06🔞

1.6K 115 17
                                    


Sudah terhitung satu bulan Gulf rutin keluar masuk markas ayahnya bahkan terkadang ia menginap di sana, itupun jika Mew sedang sibuk dan tidak bisa datang ke kondominiumnya.

Dan sejauh ini Art masih berusaha untuk membujuk Goy agar mempertemukannya dengan Gulf melalui sambungan telepon. Ia sudah melihat Mew sekilas sesaat setelah ia meminta bantuan Gulf untuk mencari keberadaan mantan kekasihnya itu dan Art yakin kalau Mew memiliki hubungan dengan Gulf, entah semacam apa. Mungkin seorang client sama sepertinya? atau lebih, Art tidak tahu.

"Lihat, dia masih saja menghubungiku!," kata Goy dengan menggerutu kesal.

"Abaikan saja." Gulf melirik sekilas layar ponsel sahabatnya yang menampilkan deretan nomor baru.

"Bagaimana bisa?! aku sudah berulang kali memblokir nomornya tapi dia tidak menyerah juga. Hempp!," Goy menghentakan napasnya setelah selesai berbicara.

"Art sangat keras kepala, aku bahkan sempat berpikir kalau pria itu sudah membeli satu konter penjual kartu ponsel hanya untuk menghubungi Goy" kata Mild menyahuti tanpa mengalihkan pandangannya dari benda mahakarya tangannya sendiri yang masih dalam masa percobaan.

"Ck! itu tidak penting Mild," ucap Goy.

Gulf memperhatikan kedua sahabatnya bergantian, ia merasa tidak enak hati pada Goy tapi Gulf juga tidak akan membiarkan Art menemui Mew. Sampai kapanpun.

Ngomong-ngomong tentang Mew, Gulf sudah menceritakan semuanya pada Mild dan Goy akan hubungannya dengan Mew Suppasit yang sebenarnya Gulf sangat terpaksa karena menurutnya, hanya memberitahu nama status saja sudah cukup tapi Mild terus merengek agar Gulf menceritakan sejak awal mereka bertemu. Merepotkan saja, batin Gulf.

"Ya sudah, aku harus pergi sekarang." Gulf berdiri dan merapikan pakaiannya.

"Kau mau kemana?" tanya Goy.

"Pulang ke rumah tentu saja." Gulf menjawab.

"Cih, dua hari yang lalu kau juga mengatakan hal yang sama tapi berujung menemui Mew di markas, dasar rubah, pintar sekali mencuri kesempatan" Mild merotasikan bola matanya yang di balas kekehan oleh Gulf.

"Dan kesempitan itu datang sekarang, berarti saatnya aku mencuri kesempatan bukan?" Gulf mengerling nakal lalu bergegas pergi sebelum Mild kembali melontarkan kalimat lain.

"Eh Gulf!... aih cepat sekali perginya." Goy menggerutu sambil meraih ponselnya menerima telepon.

"Siapa?" Mild bertanya dengan berbisik.

"Client baru." Goy menjawab singkat lalu kembali pokus pada seseorang di seberang telepon.

Di depan gerbang kampusnya, Gulf melihat mobil hitam yang terasa familiar namun ia tidak begitu mengingat siapa pemiliknya. Sebelum kaca mobil itu perlahan turun dan menampilkan wajah tampan sang kekasih.

Dengan senyum lebar, Gulf mulai berlari kecil menghampiri mobil Mew, matanya yang melengkung indah hampir menutup tapi berusaha menahan kedua pipi gembilnya agar tetap bisa melihat jalan sampai sesekali ia menubruk bahu temannya yang kebetulan berpapasan.

"Tidak perlu berlari seperti itu, nanti kau jatuh." ucap Mew sembari menyingkirkan helaian rambut yang jatuh di kening sang kekasih setelah seatbelt Gulf terpasang.

"Cium." Gulf memajukan wajahnya sekaligus bibirnya ke arah Mew.

Mew tertawa kecil lalu mendekatkan wajahnya dan...

"Aww!, kenapa kau menggigit seperti itu?" Gulf mengelus bibirnya yang tercetak deretan gigi Mew di sana.

----------------🌼

The Son Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang