Sebuah Tanda Tanya Besar

429 118 82
                                    

Midam POV

"Selamat tinggal kak Midam ..."

Lagi-lagi aku terbangun karena bisikan lirih seorang perempuan yang terdengar samar dalam mimpiku.

Suara itu ... Telah menghantui tidurku selama beberapa tahun terakhir. Tapi aku tak pernah mau ambil pusing, mimpi kan cuma bunga tidur.

"Midam, ada Sua tuh di bawah."

Terdengar suara mama dari luar kamar.
Mamaku yang beberapa tahun lalu menjalani pengobatan di luar negeri kini telah sembuh total.

Aku bergegas keluar kamar setelah mandi dan ganti baju. Aku lihat Sua tengah menyiapkan sarapan di meja makan.

"Pagi sayang." Sapaku sambil memeluknya dari belakang,

"Tumben bangunnya agak telat ..." Ucap Sua,

"Gak tau nih, aku berasa mimpi lamaaaaa banget." Ucapku,

Sua langsung berbalik menghadapku, "Mimpi apa?" Tanyanya,

Aku berfikir keras, aku memang berasa mimpi indah dalam waktu yang lama, tapi begitu bangun aku sama sekali tak ingat apa saja yang aku mimpikan tadi.

"Engga tau, aku gak inget. Aku berasa mimpi indah lamaaaaa banget, tapi pas bangun aku gak inget apa yang aku mimpiin."

Sua terkekeh mendengar ucapanku, "Aku juga sering kok kaya gitu. Yuk sarapan dulu!" Ajaknya,

Terkadang, Sua memang suka berkunjung ke rumahku pagi-pagi. Dia senang membuatkan sarapan untukku. Kebetulan rumah kami memang masih satu komplek.

"Kak, sebenernya hari ini aku pengen ke kampus Rara lagi." Kata Sua,

"Mau apa?"

"Mastiin apa Rara baik-baik aja. Aku takut sekelompok tukang bully itu gangguin dia lagi."

"Ya udah ayo aku anterin kamu ke sana."

"Masalahnya hari ini aku ada rapat sama ketua rumah sakit." Sua keliatan memanyunkan bibirnya,

Calon istriku ini berprofesi sebagai perawat.

"Ya udah kalau gitu aku aja yang ke kampusnya Rara. Biar aku yang mastiin, apa dia baik-baik aja atau engga. Barangkali dia juga mau lapor ke pihak kampus soal insiden kemarin, biar aku bisa dampingin dia sebagai saksi." Ucapku,

Raut wajah Sua berubah senang sekali, "IDE BAGUS!" Ucapnya,

"Aku titip salam ya kak buat Rara. Bilangin besok-besok aku mau ajak dia makan malam bareng." Sambungnya,

Aku hanya mengangguk-ngangguk karena mulutku penuh makanan.

.

Sampai di kampus Rara, aku harus bertanya dulu ke bagian informasi, karena aku gak tau Rara mahasiswi fakultas apa, jurusan apa dan kelas mana.

Setelah aku tau, aku bergegas mencarinya. Tapi dia tak ada di kelasnya. Di kantin pun gak ada.

Jadilah aku beralih menuju taman kampus tempat aku mengobrol dengan Rara kemarin.

Dan begitu sampai di sana, aku menemukan Rara. Aku lihat dia tengah berdiri berhadapan dengan seorang laki-laki sambil menangis tersedu-sedu.

"Kamu jahat Hyunsuk! Kenapa kamu gak pernah pulang ke Seoul selama beberapa tahun ini? Kamu bilang bakal usaha untuk pulang sesering mungkin, tapi nyatanya engga! Hiks ... Hiks ..." Ucap Rara di tengah isak tangisnya,

Aku lihat laki-laki di hadapan Rara yang dipanggil Hyunsuk itu menyeka air mata Rara, "Maafin aku. Sebenernya aku pengen pulang banget, tapi di sana papaku ngelimpahin banyak urusan perusahaan ke aku, jadinya aku gak ada waktu buat pulang ke Seoul." Ucapnya,

The Fairy And The Witch || Lee Midam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang