Empat

16 0 0
                                    

Dugaan Ana memang benar adanya. Meeting berlangsung cukup lama. Banyak yang memang harus didiskusikan agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Mas Andra mulai dari menentukan tipe gaya desain interior seperti apa yang cocok, pemilihan perpaduan warna, material, hingga dekorasinya. Warna dan detail yang dipilih bisa menentukan apakah suasana yang diterapkan mencerminkan gaya desain interior yang diinginkan Mas Andra atau tidak. Warna yang dipilih nantinya juga akan mempengaruhi penentuan material pada bangunan dan furnitur.

"Ini gue keep ya ndra gak ada yang mesti diubah lagi kan?" Tanya Mba Rindi. "Iya Rin udah fix itu dah." Mas Andra menjawab dengan yakin. "Next, floor plan nya kan mba?" Ana mengkonfirmasi pada Mba Rindi. "Iya sayang. Yaudah ya gue jalan duluan mau ke bandara. Takut telat nih." Mba Rindi pergi secepat kilat ke parkiran. Bahkan 10 menit kemudian setelah keluar cafe mobil Mba Rindi sudah tidak terlihat.

"Rindi buru-buru amat. Mau jemput siapa sih?" Tanya Mas Andra yang sudah pasti ditujukan pada Ana. "Mau jemput Mas Bara." Jawab Ana.

"Yaelah telat juga Bara gak bakal marah-marah." Mas Andra tiba-tiba menyimpulkan sendiri. Tapi kalau Ana pikir-pikir benar juga sih apa kata Mas Andra, Mas Bara itu paling anti marah-marah apalagi marah dengan Mba Rindi. Sampai sekarang pun Ana yang notabennya sudah menyaksikan lika-liku percintaan mereka jarang melihat dua manusia itu bertengkar.

"Tau tuh. Takut bandaranya pindah kali." Sambung Ana.

"Ada-ada aja lo An. Eh gapapa kan ya pake lo gue? Apa gak boleh nih?" Mas Andra meminta persetujuan. "Iya gapapa Mas." Ana mengiyakan.

"Eh An rumah lo daerah mana? Terus pulang naik apa?" Mas Andra bertanya pada Ana yang sedang membereskan beberapa hasil diskusi tadi. "Daerah Jaksel mas. Kayaknya sih pulang naik ojol atau naik-." Jawaban Ana tiba-tiba dipotong. "Udah barengin aja sama gue, rumah gue juga di jaksel." Ana yakin ini bukan tawaran tapi lebih seperti ke perintah.

"Gak usah mas, nanti ngerepotin. Saya bisa naik ojol aja." Ana basa-basi. "Yailah udah tenang aja gak ngerepotin." Sahut Mas Andra mencoba meyakinkan Ana yang akhirnya berhasil dan Ana setuju untuk pulang dengan Mas Andra.

Jalanan memang cukup macet, Ana juga heran kenapa jam segini masih macet padahal sudah lewat dari jam pulang kantor.

"An makan dulu boleh gak? Gue laper." Ana bisa paham kalau Mas Andra lapar, mereka memang meeting cukup lama ditambah tadi saat jam makan siang Mas Andra lebih memilih mengurus persediaan cafe dan melewatkan makan siangnya kemudian lanjut meeting. "Iya boleh kok mas" Ana mengiyakan.

"Lo mau makan apa An?" Tanya Mas Andra

"Kok nanya saya mas. Kan Mas Andra yang mau makan." Ana jadi bingung sendiri

"Ya kan nanti lo makan juga, masa iya ngeliatin gue makan doang. Nanti kalo gua makan sushi lo nya ga mau kan gak enak." Mas Angga memberi penjelasan atas pertanyaannya tadi.

"Nanti kalo saya bilang mending nasi goreng tapi mas nya gak suka kan saya jadi gak enak" Jawaban Ana setipe dengan penjelasan Mas Andra.

"Okeh kalo gitu kita makan nasi goreng." Mas Andra tiba-tiba menyimpulkan sendiri.

"Eh gak gitu mas maksud saya. Aduh gimana yah." Ana merasa bersalah dengan jawabannya tadi.

"Santai aja An. Eh tapi yang deket sini abang nasgor pinggir jalan gitu An yang kaki lima. Tetep suka kan?" Sepertinya memang fix mereka akan makan nasi goreng sebagai menu makan malam.

"Iya mas suka kok." Ana memang suka. Pake banget.

"Nasgornya apa yang nganterin An?" Pertanyaan Mas Andra yang satu ini sukses membuat Ana kaget.

"Hah? Gimana mas maksudnya?"

.
.
.
- ELECT-

Giandra Hadinata sudah mulai ya wkwkwk

See u next gaes, jangan bosen-bosen yah.

ELECT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang