Epilog

7 1 0
                                    

Vanya memasuki arena sekolahnya. Semuanya terasa normal kembali setelah kejadian yang diterimanya.

Kakinya membawanya melangkah melewati siswa-siswi yang kini menatapnya. Tatapan mereka kebanyakan adalah tatapan yang ramah dan bersahabat, disertai oleh senyum kecil dari tiap siswanya.

Di sepanjang jalan Vanya hanya ikut tersenyum senang melihat suasana bersahabat yang ditangkap matanya. Orang-orang terlihat bercanda tawa tanpa beban. Tentunya karena PTS yang kedua sudah mereka lalui dengan baik.

Vanya melewati guru-gurunya sambil menyapa mereka singkat. Guru-guru yang menerima sapaan itu balas menyapanya dan tersenyum senang. Walaupun Vanya tahu ada beberapa guru, termasuk kepala sekolahnya terlihat memaksakan senyumnya. Tapi Vanya tidak ambil pusing soal itu.

Setelah kejadian di rooftop, Vanya bisa menyelesaikan semua masalahnya dengan cara yang benar.
Dengan bantuan dari Gavin tentunya Mereka menjelaskan semua hal mengenai Vanya yang sebenarnya tidak ada niatan menyontek dan Vanya untungnya tetap diperbolehkan melanjutkan PTS nya. Walaupun dia harus mengulang PTS mata pelajaran pertama dengan soal yang baru. Tapi itu bukan masalah bagi Vanya. Kini dia sudah bisa belajar dengan sungguh-sungguh.

Kalau misalnya kalian berpikir bagaimana cara memastikan kepala sekolah tentang penjelasan itu? Tenang saja, Gavin sudah punya bukti rekaman yang menunjukkan percakapan Icha dan gengnya kala itu.

Orang tua Vanya kini tidak marah bahkan kecewa lagi pada putri mereka itu. Saat selesai mendengarkan penjelasan mereka, kedua orang tua Vanya langsung memeluknya. Mereka meminta maaf karena kadang terlalu sibuk bekerja sampai tidak tahu kalau Vanya mengalami semua hal itu.

Gavin juga bercerita pada ayahnya kalau guru-guru di sekolahnya agak pilih kasih dengan Vanya. Jadi ayahnya menegur para guru disana. Gavin juga kena tegur tentunya, karena ulahnya yang seringkali membuat guru-guru menjadi malas dan tidak tegas lagi.

Vanya melanjutkan jalannya setelah buyar dari lamunan singkatnya.
Vanya kembali melangkahkan kakinya menuju ke kelas.

Dia masuk dan melihat ke arah meja dimana Icha, Adelva, Vina, dan Citra biasa menggosip. Kali ini mereka sedang tidak ada. Diskors lebih tepatnya. Setelah mendengar tentang kebusukan mereka, pihak sekolah memutuskan untuk mengskors mereka selama tiga hari. Tentunya mereka diminta untuk meminta maaf pada Vanya dahulu. Karena hey, dampak dari omongan dan perbuatan mereka cukup besar.

Citra sebenarnya sudah meminta maaf pada Vanya. Dia benar-benar menyesali perbuatannya. Jadi Citra adalah teman perempuan pertama Vanya yang dia anggap benar-benar teman. Tentunya Vanya masih akan menghabiskan kebanyakan waktunya dengan Gavin ketimbang dengan Citra.

Tapi pihak sekolah juga tetap menerapkan skors padanya, karena bagaimanapun Citra juga sempat membicarakan Vanya. Citra juga menerimanya dengan ikhlas, dia sadar kalau dia memang salah.

Sementara, Vanya sudah meluruskan segalanya pada siswa yang lain juga (terutama teman sekelasnya).

Dia berbicara kepada mereka bahwa dia sebenarnya tidak suka bila disuruh-suruh dan agak terbebani dengan hal itu, dia ingin jadi dirinya sendiri, dan hal lain yang menyangkut tentang itu.

Untungnya semua temannya mau mencoba mengerti akan hal itu dan mereka meminta maaf pada Vanya. Sekarang, mereka saling bahu membahu untuk berjalan bersama ke depannya karena mereka tidak mau hal ini terjadi lagi pada yang lainnya.

"Pagi, ipan!"

"Eh si apin dah dateng" Vanya terkekeh kecil.

Gavin menghampiri Vanya dan meletakkan tasnya di sebelah Vanya. Mereka memang memanggil satu sama lain dengan ipan dan apin. Padahal nama mereka sudah dibuat bagus-bagus tapi panggilannya malah begituu.

"Mau ke markas dulu nih? Mumpung belum bel" Gavin melingkarkan tangannya ke bahu Vanya.

"Hayu aja gue mah" Lalu keduanya melangkah pergi menuju markas mereka itu.

Semuanya kini sudah pas bagi Vanya. Dia tidak perlu lagi memakai semua topeng yang dia buat. Kini yang ada hanya Vanya Arletta yang asli. Tanpa topeng, tanpa kepalsuan, dan tanpa rasa takut lagi.

Menurut Vanya semua ini bisa terjadi karena seorang Gavin Jovandra. Karena jika bukan tanpanya, Vanya tidak akan bisa melihat bahwa dirinya yang asli jauh lebih indah daripada topeng apapun di dunia ini.

 Karena jika bukan tanpanya, Vanya tidak akan bisa melihat bahwa dirinya yang asli jauh lebih indah daripada topeng apapun di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fin.


Halo halooo! Yaampun aku updatenya lama banget ya? Huhuuu maafkan yaa :(( Oh iya makasih buat yang udah baca sampai siniii aku seneng dehh ✨🤗. Kalo boleh jangan cuman baca tapi juga vomment yaa. Oh iya, nanti aku mau kasih visualisasi tokohnya di bagian prolog jangan lupa liat yaa! Maaf kalo dalam penulisan cerita ini masih banyak hal yang salah dan kurang tepat. Sekali lagi makasih yaa! Sampai jumpa di story berikutnyaa


True Colors ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang