_02_

1.2K 103 3
                                    

"Baik, materi selanjutnya kita sambung minggu depan. Jangan lupa kumpulkan tugas kelompoknya." kata penutup beserta peringatan itu menarik kesadaran Gulf dari lamunannya.

Kelas mulai sepi seiring satu persatu mahasiswa meninggalkan ruangan, masih dapat Gulf ingat bagaimana teman sekelasnya merengek menawarkan diri untuk masuk dalam kelompoknya. Lucu sekali, Gulf bahkan tidak pernah mempunyai riwayat kedekatan dengan mereka tapi jika mendapat tugas kelompok seperti ini, orang-orang itu bersikap seolah sudah berteman akrab dengannya.

Namun seperti biasa, ia akan membawa Mild dan Goy dalam kelompoknya hingga membuat beberapa siswa yang tidak bisa ikut karena batasan jumlah perkelompok. Gulf masih berkutat dengan laptopnya bersama kedua sahabatnya yang setia menunggu, sudah tabiat Gulf yang tidak akan keluar kelas sebelum tugas selesai meskipun batas pengumpulannya satu minggu lagi.

Suasana kelas sudah sepi menyisakan kesunyian di antara mereka bertiga; Gulf fokus pada layar laptop, Mild dengan bosan menggulir timeline twitternya sedangkan Goy tetap terlihat tenang memainkan pisau kecil di tangannya dengan headset yang terpasang di kedua telinganya.

"Ah, Gulf. Aku baru ingat, semalam aku berhasil mendapatkan nama mantan kekasih Art." ucap Mild.

"Ehhmm," gumam Gulf sebagai jawaban kalau Mild boleh meneruskan ucapannya.

Mild kembali menggulir layar untuk mencapai website yang di temuinya sedangkan Goy berbalik menghadap Gulf sambil melepas salah satu headset-nya. "Kamu yakin mau bekerja sama dengannya?." tanya Goy.

"Iya memangnya kenapa, toh selama ini aku nggak pernah menolak siapapun?." Gulf balik bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Eer... sebenarnya aku sedikit khawatir, perasaanku tidak enak." ungkap Goy ragu-ragu.

Gulf tertawa kecil, "sejak kapan kamu meragukanku hem?." tanya Gulf.

"Bukan begitu, tap-..."

"Nah Gulf!." suara Mild mengintrupsi kalimat Goy sampai wanita itu menghentikan ucapannya.

"Apa sih Mild, siapa namanya?" tanya Gulf.

"Namanya Mew Suppasit."

Klik.

Gulf langsung menghentikan gerakan jarinya di atas keyboard. Mild dan Goy berpandangan saling melempar tanya melihat kebisuan Gulf setelah mendengar nama mantan kekasih model itu.

Goy berdecak, "lagi pula kamu kenapa sih Mild, tumben banget sampai segitunya sama client Gulf?" tanyanya.

"Y-ya yah penasaran aja gitu, kan ini pertama kali Gulf mendapat client seorang model biasanya kan para pejabat atau pemilik perusahaan." jawab Mild.

Gulf terdiam, kenapa bisa dirinya tidak menjangkau informasi itu? padahal ia sudah berkali-kali mencoba mengorek nama Suppasit tapi hasilnya nihil.

"Kamu dapat dari mana infomasi itu?." tanya Gulf setelah mendapatkan ketenangannya kembali.

"Er~ kebetulan temanku salah satu fans doi gitu, dia mengirim link tautan group chat Fans Art via line. Dia juga menceritakan tentang kasus skandal tersebut dan memang sempat ada dalam obrolan group itu." jelas Mild.

"Memangnya kenapa? kamu kenal sama Mew Mew itu?." tanya Goy.

"Um." Gulf menjawab seadanya.

Sudah tiga hari tidak mendapat balasan pesan dari Mew, sebenarnya kemana pria itu menyelesaikan urusannya dan kenapa sangat lama?. Setelah berpikir lama akhirnya Gulf dengan malas mendial nomor seseorang.

"Halo Daddy, lagi dimana sekarang?." tanya Gulf tanpa basa-basi.

"Daddy baru sampai di rumah, kenapa? bukannya Dada sudah transfer uang? lagipula kapan kamu pulang bocah nakal?!." cerca suara seseorang di seberang telepon.

"Bukan itu. Kalau Daddy sudah pulang kenapa mereka belum?."

"Mereka? anak-anak ayam Daddy?."

"Iya siapa lagi?."

"Mereka masih ada urusan, tidk biasanya kmu menanyakan hal iji, kenapa hm?." tanya Daddy-nya.

"Ck! Daddy sama sekali tidak membantu. Katakan pada Dada, Ade belum pengen pulang."

"Hey bocah..."

Belum sempat suara dari dalam sambungan menyelesaikan kalimatnya, Gulf langsung memutus panggilan itu secara sepihak. Bukan berarti hubungan keluarga Gulf tidak baik, Max dan Tul sebagai kedua orang tua Gulf dan kakaknya--Grace-- sangat menyayangi putra-putrinya, hanya saja mereka memang dididik untuk tahu waktu; kapan harus menjadi anak yang patuh akan perintah orang tua dan ada saat dimana hubungan mereka selayaknya seorang teman. Tentu dengan tidak melewati batas.

Bahkan menyandang identitas mahasiswa-pun atas perintah daddy-nya yang menurut Gulf hanya membuang waktu. Toh Semua pembahasan dosen sudah ia pahami dari dulu, otaknya seperti telah di upgrade sebelum kelahirannya.

"Aku ada urusan, nih tinggal save aja terus kirim ke Professor." ucap Gulf sembari menyodorkan laptopnya pada Goy.

Setelah itu Gulf kembali membuka kunci ponselnya dan mengirim pesan singkat pada kekasihnya lalu bergegas pergi untuk melakukan hal yang sudah beberapa hari ini tidak ia lakukan atas permintaan Mew.

Ia menuju sebuah gang sempit yang menjadi kumpulan orang-orang pemabuk menggunakan lem dan sejenisnya karena tidak mampu membeli minuman alkohol. Mudah saja, hajar salah satu temannya maka yang lain akan langsung memburunya tanpa berpikir. Iya itulah yang kini Gulf Kanawut lakukan; berlari untuk menghindari gerombolan pria-pria itu.

Sudah tigapuluh menit dan napasnya mulai tidak beraturan, mungkin karena terbiasa lari dari dulu membuatnya mampu menempuh jarak waktu yang lama untuk merasa lelah. Sebenarnya bisa saja Gulf bersembunyi, tempat yang lumayan gelap serta pakaiannya yang serba hitam pasti tidak akan ketahuan tapi bukan itu tujuannya. Ia ingin memancing Mew datang menyelamatkannya seperti biasa dan Gulf yakin kalau pria itu sudah membaca pesan singkat darinya. Kode biasa jika ia ingin berulah.

Disaat Gulf berpikir bahwa Mew pasti tidak akan datang tiba-tiba tubuhnya ditarik paksa hingga tenggelam dalam kegelapan dibalik dinding bangunan tua. Napasnya memburu tapi bibirnya tersenyum sesaat sebelum dahinya mengernyit. Ia tidak mungkin lupa aroma tubuh pria-nya dan seseorang dibelakangnya sama sekali tidak berbau parfume atau tubuh Mew, Gulf sengaja mendorong dirinya sendiri kebelakang agar menghimpit tubuh orang yang menariknya. Tentu saja postur badannya-pun berbeda.

Setelah pasti orang-orang itu pergi jauh, Gulf membalikkan badannya dan.

"Sialan!." Gulf mengumpat.

"Harusnya 'terima kasih' yang aku dengar." kata seseorang yang Gulf kenal baik sejak dulu.

"Kenapa harus kamu sih?!." kesal Gulf.

"Lalu kau ingin siapa? bukankah aku yang selalu menyelamatkanmu dari kejaran masa?." Ia balik bertanya.

"Bukan begitu... ah sudahlah lupakan. Aow Bret!." Gulf memukul punggung pria itu ketika tubuhnya tiba-tiba dipeluk dengan erat.

"Bright." katanya mengoreksi.

Gulf pasrah dengan menerima pelukan Bright, pria yang entah sudah berapa lama tak ia jumpai. Dan diujung lorong sana ada satu lagi pria memperhatikan keduanya dengan sorot mata yang tak terbaca.

"Aku rindu, ayo aku traktir es krim."

Gulf langsung menempatkan jemarinya di atas jari Bright sambil tersenyum lebar. Kedua kuasa itu saling menggenggam berjalan beriringan meninggalkan lorong serta seorang pria yang masih berdiri ditempatnya sampai bayangan dua orang itu menghilang.

_20200911

The Son Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang