Selamat Tinggal Yang Sesungguhnya

448 118 41
                                    

Midam POV

"Rara ... Kamu dimana?"

Aku berjalan perlahan menuruni anak tangga untuk mencari Rara. Entah dia ada di mana, aku sudah cari ke kamarnya tapi ternyata gak ada.

"Rara ..." Panggilku lagi,

"Iya kak? Aku di dekat dapur."

Sahutnya.
Entah kenapa suara dia kedengaran serak dan agak lesu.

"Ada apa kak?" Tanyanya,

Aku tebak saat ini dia tengah duduk di depan jendela dekat dapur.

"Ngapain di sini?" Tanyaku,

"Lagi liatin hujan." Jawabnya,

"Suara kamu kok serak?" Tanyaku lagi,

"Aku ... Lagi gak enak badan."

Aku berjalan lebih mendekat ke arahnya. Dengan perlahan dan hati-hati, aku mengulurkan tangan ke arahnya.

"Mau apa?" Tanya Rara,

"Dahi kamu mana?" Tanyaku,

Rara pun menuntun tanganku untuk mendarat di permukaan dahinya yang ternyata terasa panas.

"Kamu kenapa gak bilang kalo sakit? Ayo ke dokter!" Ajakku,

Aku bahkan langsung memegang pergelangan tangannya. Tapi dia malah berdiri dan memelukku tiba-tiba.

"Kak ... Aku mau ke pantai. Ayo ke pantai berdua." Ajaknya,

"Iya nanti kita ke pantai kalau kamu udah sembuh, sekarang kita ke dokter dulu ya-"

"Gak mau. Aku mau ke pantai sekarang, ayo berangkat!" Dia berusaha menarik-narik tanganku,

Sebenarnya aku agak heran kenapa dia mendadak merengek mau diajak ke pantai. Apa mungkin dia merasa pengap karena terkurung di rumah ini bersama ku?

.

Akhirnya aku menuruti kemauannya.
Setelah hujan reda aku dan Rara pergi ke pantai, diantar pak Kim.

"KAK MIDAM AYO!!"

Teriaknya begitu turun dari mobil.
Dia langsung berlari ke arah pantai.

"Rara jangan lari!" Tegurku,

Aku takut dia jatuh.
Dia kan lagi kurang sehat.

"Wahhh sunsetnya indah banget ..." Ucap Rara,

"Oh iya? Ah aku iri, andai aku bisa liat juga." Ucapku,

Sedetik kemudian tangan Rara yang terasa hangat tiba-tiba menggenggam tanganku.

"Kak ..." Panggilnya,

"Iya?"

"Sebelum matahari benar-benar tenggelam, boleh gak Rara kasih kak Midam pertanyaan?" Tanyanya,

"Pertanyaan apa?"

"Boleh atau engga?"

"Boleh, asal jangan pertanyaan yang aneh-aneh!" Ucapku,

Rara mengubah posisiku menjadi berdiri menghadapnya, dia bahkan menggenggam erat kedua tanganku.

"Seandainya dikasih pilihan untuk bisa melihat lagi atau bisa hidup selamanya sama Rara ... Kakak bakal pilih yang mana?"

"Bisa melihat lagi." Jawabku tanpa ragu.

Aku bingung, kenapa dia tiba-tiba melontarkan pertanyaan seperti itu?


The Fairy And The Witch || Lee Midam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang