Beberapa hari setelah percobaan Gulf yang gagal memancing Mew datang, alih-alih Bright yang menyelamatkannya. Saat ini Gulf berada di diskotik dengan satu lagi pria duduk di hadapannya sambil menautkan kesepuluh jari di pangkuannya.
"Jadi apa yang ingin kau ketahui?" tanya Gulf setelah terdiam cukup lama sejak dirinya menempatkan bokongnya di sudut sofa.
"Fluke Natouch" jawab sang client sembari mengangkat wajahnya menatap Gulf.
"...lumayan." Gulf bergumam menilai paras sang mantan dari kekasihnya.
"Hah?."
Gulf tersenyum, "Untuk apa kau menginginkan hal itu? bukankah ada kemungkinan ini terungkap di masa depan?" Gulf bertanya.
Art mengela napas, "Aku tau! tapi saat ini karirku terancam setelah kedatangannya." jelas pria itu dengan menatap sendu.
"Belum lagi, pihak agency mengancam akan merendahkan biaya setiap endorsement yang ku terima." lanjutnya.
"Baiklah tapi jika ada hal yang tak di inginkan terjadi, itu kecerobohanmu sendiri."
Gulf mengeluarkan benda pipih dari saku celana lalu mulai mengetik sesuatu. Suasana di diskotik ini memang selalu ramai, musik dj berdentum kuat dengan hiasan lampu kelap-kelip di setiap sudut ruangan.
Manusia penikmat musik berdesakkan di lantai dansa; meliukkan tubuhnya tanpa rasa canggung. Tak peduli dengan siapa ia berjoget, juga tak di hiraukan bibir siapa yang ia lumat semuanya hanya fokus pada alunan musik. Entah itu karena pengaruh alkohol atau memang mereka pasrah dengan tangan-tangan asing yang menggerayangi tubuhnya.
Art terdiam menatap kericuhan yang tersaji di sekitarnya, gelak tawa dan dentingan benda kaca untuk ajakan minum pun tak juga lepas dari atensinya. Gulf sesekali menatapnya, ada rasa aneh yang bergejolak di dadanya. Entahlah, mengetahui fakta bahwa client-nya ini seseorang yang pernah singgah di hidup kekasihnya membuat Gulf ... kesal? ia juga tidak pasti. Bahkan ia baru pertama bertemu dengan Art. Apakah memang seperti ini rasanya melihat sang mantan dari pacarnya?.
"Nah, besok hasilnya akan kau lihat." kata Gulf sembari menyimpan kembali ponselnya ke tempat semula.
Art mengangguk namun tidak sedikitpun mengakihkan tatapannya dari Gulf membuat pria jangkung itu turut terdiam mengangkat sebelah alisnya seolah melempar tanya.
"To be honest, aku memiliki satu hal lagi dengan bantuanmu." katanya sedikit kaku.
"Apa itu?" tanya Gulf.
"Aku dengar namamu sangat terkenal di duni hitam; Mr.G, bukan begitu?" tanya Art.
Gulf tertawa kecil lalu menyecap sedikit cairan bening dari gelas di genggamannya, "Kau terlalu melebih-lebihkan." ucapnya.
"Jadi kau tentu bisa menemukan keberadaan seseorang untukku bukan?" tanya Art lagi.
Ain sewarna permen kapas berperisa vanilla blue itu berkedip dua kali, tiba-tiba dadanya seperti tertohok sesuatu, "Jangan bertele-tele, katakan apa maumu."
"Mew Suppasit." ucap Art.
Detik itu juga udara seolah berkompromi untuk menjauhinya, ia menelan ludah mencoba menenangkan gejolak yang memenuhi ruang kerongkongannya, lalu kembali menatap Art.
"Ada apa? mengapa kau terlihat keberatan? apa kau mengenalnya?" Art memberondong pertanyaan padanya.
Gulf terkekeh, "Bisa saja tapi aku takut kau tidak bisa membayarnya." ucap Gulf.
"Berapapun akan aku bayar asal kau berhasil menemukannya."
"Sayang sekali kau tidak bisa."
Sebelum Art kembali memaksanya, Gulf langsung melanjutkan ucapannya. "Sepertinya aku harus pergi, senang bekerja sama dengan anda Art Pakpomm."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Son Of Mafia
Fanfiction"Jangan menyentuh teritoriku jika masih ingin mempertahankan napasmu." GK "Dia seperti buku yang terbuka namun tetap sulit di baca oleh seseorang yang buta huruf, termasuk diriku." MS "Dia kebanggaanku; penerusku." Mr. T -Selamat datang di dunia Kan...