Alam bawah sadar

692 64 17
                                    

"Yen bangun nanti kesiangan lohh udah jam berapa ini."

Aku membuka mataku dan melihat plafon penuh stiker bintang khas kamarku.

Aku ada dikamar.

Sebentar....

Jadi selama ini...

Aku bermimpi?

Jadi itu semua gak nyata?

Aku terbangun dan duduk dipinggir kasur menatap kakiku yang mulus tanpa lebam bekas menari.
Aku memegang tangan kiriku yang seingatku masih tertusuk jarum infus dan ternyata tanganku masih mulus tanpa ada bekas tusukan jarum.

"Ayenaa udah jam berapa ini nanti telat sekolahnya." Kata bunda berdiri berkacak pinggang didepan pintu kamarku.

Aku menatap bunda dengan mata berkaca-kaca. Aku kangen sama bunda. Aku langsung berdiri dan berlari memeluk bunda sambil menangis.

"Bunda kangen" Aku memeluk bunda dengan sangatt erat.

Rasanya sudah lama aku tidak bertemu bunda.

"Mimpi apa kamu barusan? Mimpinya jelek ya? Tumben kamu kaya gini." Bunda memelukku dan mengelus kepalaku.

Setelah berpelukan lama seperti teletabis aku pun langsung pergi untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi sekolah.

Jujur aku masih heran kenapa mimpi itu begitu nyata. Bahkan sangat nyata dan tidak pantas lagi disebut mimpi.
Atau aku sekarang sedang didalam mimpi?
Bukannya aku dirumah sakit? Aku yakin aku sekarang ada didalam mimpi.

"Woyy ngelamun aja kerjaannya. Masih pagi jan ngelamun ntar kesambet loh." Ucap Nia tertawa dengan suara khas cemprengnya itu.

Yap Nia. Temanku sejak SD sampai SMA. Orang yang awalnya aku kira sombong dan cuek, sekarang malah jadi sahabat bahkan saudara.
Aku ingat satu kejadian. Dulu pas kami masih kelas 9, kami berdua pergi makan nasi goreng didepan stasiun. Tiba-tiba ada tukang parkir yang bilang gini sama kami
"Dek, kembar ya?"
Reflek aku dan nia langsung liat-liatan dan ketawa. Lalu aku pun bilang ke tukang parkir itu kalo kami gaada hubungan darah sama sekali. Dan akhirnya tukang parkirnya ikut ketawa dan minta maaf kekami berdua.

Aku terdiam melihatnya tertawa. Rasanya sudah lama sekali aku melihat tawanya. Aku masih ragu apakah ini nyata atau memang aku sedang bermimpi.

"Apasihh liat-liat. Fix kamu suka sama aku ahahahah." Ucapnya tertawa keras.

"Idihhh pede. Aku kalo mau lesbi juga pilih-pilih ya wlee." Balasku menjulurkan lidah.

Kami tertawa kencang sepanjang koridor kelas dan orang-orang pasti nya memperhatikan kami mengapa kami tertawa sangat heboh.

"Coba cubit aku." Ucapku pada Nia.

"Apaan sih."

"Cepetan."

"Nihh" Nia mencubit lenganku dengan keras.

"Ahh sakittt woy." Pekikku.

"Apaan sih tadi katanya suruh cubit."

Jadi aku bukan didalam mimpi ya?

Lucu banget ya. Terkadang alam bawah sadar manusia bisa menciptakan mimpi yang sangat nyata. Bahkan rasanya benar-benar terjadi dan kita mengalaminya.

"Yen mukamu pucat." Kata teman sekelasku.

"Niaa. Ini ayena sakit? Kok dia pucat banget? E-ehhh cepetann panggil guruu!!!!"

Pengelihatanku kabur. Aku merasa jatuh dari kursi yang kududuki.
Kepalaku terasa berat.


###

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dating With Idol | WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang