◇ ; renggang

611 134 62
                                    

Aku diem-diem mikir, ada nga si dari kalian yang kangen ini?...

Atau yang kangen sama Eron Jejen?

Atau kangen aku? .g

Sorry ive been busy lately, terlalu keenakan pada kehidupan realitaku sampe lupa ada sebuah tanggung jawab di sini lmao.

Well,
Chapter ini termasuk penjelasan dari berbagai pertanyaan yang mungkin pernah terbesit di otak kalian tentang Eron yang pikun.

Juga, sebagai sebuah premis lainnya.

Tapi bentar lagi kita bakal say goodbye ko♡

Selamat menikmati💗



💐💫💌




Jakarta Selatan memang surga bagi para pemuda-pemudi yang hendak menghilangkan sepi, tempat pelarian hati-hati yang mati, mencari kesenangan, menjadi pengalih perhatian. Tetapi jika soal bar dan club, Eron dapat menjamin harga mati bahwa Jakarta Barat lah yang memiliki tujuan lebih baik dan banyak. Bukan bermaksud untuk menduakan distrik tercintanya, karena mau bernaung di manapun ia tetaplah seorang 'Adidas'-Anak Disko Dari Selatan. Hanya saja distrik yang menyandang kemajuan dan kemapanan itu memberikannya sedikit hiburan yang lebih menyenangkan dari kesenangan-kesenangan yang ia dapatkan di Selatan.

Musik keras berdentum, tubuh-tubuh berdansa menempel pada satu dengan yang lain, kesadaran tersita di atas udara dingin atap Colosseum Jakarta. Di salah satu deretan bangku bar, lelaki itu tertawa dengan mata yang setengah tertutup sambil sesekali menunduk dan menggeleng untuk tidak terseret alam bawah sadarnya. Entah sudah gelas yang keberapa ia tidak ingat, namun ia seperti tidak ingin berhenti dan terus menyodorkan gelasnya kepada bartender yang dengan setia menuangkan Jameson ke dalamnya.

"Udah, Ron, udah." Tampik laki-laki sebaya yang memiliki 3 tato di lengan kirinya. Keadaannya jauh lebih baik ketimbang Eron yang mulai oleng. Hanya butuh satu tegukan lagi untuknya terkapar lemah di bawah. Dan Jefri segera mengangkat satu tangannya untuk menolak ketika bartender hendak menuangkan alkohol ke dalam gelas Eron lagi.

"Jangan sok iya, anjing. Gua butuh satu lagi."

"Lu besok sekolah, Ron."

"Besok sekolah?" Alisnya menukik dan satu sudut bibirnya terangkat ke atas, ia mengernyit. Seolah tidak dapat mengatur lagi isi otak di kepalanya. "Kata siapa? Besok gua ngewe sama Jejen."

Mereka spontan tergelak dengan suara berat yang berada di ambang ketidaksadaran. Meskipun tidak semabuk Eron, Jefri tidak mengerti mengapa hal itu terdengar konyol baginya.

"Lu itu manusia paling anjing, Ron. Dan anjingnya lu beruntung. Asal lu tau, gua sempat ngincer Jejen sebelum gua digrebek di kosan."

Lagi, mereka tertawa keras sampai Eron harus memegangi perutnya dan menidurkan kepalanya yang sangat berat ke atas meja. "Kontol!" Geramnya di sela-sela tawa.

"Apa yang dia liat dari lu, hah? Jabatan Osis lu juga gua yang kasih dengan cara fitnah Gani pake duit acara sekolah yang gua tilep dari pengawasan dia, lalu dengan pencitraan lu yang hebat lu ditetapin jadi ketua osis padahal belom waktunya pemilihan dan pengumpulan kandidat. Kerjaan lu klebs, ngews sana sini, emang pinterㅡtapi sekali bejat tetep bejat. Lu kaga pernah ada niat untuk berubah."

"Apa dengan lu ngomong gitu lu merasa lebih baik dari gua? Bayangin Jejen sama lu itu kaya udah nggak ada bentuknya lagi. Dia bakal ancur seancur-ancurnya. Liat masa depan lu, tot. SMA aja lu kaga kelar, lu justru milih jadi narkoboy."

YOU BROKE ME FIRST {♡}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang