CHAPTER 51

184 11 2
                                    

-Ternyata patah hati bukan episode menarik untuk di kenang.-

Hembusan angin membawa awan hitam ke tempat peristirahatan, gundukan tanah basah dan bunga 7 rupa yang masih terlihat segar menyerbak bak aroma Chloe Chloe Eau De, berlebihan. Panjatan doa yang di kepalai oleh manusia bersorban, membuat semua yang hadir disana mengangkat kedua tangannya.

Kicauan burung yang semula terdengar seperti ikut membungkus kesunyian. Prosesi pemakaman Bimo berjalan 1 jam lamanya. Kini tempat sepi itu berteman dengan gadis yang sudah habis kesempatan untuk bisa sabar menunggu giliran.

Bimo, papi Kinara menghembuskan napas terakhirnya jam 3 dini hari. Sheya, kakaknya itu tidak berperikemanusiaan.

Memberi kabar saat dirinya sedang hancur-hancurnya. Memberi kesempatan penyakit untuk lanjut menggerogoti.

Juga luka, semakin ia genggam semakin sakit rasanya. Seperti duri-duri yang ada di ranting mawar.

Setelah prosesi pemakaman berakhir, Kinara menepati janjinya untuk pergi ke Manado, Ia harus membuang pikiran-pikiran negatifnya. Ditemani dengan manusia yang ia rasa memang dia yang dikirim semesta untuk menjaganya.

"Bagaimana? "

"Bagaimana apanya? "

"Surat izinnya mana? " tukas lelaki itu, sambil mengulurkan tangannya.

Kinara mengeryit tidak mengerti, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Izin dari orang tua kamu, saya nggak bisa culik kamu kalo kamu belum izin. "

"Memang penculikan butuh perizinan? Kalo gitu ya bisa langsung tertangkap sama kamera cctv, memang mau di penjara karena udah berani culik anak SMA? "

"Terpenjara di hati kamu? "

"Berapa lama? " tanya Kinara.

"Selamanya. "

"Lo pikir lucu? " balas Kinara sarkas.

"Gue mau ikut asal lo jangan macem-macem sama gue! Dan ya, untuk jawaban soal perizinan gue gak di izinin. Mau bilang ke lo bohong untuk dapet jawaban iya juga percuma, nanti gue pasti akan dapet bom telepon dari penghuni rumah. Lo bakal tau, dan bawa gue pulang lagi. "

Lelaki itu nampak berfikir, ia ingin meringankam beban di dalam kepala gadis lugu di depannya, namun jika perizinan belum ia dapatkan, ia perlu datang ke rumahnya langsung.

"Tenang, kamu pulang dulu dan saya ikut. Biar saya yang bilang. "

"Ah, percuma! "

Lelaki itu menggaruk tengkuknya, tidak seperti yang kinara temui kemarin. Yang menjadi lelaki sok jadi paling pahlawan, kini seakan ragu membawanya pergi.

"Yasudah, tidak usah izin, saya siap terpenjara asal penyebabnya itu kamu, karena mau menjaga kamu. "

Kinara mendesis, tidak suka.

"Senyum itu ibadah, " ucapnya tiba-tiba.

"Lalu, kenapa tidak senyum? "

Kinara tidak menjawab, ia mengeluarkan tumblr dari dalam tasnya. Kerongkongannya kering sekali.

"Susu cokelat tidak cocok di nikmati siang hari, apalagi di suhu hangat seperti sekarang. "

"Kenapa lo tau gue minum susu, botolnya kan nggak transparan. " ucapnya, masih tidak berteman baik.

"Di sudut bibir, mau bantu bersihin tapi saya nggak bawa tisu. " ucapnya.

Kinara mengeluarkan lidahnya untuk mencapai susu cokelat di ujung bibirnya. Lelaki di hadapannya tersenyum, seolah bisa ikut menikmati rasa manis yang di sediakan oleh semesta di hadapannya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang