5. cikal bakal drama

1.2K 296 63
                                    

kini kiran memutuskan untuk berhenti, dan berusaha menerima bahwa semua perasaan nya untuk haechan memang baik nya dikubur dalam-dalam saja.

ck, mencintai dia yang enggan mengenalmu bukan kah terasa sangat--bodoh?

maka dari itu kiran ingin melupakan si cinta pertama yang bahkan tak berbalas itu. namun lega tak akan terasa jika tidak memberi salam perpisahan bukan? entahlah, kiran juga masih berpikir bagaimana cara menyampaikan nya.

"jangan dipendam, lampiasin saja. kak jeno bilang segala sesuatu yang ditahan itu gak baik, takutnya nanti jadi penyakit."

"penyakit...hati?" monolog nya, "tapi, harus banget gitu gue ucuk-ucuk dateng bilang kalo gue cinta dan sekarang mau lupain dia? apa nggak aneh?????"

tubuh kiran kembali merosot, kepala nya menelungkup lagi di atas meja.

"gue juga 10000% yakin kalo jawaban dia gak akan jauh-jauh dari kata, so what?  atau, apakah gue terlihat peduli?"

auri, gadis yang tengah berbincang dengan nya via video call wasaf mencebik pelan, "seseorang pernah bilang ke aku, kalau kita udah mengaku jatuh cinta itu artinya kita juga udah siap nanggung semua resiko yang ada, bahkan skenario terburuk sekalipun, kita harus siap.

"aish! auri bangkeeee."

🌨️🌨️🌨️

dan disini lah kiran sekarang, terduduk di pos sekuriti dengan perasaan campur aduk menunggu seseorang datang. setelah ia dengan tekad bulat nya memberanikan diri untuk mengirim pesan pada si pujaan hati.

kak, boleh minta waktu nya?

ketik kiran di pesan itu, setengah jam kemudian dibalas pulang kuliah nanti bisa, eh tapi ada urusan apa ya?

lalu kiran balas lagi, penting gak penting, tapi bagi saya ini penting.

dan ditutup dengan kata ok, di parkiran aja ya--dari haechan.

satu jam berlalu akhirnya sosok haechan terlihat, dalam hati kiran mengucap syukur karena lelaki itu ternyata hanya seorang diri. biasanya selalu beramai-ramai dengan teman nya, mungkin karna ia tau akan berbincang dengan manusia nolep, jadi teman nya disuruh pergi dulu.

dengan gugup kiran mengeluarkan kotak kecil berbentuk persegi panjang berwarna hitam dari dalam tas nya, digenggam sebegitu erat hingga sosok haechan berhenti di depan nya.

"kali ini beneran lo yang ngechat?"

kiran menelan ludah, mengangguk, "iya."

haechan yang melihat ekspresi kiran jadi ikut deg-degan, "mau ngomong apa?"

kiran melengak, menatap haechan yang jauh lebih tinggi, tangan nya terulur memberi benda yang dipegang nya.

"ini, buat kakak."

"wah, serius?" haechan menerima benda itu dengan senang hati, "gue buka-"

"eh jangan!" sela kiran, "pas di rumah aja buka nya."

"oh hahaha oke oke. jadi?"

"janji jangan marah. itu murni cuma ngungkapin aja, selebihnya saya pasrah kan pada yang di atas."

haechan tertawa lagi, "serius banget ini?"

kiran mengangguk cepat, "udah itu aja, makasih waktunya kak."

"heh????? katanya mau ngomong???"

"emang ngomong, tapi yang mau disampein ada di dalem situ. tunggu saya minimal di radius 100 meter dulu dari kakak baru boleh buka. sekali lagi, makasih kak atas waktunya."

i like you so much, you'll know it [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang