3 : [for the real catastrophe brewing on the horizon]

520 64 1
                                    

"Oi, Chanyeol," panggil Sehun.

Lelaki itu sudah bersiap dengan setelan kantornya. Sementara itu chanyeol masih mengerjap di atas ranjangnya. Semalam mereka masih tidur berdua, hanya saja sehun terjaga lebih larut.

Chanyeol merasakan telapak tangan sehun tengah menempel di dahinya. Satu-satunya alasan mengapa sehun melakukan itu adalah memastikan apakah ia dapat berangkat ke kantor dengan tenang.

Jawabannya tidak.

"Aku seperti baru saja memiliki seorang anak," ujar sehun pelan.

Chanyeol mengerang pelan. Ia merasa tidak ingin beranjak dari ranjang. Lelaki itu menarik selimut hitam Sehun sampai menutupi sebagian wajahnya, "Pergilah bekerja!"

"Kau akan kehabisan napas kalau tidur seperti itu," omel Sehun sambil menurunkan selimutnya agar tidak menutupi hidung dan mulut Chanyeol.

"Kau membuatku menunggu di luar seharian," protes Chanyeol.

"Salahmu keuar malam-malam dan mengunci pintunya."

"Aku sedang tidak ingin berdebat," urung Chanyeol seraya membalikkan badannya memunggungi Sehun.

"Kau yang memulai," balas Sehun melipat kedua tangannya.

"Aku rasa aku akan mati," keluh chanyeol dengan suara parau.

Sehun mendengus pelan. Ia melepas kemeja kantornya, menyisakan kaus putih polos di tubuhnya. Kemudian ia merogoh ponsel di dalam tasnya. Samar-samar Chanyeol bisa mendengar suara sehun yang berjalan ke dapur, 

"jumnyeon - ssi. Aku mengambil cuti hari ini. Maaf."

Chanyeol menatap pintu kamar lekat-lekat. Sehun tidak jadi meninggalkannya sendiri. Demam sangatlah tidak enak. Kepalanya amat pusing, selain itu tubuhnya terasa lemas. Saat menelan ludah pun terasa pahit dan sakit.

"Kau tidak akan mati bila makan dengan benar," omel Sehun setelah beberapa menit.

Lelaki itu masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk bubur dan air putih, "Rasanya pasti tidak enak. Jangan kau pikirkan."

Chanyeol mengangguk paham. Seenak apapun makanan, apabila seseorang yang akan memakannya sakit, rasanya akan hambar. Dengan malas ia menggenggam sendoknya dan memakan bubur itu dengan tempo lambat.

Sehun sendiri sudah pergi sejak tadi. Ia menuju ke dapur lagi untuk menghabiskan sisa bubur di panci. Setelah itu mencari-cari obat demam di kotak P3K. Menengok ke dalam kamar, Chanyeol masih berkutat dengan bubur dan wajah masamnya. Tapi tangannya masih terus menyuap bubur.

"Habiskan," celetuk Sehun sambil menaruh obat di nakas sebelah ranjangnya, "Aku tidak mau tertular virus."

"Kejamnya. Kau tidak tahu betapa susahnya menghabiskan bubur hambar," protes Chanyeol.

"Aku menambahkan garam tadi." Gantian Chanyeol yang mendengus.

Sehun naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Chanyeol, "Kau tahu aku cuti karena kau sakit?"

"Aku tahu," balas lelaki itu singkat.

"Jangan membuat cutiku sia-sia. Gajiku sudah pasti akan berkurang bulan depan."

"Ya, ya," pasrah Chanyeol.

Sehun memperhatikan bubur di mangkuk Chanyeol. Lelaki amnesia itu baru menghabiskan separuhnya.

"Ngomong-ngomong kenapa kau tidak berangkat ke kantor?" tanya Chanyeol, "Aku bukan anak kecil."

Sehun memalingkan wajahnya, ganti menatap pintu kamar yang masih terbuka, "Mencegahmu melakukan percobaan bunuh diri."

Mikrokosmos [REMAKE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang