Jaehyun terbangun, tenggorokannya terasa kering. Dia bangkit dan langsung menuju dapur dengan keadaan kepala masih terasa sedikit pusing. Dia menemukan sosok istrinya tengah memasak di dapur dan tersenyum hangat menyambutnya.
"Kau sudah bangun, Jae?" Doyoung langsung menghentikan aktifitasnya. Dia beralih membawa satu gelas lalu dia isi dengan air hangat.
"Minum dulu" Doyoung mengarahkan gelas itu pada Jaehyun. Jaehyun hanya menatapnya sekilas lalu dia berlalu mengambil gelas kosong dan mengisi gelas itu dengan air dingin. Jaehyun meneguk habis air minum di tangannya, dan berlalu pergi tanpa suara. Doyoung hanya memandangnya dengan pasrah seolah dirinya dianggap tidak ada. Doyoung menyimpan gelas di tangannya dan melanjutkan aktifitas masaknya. Nasi goreng yang sebelumnya sudah hampir setengah matang kini benar benar sudah matang. Doyoung menyiapkan dua piring dan menata kedua piring itu di atas meja makan. Langkahnya tiba tiba limbung ketika dia tidak sengaja menyenggol kursi di sampingnya hingga membuat gelas diatas meja terjatuh pecah menimpa kakinya.
"Aw!" Pecahan gelas tampaknya membuat kaki Doyoung terluka. Kakinya mengeluarkan banyak darah. Jaehyun yang menyadari hal itu menghela nafas lalu menghampirinya.
"Bodoh!" Ujarnya. Dengan gesit Jaehyun membersihkan luka pada kaki Doyoung dengan beberapa lembar tisu yang dia temukan di atas meja. Doyoung menatap heran gelagat pria di hadapannya ini. Apakah benar ini Jaehyun suaminya? Masih sulit percaya jika Jaehyun peduli terhadapnya.
Suara ponsel Jaehyun memecah keheningan diantara keduanya. Jaehyun langsung merogoh saku celananya dan menerima panggilan itu tanpa menghiraukan keadaan luka pada kaki Doyoung.
"Kenapa lagi, sayang?" Doyoung menajamkan pendengarannya ketika mendengar ucapan itu.
"Aku berangkat sekarang" lanjut Jaehyun yang langsung bergegas mengganti pakaian tanpa menghiraukan keberadaan Doyoung yang masih bergelut dengan pecahan gelas dan luka pada kakinya.
Terdengar suara debaman pintu begitu keras pertanda Jaehyun sudah benar benar pergi. Doyoung hanya menatap kosong seisi ruangan di sekitarnya. Rasanya hidupnya tidak berguna. Apakah dirinya benar benar dianggap tidak ada?
Doyoung menepis kemungkinan kemungkinan buruk yang selama ini dia pikirkan. Doyoung tahu jika Jaehyun masih memiliki kekasih. Doyoung tidak ingin egois. Tidak ada yang menginginkan perjodohan ini diantara keduanya. Pernikahan ini hanyalah perjodohan berkedok bisnis yang di buat oleh kedua orang tua mereka. Doyoung tahu betul resiko dibalik perjodohan ini. Dia hanya perlu menjalaninya. Sulit bagi Doyung untuk membuat Jaehyun menerima akan keberadaanya. Doyoung hanya perlu waktu dan bersabar. Mungkin perlahan Jaehyun akan mengakui keberadaanya, layaknya seorang istri dan Jaehyun sebagai suaminya.
Doyoung membersihkan seluruh sisa pecahan gelas pada lantai dan membuangnya pada tong sampah di belakangnya. Dia berjakan sedikit pincang memasuki kamar mandi dan langsung membilas bersih sisa luka pada kakinya. Dengan telaten Doyoung membalut luka itu dengan perban yang sudah siap sedia pada kotak p3k miliknya. Setelah selesai Doyoung kembali melanjutkan aktifitasnya yang sebelumnya tertunda. Menuangkan hasil masakan nasi goreng pada kedua piring di atas meja yang sebelumnya sudah dia tata.
Doyoung memandang kedua porsi nasi goreng di hadapannya. Rasanya selera makannya sudah hilang. Untuk apa dia masak sebanyak itu jika hanya dirinya yang memakan. Doyoung menggelengkan kepalanya kembali menyadarkan dirinya. Doyoung tidak boleh mengeluh. Tentang seberapa banyak dia masak itu tidak penting. Yang terpenting dirinya saat ini harus membuang pikiran pikiran negatif yang akan memperburuk kesehatannya. Doyoung harus bahagia. Tidak lebih dari apapun, yang terpenting adalah kebahagiaannya. Dan makanan adalah salah satu sumber kebahagiaan untuknya.
Selesai sudah Doyoung menyantap nasi goreng di hadapannya. Hanya tersisa satu piring penuh nasi goreng yang entah akan Doyoung apakan setelah ini. Doyoung mengambil satu kotak nasi diatas rak lalu memindahkan nasi goreng pada kotak nasi tersebut. Dia simpan sisa satu porsi nasi goreng milik Jaehyun di dalam kulkas. Sebelumnya Doyoung menyelipkan satu note diatas kotak makan itu "Nasi Goreng punya Jaehyun 💝". Mungkin jika Jaehyun pulang dia akan memakannya. Meskipun Doyoung tahu betul presentasi kemungkinan Jaehyun akan memakan hanya 0,9%. Biarlah, setidaknya Doyoung sudah mencoba.
Doyoung melirik sekilas jam pada dinding di sampingnya. Sudah hampir pukul sepuluh. Kenapa Doyoung tidak sadar jika waktu sudah berlalu secepat itu. Doyoung tiba tiba panik lalu mencari ponselnya yang tertinggal diatas sofa. Dia menemukan 3 panggilan tak terjawab terpampang pada layarnya. Melihat notif itu Doyoung langsung menghubungi orang tersebut.
"Maaf, John! Hari ini aku datang terlambat"
"...."
"Pukul 11, mungkin?"
Terdengar kembali suara omelan yang membuat Doyoung kembali merasa bersalah.
"Maaf, hpku mati semalam. Alarmku tidak berbunyi" bohong, Doyoung bahkan tidak tidur semalaman karena menangis dan berakhir tertidur di atas sofa. Matanya masih terlihat sembab. Dia hanya tertidur dua jam yang lalu ketika sadar matahari sudah terbit.
"Iya, sekali lagi aku minta maaf, John"
Terdengar sambungan telponnya sudah terputus. Doyoung bergegas merapikan sisa piring diatas meja makan lalu melesat kekamarnya untuk bersiap siap.
🎃
"Kenapa semalam kau pulang?" Seorang lelaki manis bersimpuh dalam pelukan Jaehyun dan tanpa henti membelai paras tampannya.
Jaehyun hanya pasrah mendapatkan perlakuannya seolah sudah terbiasa.
"Ceraikan saja dia, Jae" lanjutnya. Jaehyun masih terdiam. Itu yang sebenarnya selama ini dia pikirkan. Tapi itu tidak mungkin.
"Tidak!" Tegas Jaehyun. Lelaki manis yang membelainya kini menatapnya tajam.
"Kenapa!? Kau sudah tidak mencintaiku lagi!?" Jaehyun mengurut pelipisnya sesaat ketika mendengar bentakkan itu. Rasanya semakin rumit saja hubungan dengan pacarnya ini pasca perjodohannya dengan Doyoung.
"Bukan begitu sayang" respon Jaehyun mencoba menenangkan.
"Aku akan mencari cara lain, tapi tidak jika harus menceraikannya" papar Jaehyun dengan tenang. Lawan bicaranya itu hanya mendengus kesal mendengar jawaban dari Jaehyun.
"Tenang saja, kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah menganggapnya ada" Jaehyun membelai pria manis di hadapannya. Keduanya menatap intens satu sama lain sembari menebar senyum. Tanpa ragu Jaehyun meraup bibir ranum di hadapannya. Lumatan demi lumatan membuat ciuman itu terlihat bergairah dan penuh nafsu. Ketika pasokan oksigen sudah menipis, tautan keduanyabterlepas dan kembali saling memandang.
"Kau satu satunya untukku, Taeyong" pria manis dalam rengkuhannya tersenyum puas mendengarnya, lalu keduanya kembali menautkan ciuman nafsu yang entah sampai mana mereka akan menyelesaikannya.
TBC
🎃Emm.. alurnya pasaran gitu yak..
lanjut ga nih? 🙈