9/bonus

1.3K 63 33
                                    

Kamis.

Pagi ini cuaca begitu cerah secerah suasana hati seorang wanita cantik yang baru saja dilamar kekasihnya semalam. Ia bersenandung riang sepanjang aktivitasnya mematut diri di depan cermin meja rias kamarnya. Ia merias wajahnya dengan make up peach look yang membuatnya lebih fresh dan terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Ia menata rambutnya dengan disanggul dan menyisakan beberapa helai rambut depannya sebagai pemanis.

Sesekali ia menghentikan aktivitasnya hanya untuk memandang sebuah cincin permata aquamarine yang melingkar di jari manisnya sembari tertawa cekikikan. Ia juga mencubit pipinya sendiri, meyakinkan bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi. Jika saja ada orang lain yang melihat tingkah gadis itu saat ini, orang itu akan menanggapnya gila.

Gadis itu sedang bersiap untuk bekerja. Ia mengenakan kemeja v-neck warna merah maroon di padukan dengan celana legging hitam panjang yang melekat di kaki jenjangnya. Ia menambahkan aksesoris berupa kalung warna emas, memberikan kesan elegan dalam penampilannya. Dan ketika sedang memasangnya, perhatiannya tertuju pada tanda cinta di leher yang di berikan kekasihnya semalam.

Robin menyentuh tanda itu dan membuatnya tersipu, mengingat kembali apa yang di lakukan Zoro padanya. Namun bunyi bel rumah menghentikannya dari kesenangannya.

*tingtong*

"Oh, law? Ohayou." Sapa Robin dengan tersenyum lebar ketika mengetahui siapa yang memencet bel rumahnya.

"Ohayou." Jawab pria berjenggot tipis itu dengan senyum yang sama lebarnya. Namun senyum itu tiba-tiba memudar ketika netranya menangkap tanda merah dileher Robin. "Kau sudah berbaikan dengan kekasihmu?" Tanya Law berusaha bersikap sebiasa mungkin dan tidak memperlihatkan kekecewaannya.

Robin tersipu malu ketika menyadari apa yang menjadi perhatian Law. Ia belum sempat menutupi tanda cinta yang diberikan Zoro padanya semalam. "Ehm.. iya. Semalam Zoro datang dan seperti yang kamu katakan, kami sudah damai. Hihihi" jawab Robin salah tingkah sembari menyentuh lehernya menggunakan tangan kanan.

"Syukurlah kalau begitu. Aku kesini untuk mengecek keadaanmu, dan sepertinya tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan. Kau terlihat sangat baik hari ini."

"Itu karena kau merawatku seharian kemarin, Law. terima kasih banyak. Aku tak tahu harus membalasmu dengan apa."

"Tidak nico-ya, itu semua karena kekasihmu."~ batin Law.

"Ehm.. tidak masalah. Aku merasa itu adalah kewajibanku sebagai seorang dokter." Jawab Law tersenyum. "Kalau begitu aku pulang dulu ya. Dah." Katanya berpamitan sembari memutar badan dan mulai melangkah pulang. Namun Robin menghentikan langkahnya.

"Tunggu, Law."

"Hm?" Law memutar badannya lagi.

"Besok lusa, aku mengundang teman-teman untuk makan malam. Bisakah kau bergabung dengan kami?"

"Lusa.. malam minggu ya? Sepertinya aku bisa, tapi agak terlambat karena hari itu aku tugas siang."

"Gapapa, kami akan menunggu."

📚☕👫🍻⚔

"Wah... ini cantik sekali Robin." Kata Nami memuji cincin pemberian Zoro. "Jadi, si bodoh itu akhirnya melamarmu?" Lanjutnya berubah serius.

Nami dan Robin saat ini sedang menghabiskan waktu istirahat siang mereka di kantin museum.

"He'em.. ini semua karena kamu Nami. Aku tak tahu apa yang kamu katakan sampai membuatnya menyadari keegoisannya."

"Aku hanya mengatakan terus terang, aku rasa dia sudah menyadari kesalahannya sejak awal. Dia hanya terlalu keras kepala untuk mengakuinya, dan  butuh sesorang untuk melunakkan kepalanya."

Ego | Zorobin, AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang