3

971 67 15
                                    

Zoro bergabung dengan teman-temanya. "Pagi manteman" sapanya sembari memberi tos pada semua temannya yang berjumlah 10 orang tanpa melewatkan satu orangpun. Ia juga disambut senyuman sumringah dari mereka. Pria berambut hijau itu juga tak lupa membungkuk pada coachnya sebagai tanda hormat.

"Kamu hampir terlambat, Zoro" komentar Pak Mihawk atas kedatangan anak didiknya.

"Maaf, coach" Zoro tersenyum dan meminta maaf.

Zoro sudah bergabung dengan pelatnas PBSJ sejak masih berada di jenjang junior. Ia mendapat panggilan dari pelatnas di usianya yang masih 16 tahun setelah ia berhasil menjuarai berbagai turnamen bulutangkis tingkat nasional, baik yang diselenggarakan oleh negara maupun swasta.

Sebelum hijrah ke Tokyo dan masuk pelatnas, Zoro bergabung dengan salah satu klub bulutangkis lokal di tempat tinggalnya. Sejak tertarik dengan olahraga bulutangkis di usia 6 tahun, Zoro terus menempa dirinya. Tentu saja dengan dukungan penuh dari orang tuanya.

Kerja keras Zoro membuahkan hasil. Kini ia sudah menjadi atlet bulutangkis elit di dunia, meskipun impiannya sebagai juara Olympic belum terwujud. Ia tidak akan membuang kesempatan yang datang kepadanya. Masuk pelatnas adalah salah satu anak tangga menuju impiannya.

Zoro selalu serius dalam berlatih. Ia mengikuti seluruh instruksi pelatihnya, bahkan meminta porsi latihan lebih. Ia berlatih rutin selama 7 jam setiap harinya di pelatnas. Mulai dari latihan fisik, teknik dan juga mental.

Seperti sesi latihan hari ini, dimulai dari pemanasan ringan outdor dengan berlari keliling lapangan rumput, kemudian latihan fisik, latihan teknik dan sparring.

Setelah selesai pemanasan outdor, mereka pindah ke ruang gym untuk melatih kekuatan fisik. Zoro melepas jaketnya dan mengganti dengan jersey tanpa lengan berwarna putih dengan sedikit corak biru tua mendekati hitam di pundak kanan. Terlihat juga bendera Jepang kecil di dada kirinya dan tulisan Z. RORONOA di punggungnya.

Zoro mengeluarkan raket berlambang "yy" dengan grip berbahan karet berwarna hijau dominan untuk sesi sparring. Ia menghadapi Kento Momota, rekannya sesama tunggal putra. Momota memiliki kemampuan defence yang sangat luar biasa seakan ia mampu mengembalikan suttle kok dari semua sudut lapangan. Sedangkan Zoro, ia mempunyai teknik serangan yang juga luar biasa. Kekuatan jump smashnya mampu meruntuhkan pertahanan lawan-lawannya. Pertemuan mereka di pertandingan resmi selalu menarik untuk ditonton. Mereka menyuguhkan petarungan yang seru meskipun membela negara yang sama.

"Luar biasa Zoro, saya bangga dengan performamu yang selalu konsisten" puji Coach Mihawk setelah selesai sesi latihan. Ia menepuk-nepuk pundak kiri Zoro. "Jika kamu bisa menjaganya sampai Olympic, saya yakin medali emas bukan hal yang mustahil" katanya lagi.

"Terima kasih, Coach. Saya akan berusaha sebaik mungkin" respon Zoro pada pujian pelatihnya.

Setelah selesai melahap semua porsi latihan wajib selama 7 jam, Zoro biasanya tidak langsung pulang ke apartemennya. Ia sering menambah jam latihan atau hanya sekedar ngobrol dengan teman-temannya membahas seputar bulutangkis atau tentang video game terbaru. Ia baru kembali ke apartemen menjelang maghrib.

📚❤🏸

Pukul 4 sore.
Robin membelokkan mobil di kafe favoritnya yang ia lewati sepulang dari bekerja. Terdengar bunyi kerincing dari bel besi ketika ia membuka pintu kafe dan seorang maid-caffe menyambutnya dengan mengatakan "irrasaimase" diikuti senyum manis.

Robin membalas senyum itu dan memesan secangkir coffe latte sebelum memilih tempat duduk di sudut ruangan.

Dari tempat duduknya, Robin dapat melihat orang berlalu-lalang di jalan melalui dinding kaca di depannya. Ia menghirup nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Jarinya memijat pelipisnya yang merasa pusing akibat dilema yang dia rasakan sekarang.

Ego | Zorobin, AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang