hanya karena perasaan cemburu wanita lain.

Ia juga merasakan sakit hati yang sama ketika melihat ibunya menitikkan air mata karena sang kaisar bersama wanita lain. Zhao Zhen tidak ingin istrinya mengalami hal tersebut. Ia memberikan hatinya secara utuh, tanpa terpecah-pecah. Seluruh perasaan cintanya yang paling murni.

"Fei'er, hairpin ini adalah milik mendiang ibuku. Diberikan secara langsung oleh ayahanda ketika mereka melangsungkan pernikahan."

Zhao Zhen mengeluarkan sebuah hairpin emas dari dalam jubahnya, lantas menyelipkannya pada rambut Yue Fei. Benda tersebut diukir menyerupai seekor burung phoenix yang tengah mencengkeram sebuah batu rubi berwarna merah.

"Hairpin ini adalah bukti cinta dan janjiku padamu. Aku, Putra Mahkota Zhao Zhen, tidak menginginkan wanita lain selain dirimu dan berjanji tidak akan mengkhianatimu. Dalam seumut hidupku, dan dalam kehidupan yang selanjutnya, kau adalah satu-satunya."

Malam itu, bunga-bunga musim semi bermekaran dengan begitu indah. Udara sejuk yang berhembus mengirimkan bau semerbak yang memabukkan.

The Undying [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang