Sepuluh

10 0 0
                                    

Setelah Mba Rindi dan Mas Bara yang sudah sah, tidak sampai tiga bulan lagi giliran Uwi dan Damar. Sementara Ana mulai menunjukkan kemajuan. Beberapa hari lalu tidak lama setelah pernikahannya Mba Rindi, Mas Andra mengutarakan niatnya kepada papah Ana untuk membawa ibu dan ayah beserta kakanya berkunjung ke rumah. Perkenalan antar keluarga istilahnya.

Ana juga sempat menceritakan ke papah bahwa teman lama papah yang Ana lihat waktu itu adalah ayahnya Mas Andra. Papah senang bukan main. Senang bahwa ternyata papah sudah mengenal calon mertua anaknya. Papah mengiyakan permintaan Mas Andra.

Sekarang dua keluarga itu sudah berpindah dari ruang makan ke ruang tamu rumah Ana, mencicipi puding buatan Ana dan mamah sebagai pencuci mulut sehabis makan siang tadi. Di tengah-tengah kegiatan menyantap puding ayahnya Mas Andra bersuara. Menyampaikan pendapat bahwa hubungan Mas Andra dan Ana sebaiknya segera diseriuskan. Papah setuju dengan pendapat ayahnya Mas Andra. Dua keluarga itu sepakat akan mengadakan pertunangan untuk kedua anaknya.

Sekitar jam 3 lewat 30 menit sore tadi keluarga Mas Andra pamit pulang. Mas Andra mengajak Ana untuk melihat perkembangan penataan interior cafenya, Ana akhirnya ikut serta dalam mobil. Mas Andra mengantar keluarganya pulang dahulu kemudian baru ke cafe bersama Ana.

Ana dan Mas Andra sudah dalam perjalanan ke cafe. Jalanan Ibu Kota lumayan lancar, Ana dan Mas Andra berbincang-bincang selama perjalanan. Dentingan ponsel Ana memaksa ia harus mengecek pesan dari siapa yang barusan ia terima. Benar saja pesan itu dari Dhika lagi yang masih mengajak Ana bertemu.

An hari ini di tempat biasa kita makan ya An aku tunggu jam 8

Plisss

Ana bingung harus kah ia datang atau memberitahu Mas Andra dahulu bahwa Dhika menghubunginya lagi dan minta bertemu. Perihal pesan yang kemarin saja belum Ana sampaikan ke Mas Andra.

Sepertinya raut wajah kebingungan Ana terlihat jelas sampai-sampai Mas Andra langsung bertanya apakah ada sesuatu yang mengganggu Ana.

"Kenapa An? Kayaknya kamu gelisah banget." Tanya Mas Andra. "Dhika mantan aku, wa aku mas. Sebenernya ini kali ke dua dia ngehubungin aku, yang pertama waktu acara nikahan Mba Rindi. Dia minta ketemuan." Ana akhirnya

"Kamu mau ketemu?" Mas Andra bertanya lagi. "Gak tau mas bingung. Menurut mas gimana?" Ana bertanya balik. "Gak ada salahnya si An kalo menurut mas. Malah menurut mas ini kesempatan kamu buat ngeakhirin semuanya. Kalian pisahkan juga belum bicara secara empat mata." Saran Mas Andra.

Ana bertemu Dhika sesuai jadwal. Di tempat biasa jam 8. Setelah dari cafe Mas Andra langsung mengantar Ana menemui Dhika. Ana kira setelah Ana memberi tahu Mas Andra perihal Dhika ingin bertemu, Mas Andra akan mencegahnya. Namun sebaliknya Mas Andra justru mendukungnya bahkan sampai mengantarnya.

Dhika sudah sampai duluan di tempat, Ana baru sampai sekitar jam 8 lewat 30 menit. Telat setengah jam. Mas Andra memilih untuk tidak bergabung dengan Ana dan Dhika, ia berada di meja berlainan. Ana janji obrolannya dengan Dhika tidak akan sampai 15 menit jadi Mas Andra tidak perlu terlalu lama menunggu.

"Aku gak bisa lama-lama. Ngapain kamu ngajak ketemuan?" Ana langsung membuka pembicaraan sesaat setelah duduk berhadapan dengan Dhika dalam satu meja.

"Baru 6 bulan aku suruh nunggu kamu udah sama cowok lain aja An." Sindir Dhika. Memang waktu Ana masuk Dhika melihatnya bersama Mas Andra.

Ana diam.

"Aku udah nikah An." Lanjut Dhika.

"Tapi nanti aku bisa tinggalin dia An. Makanya aku suruh kamu nunggu, aku janji bakal balik ke kamu." Rencana Dhika yang terdengar konyol bagi Ana.

Ana sudah duga ada yang tidak beres. Dhika dan keluarganya sukses membodohinya selama ini.

"Keluarga aku gak bisa nolak An. Papahnya pernah nolong bisnis keluarga aku yang hampir bangkrut. Keluarga ku utang budi An, gak mungkin nolak perjodohannya. Kamu mau kan An balik lagi sama aku? Setahun lagi An, plis tunggu aku setahun lagi." Dhika memohon.

"Dik aku kesini karna aku pengen ngomong langsung ke kamu kalo kita udah ga ada apa-apa, bicara empat mata kalo kita udah pisah. Aku udah gak mau tau 6 bulan kamu ngilang ini kemana dan ngapain aja. Iya bener kata kamu itu cowok baru aku, kamu bilang tadi kamu juga udah nikah kan. Impas dik. Dan soal rencana konyol kamu, aku sama sekali gak tertarik. Udah sampe sini aja dik. Kita udahin." Giliran Ana yang bicara panjang lebar. Selesai sudah semua.

Jika Ana belum bersama Mas Andra lalu tiba-tiba Dhika menyampaikan rencana konyolnya itu seperti hari ini, Ana akan tetap menolak. Membayangkannya saja Ana sudah enggan. Satu yang Ana pikirkan. Kenapa Dhika hobi mengorbankan perasaan orang lain ditiap rencananya sementara ia adalah satu-satunya pihak yang baik-baik saja.

Mengorbankan perasaan Ana demi perjodohan. Dan mengorbankan perasaan pasangannya demi kembali ke Ana.

.
.
.
-ELECT-

Bisa-bisanya dika ngajak ana balik. Ish ish ish lelaki macam apa kamu dik wkwkwk

Satu lagi ges terakhir, tunggu ya.

ELECT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang