Pagi yang cerah memang tampak menyenangkan untuk bermalas-malasan menghabiskan masa remaja, iya memangnya apalagi yang harus di lakukan? toh bagi seseorang yang terlahir dengan sendok perak di mulutnya tidak pernah mempermasalahkan harta; sebutkan apa yang di minta maka tak butuh waktu lama permintaannya akan langsung terpenuhi, semudah membalik telapak tangan. Tapi kenyataan tidak pernah seindah ekspektasi. Sigh!."Gulf jangan kabur!."
Teriakkan seorang pria paruh baya yang kemeja rapi-nya sudah kusut dan berpeluh menggema di koridor, tangannya menggenggam penggaris papan tulis yang bisa membuat kepala benjol kalau-kalau terlempar. Sedangkan seorang remaja yang namanya di teriakkan masih terus berlari menghindari kejaran dosennya.
Pemandangan seperti itu merupakan hal yang biasa bagi seluruh dosen dan mahasiswa bahkan penjaga kantin kampus-pun seringkali menggelengkan kepala saat Gulf kembali berulah. Sejatinya Gulf merupakan pria manis yang murah senyum dan cerdas, ia sering membantu mbak kantin ketika mahasiswa yang mengantri terlewat panjang dan tidak teratur tapi sifat jahil dan mager yang seolah sudah mendarah daging itu selalu membuat dosen kuwalahan.
Gulf berhenti dengan punggung membungkuk, kedua tangannya menjadi penopang tubuh pada bagian lutut, ia meraup oksigen rakus sebelum kepalanya terangkat dan ternyata jalan di depannya buntu. Gulf mengedarkan pandangannya; satu pintu yang entah ruangan apa berada di sisi kanan sedangkan di sisi kiri sudah pasti tidak ada jalan kalaupun nekat ia akan berakhir mati atau cidera jika masih beruntung karena posisinya saat ini berada di koridor gedung kampus di lantai paling atas, biasanya ia tidak pernah ke tempat itu tapi perkiraan bahwa dosennya akan berhenti mengejarnya jika ia menaiki banyak anak tangga tapi rupanya ia salah.
Seiring langkah kaki yang terdengar kian mendekat membuat Gulf sulit berpikir, ia tidak takut akan hukuman karena bagaimanapun ayahnya merupakan donatur terbesar di kampus ini dan ia yakin kalau dosen-dosen penikmat gaji buta itu hanya akan menceramahinya seperti biasa. Gulf hanya berpikir bahwa tidak lucu kalau dia harus tertangkap karena jalan buntu, mahasiswa yang terkenal dengan kecerdasan sekaligus kenakalannya itu biasanya selalu lolos dari pengejaran.
"Hah Gulf akhirnya Bapak akan mendapatkanmu kali ini..."
Gulf membalik badannya menghadap tangga yang menampakan bayangan seorang pria sebelum...
"Eehmm!!!" Gulf meronta saat mulutnya di bekap dari belakang secara tiba-tiba dan menyeretnya masuk ke dalam ruangan yang berada di sisi kanan tempat Gulf berdiri.
**
Gulf sempat mengira bahwa hari ini adalah kesialan untuknya tapi ternyata tidak seburuk itu setidaknya seseorang yang membekap mulutnya tadi merupakan pria tampan bukan orang jahat yang akan menjual ginjalnya seperti film-film yang sering di tonton kakaknya, tapi kalaupun penyelamatnya itu memang seorang penculik ia akan dengan senang hati menyerahkan diri.
"Kenapa senyum-senyum gitu?."
"Bukan apa-apa." jawab Gulf dengan cengiran senangnya.
"Berhenti merepotkan dosen Kana, sudah berapa kali aku menyelamatkanmu hm?" tanyanya lagi.
Gulf terkekeh kecil, "ayolah... aku nggak punya waktu buat menghitung hal seperti itu lagipula aku tahu kau akan tetap menyelamatkanku."
"Yah harus bagaimana lagi, aku anggap tantangan karena memiliki kekasih nakal sepertimu" pria dewasa itu mencubit hidung Gulf dengan gemas.
"Ugh, sejak kapan kau berubah menjadi manis seperti ini?" tanya Gulf.
"Hanya padamu." katanya sambil tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit hampir membentuk satu garis lurus.
Mew Suppasit adalah pria dewasa yang merupakan kekasih Gulf sejak tujuh bulan yang lalu. Awal pertemuan mereka pun dengan Mew yang menyelamatkan Gulf dari kejaran dosen dan berlanjut sampai Mew benar-benar menjadi penyelamat Gulf dari setiap kenakalan pacar kecilnya itu.
Mereka jarang bertemu, berbeda dari pasangan lain yang pasti menginginkan seringnya pertemuan atau melakukan hal-hal romantis bersama, Mew dan Gulf hanya akan bersama saat Mew menyelamatkannya selain itu tidak ada. Pekerjaan Mew yang menyita banyak waktu membuatnya sulit memperhatikan Gulf tapi rupanya pria itu juga tidak mempermasalahkan.
Tapi tetap saja Gulf hanya seorang remaja yang terkadang menginginkan hal manis dari kekasihnya maka dari itu Gulf akan langsung membuat ulah di kampus atau dimanapun agar Mew datang menyelamatkannya dan mereka bisa bertemu untuk melepas rindu. Mereka berkirim pesan setiap hari walaupun isinya hanya cerita-cerita absurd Gulf tentang kesehariannya dan Mew yang menanggapi singkat bahkan ketika video-call ataupun dalam sambungan telepon tetap Gulf yang aktif berbicara. Tidak heran jika Gulf terkejut saat Mew berkata manis padanya beberapa saat yang lalu. Karena biasanya Mew hanya akan menjawab: iya, oh, ehm atau ceramah singkat persis seperti om-om kolot simpanan ibu-ibu pejabat negara.
Gulf membuang bungkus ice cream sembarangan, menjilat tiga jarinya yang belepotan cream lalu beranjak dan berdiri di hadapan Mew yang sedang mendongak menatap wajah Gulf tanpa mengubah posisi duduknya. "Sepertinya mulutku juga belepotan dan aku nggak bisa melihat itu untuk membersihkannya, maukah kau membantuku pacar manis?" tanya Gulf sambil membungkukkan tubuhnya.
Mew mengedarkan pandangnnya memastikan keadaan tapi kedua tangan Gulf langsung menghentikan pergerakannya dan mengarahkan wajah Mew padanya, "fokus padaku saja, abaikan yang lain." katanya.
Pria dewasa itu tertawa kecil, ia tidak takut seseorang akan memergokinya tapi insting Mew yang seperti sudah di asah tajam membuatnya refleks melirik ke sekitar untuk memastikan keadaan setiap saat. Kedua jari Mew mengapit dagu Gulf dan menariknya sampai bibirnya mengecup sudut mulut Gulf lalu lidahnya menyusul, menjilat ice cream dan menyesapnya sampai mulut Gulf bersih.
Tanpa melepaskan pagutan bibirnya, perlahan Gulf naik ke atas pangkuan Mew dengan sengaja ia menggesekkan bokongnya pada penis Mew yang perlahan merespon sentuhan dari luar jeans yang di kenakannya. Mew melenguh pelan, kedua tangannya mencengkeram pinggang Gulf agar pergerakannya teratur saat di rasa napas keduanya mulai memburu dengan hawa panas yang melingkupi, pergulatan bibir dan lidah itu terhenti namun sepertinya tidak ada niat untuk saling menjauhkan diri.
"Sepertinya kita harus menyelesaikan sesuatu" ucap Gulf.
Mew terkekeh, "kau benar jadi dimana?" tanya Mew.
"Kenapa terburu-buru?" Gulf balik bertanya menggoda prianya yang sudah turn on.
"Cepat atau aku lakukan di sini" ucap Mew.
"Baiklah baiklah, mari tuntaskan di mobilmu."
Gulf turun dari pangkuan Mew lalu menggandeng tangan kekasihnya yang berurat dan besar, menariknya agar berdiri, "lalu kau mau berapa ronde?" tanya Mew.
"Entahlah, bagaimana kalau dua?" kata Gulf memulai negosiasi.
"Tiga deh" ucap Mew.
"Itu terlalu banyak, sialan!."
"Jadi empat."
"Hey! apa kau gila?." Gulf menyalak sambil memukul bisep Mew.
"Kalau gitu kita lakukan sampai pagi."
"Yah berarti kau harus siap-siap bertanggung jawab kalau pinggangku hancur setelahnya." ucap Gulf di iringi tawa.
_20200825
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son Of Mafia
Fanfiction"Jangan menyentuh teritoriku jika masih ingin mempertahankan napasmu." GK "Dia seperti buku yang terbuka namun tetap sulit di baca oleh seseorang yang buta huruf, termasuk diriku." MS "Dia kebanggaanku; penerusku." Mr. T -Selamat datang di dunia Kan...