05

1.2K 119 16
                                    

"Dimana anak si Boss?" tanya Mild.

"Di kamarnya" itu Off yang menimpali.

Saat ini mereka sedang berada di ruang bawah tanah untuk mendiskusikan perihal transaksi kemarin yang harus di tunda karena Tul yang terus mendesak Max agar segera menemukan putra bungsu keduanya yang telah lama kabur dari rumah.

"Sumpah, aku masih saja tidak percaya kalau bocah itu kekasih Mew?" ucap Tay.

"Dan bagaimana kau tahu?" tanya Off.

Tay mulai menceritakan kejadian waktu lalu setelah Mew memaksanya untuk menyelamatkan seorang pria bernama Gulf Kanawut yang katanya sedang dalam bahaya namun yang Tay dapat bukan seperti yang Mew katakan, alih-alih ia melihat Gulf berpelukan dengan pria lain di balik dinding bangunan yang terbengkalai.

"Aku pikir Mew sudah tidak berniat pacaran lagi" kata Mild dibarengi kekehan kecil.

"Sudah, sudah. Mew ambilkan ponsel saya yang ada di Kana" titah Max.

Mew sejenak terdiam menatap boss-nya. Benar, sedari tadi mereka menggosipi Gulf tepat di depan Mew dan Max--boss sekaligus ayah Gulf sendiri. Hubungan mereka terbangun bertahun-tahun lamanya, bagi keempat remaja itu; Max sudah seperti seorang paman dan Max tidak keberatan sama sekali asal mereka tahu batas juga waktu-waktu tertentu.

"Aow rupanya kau sudah mendapat lampu hijau dari ayah mertua Mew!" kata Tay.

"Siapa bilang?" Max mengangkat sebelah alisnya menatap Mew, "cepat ambil ponselnya Mew" lanjut Max.

Sejujurnya Mew masih enggan bertemu apalagi berbicara pada Gulf, bukannya Mew ingin bersikap kekanakan, hanya saja... ah entahlah semua kenyataan ini datang di waktu bersamaan dimana Mew belum menyiapkan diri untuk itu. Pria dengan rahang tegas itu mengangguk sekali lalu beranjak meninggalkan ruang bawah tanah.

Di sana Gulf sedang berdiri mendengarkan ungkapan kemarahan dari seseorang dalam sambungan telepon, sudah pasti bukan marah yang sesungguhnya karena ada perasaan khawatir dari setiap ucapannya.

"Aku tahu."

Yang Gulf katakan hanya; aku tahu, maap dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi seperti sebelum-sebelumnya.

"Bright cukup, aku baik-baik saja oke? aku bersama Daddy saat ini jadi kau tidak perlu khawatir." kata Gulf.

"......."

"Iya aku janji, sudah ku katakan juga sebelumnya kan?."

"......."

"Ya kalau melanggar lagi, aku akan berjanji lagi. Kau tenang saja" kata Gulf di akhiri tawa kecil.

"....."

"Lagipula mana bisa kau marah padaku."

"....."

"Karena aku tahu kau sangat menyayangiku." Gulf terkekeh pelan setelah mengatakan kalimat tersebut.

"Ekhem!."

Suara seseorang berdehem mengintrupsi obrolan Gulf. Ia berbalik dan melihat Mew berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua lengannya di depan dada. Gulf tersenyum lalu berbicara pada Bright bahwa ia harus mengerjakan sesuatu hingga sambungan telepon berakhir.

"Dimana handphone Boss ?" tanya Mew dengan sengaja menekan kata Boss di sana.

Gulf tertawa kecil lalu menunjuk meja di tengah ruangan menggunakan dagunya. Tanpa ingin berlama-lama Mew melangkah masuk menghampiri meja tersebut namun saat ia berbalik, tubuh jangkung Gulf menutup jalannya.

Mew membuang muka lalu bergeser untuk pergi melewati kekasihnya tapi Gulf sepertinya tidak ingin membiarkan itu terjadi dengan sengaja mengikuti setiap gerakan kaki Mew yang berniat menghindarinya.

The Son Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang