[08]

95 5 0
                                    

Beberapa tahun silam, setelah Hyun berhasil masuk ke sistem pendidikan di Sungkyungkwan
"Aku akan mentraktirmu minum, tapi apakah kau bisa minum alkohol?" pertanyaan menyudutkan tersebut datangnya dari Hyun. Sementara di sebelahnya, Park Jae, mengangkat tangannya dan memukul kepala bagian belakang Hyun tanpa pikir panjang. Yang di pukul mengeluarkan suara hiperbola kesakitan akibat pukulan dari Jae tersebut, padahal sebenarnya pukulan Jae tidak sekeras itu hanya mendadak membuat Hyun kaget.

"Jangan ajak Rin minum di luar, kau mau dihajar oleh Aboji?"

Rin tertawa puas di balik tangannya ketika melihat ekspresi Hyun yang kesakitan sehabis menerima pukulan dari tangan Jae sendiri. Mereka tengah makan siang di sebuah kedai makan, dan Dongdong sedang membeli kain di seberang rumah makan ini. Bersama dengan Riayu, pelayan Keluarga Kang yang lain.

"Aku akan memesan makanan tambahan untuk Hyun. Kalian tunggu di sini..."

Rin melotot ke arah Hyun dan Hyun melotot ke arahnya balik, "kau mau memamerkan otak pintarmu kan, Orabeoni? Memangnya aku tidak tahu kalau kau berusaha untuk sombong di depan Jae-ssi?"

Hyun mendengus kasar, "aku hanya mau membuktikan padamu kalau aku juga pintar dan mampu masuk ke Sungkyungkwan."

Maskulinitas yang beracun.

Hyun dan Jae yang selalu akan berkompetisi dan berlomba-lomba dalam apapun. Rin bahkan kadang suka sakit kepala jika mendengar mereka beradu argumen tentang sesuatu dan saling mempertahankan pendapat masing-masing. Bahkan sampai tengah malam mereka akan beragumen dan membuat Dongdong terjaga sepanjang malam hanya untuk mendengarkan argumentasi mereka.

"Aku tahu kau pintar, orabeoni. Kau tidak perlu membuktikan apapun."

"Aku perlu membuktikannya padamu, agar kau mennorigaegakui kalau orabeoni-mu ini sangat pintar dan tidak kalah pintar..."

Rin menahan diri untuk tidak memutar kedua matanya karena ia jelas akan dimarahi Hyun habis-habisan jadilah ia menahan diri. Tapi belum Rin sempat menanggapi tiba-tiba Jae sudah kembali ke meja tempat mereka makan bersama dengan pramusaji yang membawa pesanan mereka. Mata Hyun langsung berbinar melihat makanan yang disajikan. Dan sekali lagi Jae dan Hyun kembali berdiskusi seru mengenai kegiatan mereka di Sungkyungkwan nanti.

"Hyungnim, jaga Rin waktu aku sibuk ya," perkataan Hyun barusan membuat Rin berhenti mengunyah. Ia mengangkat kepalanya, sementara Jae masih memandangi makananya, lalu ia mengangguk tanpa menatap Hyun karena terlalu asik mengunyah.

"Bukankah aku akan tetap menjaganya tanpa kau suruh, Hyun?"

Jae mengangkat kepalanya dan ia tersenyum lebar kepada Rin yang merasa jantungnya berdebar dua kali lipat tanpa di bisa ia kontrol.

**

Setahun setelah Hyun menjalani pendidikan di Sungkyungkwan

Rin selalu menyukai pohon bunga persik. Setiap melihat kelopaknya yang tertiup angin, ia bisa merasakan getaran sesuatu yang familiar dan romantis. Selain karena warnanya merah jambu, keberadaannya di musim semi membuat Rin tenang dan bahagia. Tapi Rin masih menyukai bunga Lili, bunga itu akan selalu menjadi juara satu dalam semua kompetisi.

Kedua mata Rin fokus kepada kelopak bunga yang berhamburan di udara tertiup angin. Kedua tangannya memegang keranjang makanan, sementara ia berjalan mundur. Ia tidak tahu kalau perjalanan menuju Sungkyungkwan akan seindah ini.

"Jangan berjalan mundur, kau akan jatuh," Jae berjalan bersamaan dengan Rin namun ia bahkan tidak mendengarkan perkataan Jae barusan karena terlalu fokus kepada bunga-bunga itu.

Selaksa SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang