❝Aku bisa mengembalikan senyum manisnya. Kami bisa bertemu lagi. Aku bisa mencium keningnya lagi.❞
Sunflo tak menatap Nono. Pandangannya kosong, menatap langit-langit kamar. "Nono ...."
Bola mata Sunflo bergerak, mengerling tajam pada Nono. "Bisakah, kau memberikan satu dari sembilan nyawamu?"
Deg. Jantung Nono berdegup kencang. Ia tak menyangka jika Sunflo berucap demikian. Nono melangkah mundur dari tubuh Sunflo hingga hendak terjatuh dari kasur. Nono tak menyangka jika Sunflo yang selama ini memiliki netra dan senyum yang lembut, ternyata dapat memberikan tatapan seolah ingin membunuh Nono detik itu juga. Nono mengeong pelan, ia ketakutan.
"Aku bercanda, Nono. A-aku hanya teringat dengan cerita Nenek." Dengan tertatih-tatih, Sunflo mencoba duduk di atas kasur. Ia mengajak Nono untuk duduk di pangkuannya.
"Harusnya, yang kita lihat sekarang adalah teras rumah, bunga matahari, dan para pejalan kaki, ya." Sunflo melihat jendela kamar rumah sakit yang tertutup gorden.
Nono masih diam. Kucing itu terlalu shock dengan ucapan Sunflo sebelumnya.
"Nenek pernah menceritakan sebuah dongeng penyihir dan sepasang suami istri di abad keempat belas. Lebih tepatnya, dongeng ini bercerita tentang seorang pemuda desa yang rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan istrinya yang sedang sekarat, termasuk membunuh banyak kucing di desa untuk memberikan nyawa mereka pada istri tercinta." Sunflo menarik lembut telinga Nono, minta didengarkan.
Nono menatap Sunflo yang mulai menceritakan dongeng atau masa lalu tentang dirinya.
-🐱🌻-
Dahulu kala, di abad keempat belas, saat dunia masih dalam peradaban sederhana, terpetik cerita yang bermula dari sepasang suami istri di sebuah desa makmur dengan rumah-rumah tua, gereja, dan hasil perkebunan yang melimpah berkat penduduk yang bersahabat dengan alam dan tidak mengganggu rantai makanan yang telah tercipta.
"Aku akan kembali, Dandelion. Kita akan bertemu lagi!" Jenoric, sang suami mencium kening Dandelion, istrinya sebelum pergi bekerja di kota.
"Cepatlah kembali!" Dandelion melambaikan tangan dari jendela kamar. Dalam pangkuannya, terdapat Bongsik, kucing abu-abu yang menggigit setangkai bunga dandelion.
Jenoric bekerja sebagai pelayan di kedai kota. Terkadang, dengan suara merdu dan wajah tampannya, Jenoric menyumbang suara untuk menghibur pengunjung yang datang. Tidak ada yang tidak menyukai Jenoric. Jenoric pernah ditawarkan untuk menjadi penyanyi ibukota dan dijanjikan keliling dunia, namun ia memilih untuk tetap tinggal bersama Dandelion di rumah tua.
Jenoric sangat menyayangi istrinya yang bertubuh lemah. Dandelion tidak bisa pergi ke mana-mana. Padahal, wanita tersebut memiliki cita-cita untuk melihat luasnya dunia. Namun, tubuhnya tak mengizinkan. Maka dari itu, Jenoric bersumpah akan selalu menemani Dandelion sambil mencari tabib handal atau penyihir penyembuhan untuk Dandelion.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CAT'S MURDERER ✔
Fiksi PenggemarMendekatlah, akan kuceritakan sebuah dongeng tentang seorang penyihir dan sepasang suami istri di abad keempat belas. Lebih tepatnya, dongeng ini bercerita tentang seorang pemuda desa yang rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan istrinya yang se...